Nayara Kirana seorang wanita muda berusia 28 tahun. Bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang pria matang, dan masih bujang, berusia 35 tahun, bernama Elvano Natha Prawira.
Selama 3 tahun Nayara menjadi asisten pria itu, ia pun sudah dikenal baik oleh keluarga sang atasan.
Suatu malam di sebuah pesta, Nayara tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian senilai 500 juta rupiah, milik dari Madam Giselle -- Ibu Elvano yang dititipkan pada gadis itu.
Madam Gi meminta Nayara untuk bertanggung jawab, mengembalikan dalam bentuk uang tunai senilai 500 Juta rupiah.
Namun Nayara tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga Madam Gi memberikan sebuah penawaran.
"Buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Atau saya laporkan kamu ke polisi, dengan tuduhan pencurian?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. Dia Mau Berusaha.
“Sedang ada masalah apa sih, Ra? Aku perhatikan, akhir - akhir ini kamu sering melamun.” Tanya Gilang pada Nayara yang sedang duduk di hadapannya.
Mereka sedang menunggu Elvano yang sedang bermain golf bersama seorang klien.
“Apa terlihat jelas, jika aku seperti orang yang sedang dalam masalah, pak?” Gadis itu berbalik melempar tanya.
Ia duduk membungkuk sembari memeluk botol air minum milik Elvano.
“Hmm.. kamu itu biasanya ceria dan penuh semangat. Tetapi, seminggu terakhir ini lebih banyak murung dan pendiam.” Gilang mengamati wajah gadis itu.
“Pak Gilang kenapa tidak hadir di pesta minggu lalu?” Tanya Nayara.
“Aku ‘kan di tugaskan ke Semarang untuk mengecek pabrik pengolahan bahan pangan. Memangnya ada apa?” Pria berusia tiga puluh tahun itu menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Nayara.
Sepertinya gadis itu akan bercerita hal yang sangat serius.
“Aku tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian milik Madam Giselle, pak.” Nayara kemudian menceritakan apa yang terjadi malam itu.
“Kenapa kamu tidak pinjam uang sama pak Elvano saja? Dia pasti akan membantu kamu, Ra.”
Nayara mendesahkan nafas lelah. Ia ingin sekali meminjam pada Elvano. Apa daya, Madam Giselle tidak mau menerimanya.
“Pak El sudah terlalu baik sama aku, pak Gilang. Dan lagi, aku tidak yakin jika Madam Gi mau menerima. Sama saja dengan uangnya sendiri ‘kan?”
Gilang mengangguk paham. Ia sudah mengenal betul keluarga Prawira termasuk Madam Giselle. Wanita paruh baya itu sangatlah keras kepala. Sama persis seperti Elvano.
“Ra, aku ada tabungan. Bagaimana jika kamu menggunakan uang itu dulu? Kamu bisa mengembalikannya nanti, tidak perlu buru - buru.” Ucap Gilsng kemudian.
Nayara menoleh dan menatap Gilang dengan lekat. Mungkin Tuhan telah menjawab doanya, dan mengirim bantuan melalui pria itu?
Namun, jika ia meminjam pada Gilang dan Elvano sampai tau, pria itu pasti akan merasa tersinggung bukan? Karena Nayara lebih memilih bantuan pria lain daripada sang atasan.
“Terima kasih, pak. Tapi, sepertinya aku mau berusaha dulu.” Ucapnya kemudian.
Gadis itu pamit untuk pergi ke toilet. Ia pun menitipkan botol air milik Elvano pada Gilang.
“Bagaimana Lang? Apa Nara mau meminjam uang dari kamu?” Tanya sang atasan saat Gilang memberikan air minum pada pria itu.
Ya, Gilang sudah mengetahui cerita tentang hilangnya cincin berlian seharga 500 Juta itu, sebelum Nayara menceritakannya.
Ia diminta sang atasan untuk menawarkan pinjaman pada gadis itu. Dimana sebenarnya uang itu adalah milik Elvano yang kemarin di tolak oleh Nayara.
“Nara tidak mau, pak. Katanya dia mau berusaha dulu.” Jelas Gilang.
“Dan kamu tidak berusaha untuk membujuknya?”
Kepala Gilang menggeleng pelan. “Dia buru - buru pergi ke toilet, pak.”
“Kamu pulang saja kalau begitu, Lang!” Ucap Elvano sembari meneguk air minumnya.
“Jadi tugas saya sudah selesai hari ini?” Tanya sang asisten.
“Hmm. Sekarang kamu bebas pergi berkencan.”
Gilang bersorak pelan. Sebenarnya ia tidak perlu ikut ke tempat golf. Cukup Nayara saja yang menemani Elvano.
Ia sudah menyusun rencana kencan dengan salah satu kekasihnya. Tetapi harus di undur karena panggilan mendadak dari sang atasan.
“Kalau begitu, saya permisi dulu, pak. Titip Nara, ya.” Ucapnya sembari melangkah pergi.
Elvano berdecak pelan. Meski Gilang seorang Playboy, namun pria itu sosok asisten yang sangat setia.
Mereka pertama kali bertemu saat Elvano berusia dua puluh lima tahun. Dan ia pun telah menganggap Gilang seperti adiknya sendiri.
“Lho, pak Gilang mana, pak?” Tanya Nayara saat melihat Elvano hanya sendiri.
“Dia sudah pergi. Katanya mau berkencan.”
Nayara mengangguk paham. Mereka kemudian meninggalkan lapangan itu.
“Bapak mau pulang kemana?” Tanya Nayara saat mereka sudah berada di tempat parkir.
“Ke penthouse saja.” Pria itu berjalan menuju sisi kanan mobil.
“Biar saya saja, pak.” Nayara menghampiri sang atasan sebelum masuk di balik kemudi.
“Ini hari libur, Nara. Saya yang menyetir.” Elvano masuk kemudian menutup pintu.
Nayara menghela nafas pelan. Ia kemudian menyusul masuk, dan duduk di samping kiri pria itu.
.
.
.
Elvano tinggal di sebuah apartemen elit di kawasan Jakarta Selatan. Ia menempati sebuah penthouse di lantai dua puluh. Sejak lima tahun terakhir.
Sebuah unit dengan fasilitas terlengkap. Di lengkapi dengan lift pribadi, terdiri dari dua lantai, memiliki dua kamar tidur di lantai atas. Satu kamar tamu di lantai bawah. Ruang tamu, dan dapur yang terpisah. Toilet untuk tamu, dan tempat mencuci pakaian. Serta kolam renang pribadi di balkon apartemen.
Kamar utama pun lumayan luas, tempat tidur King size di tengah ruangan, televisi besar menempel pada dinding, pintu kaca yang bisa di geser untuk bersantai di balkon, serta ruang ganti khusus yang terhubung dengan kamar mandi.
Nayara sendiri sudah biasa datang ke tempat tinggal pribadi sang atasan. Ia juga memiliki sebuah kartu akses khusus untuk hunian mahal itu.
“Bapak mau makan siang apa?” Tanya Nayara saat mereka sudah berada di dalam unit.
“Di kulkas masih ada ikan? Tiba - tiba saya ingin makan ikan goreng dengan sambal terasi.” Ucap pria dewasa itu.
“Masih, pak. Sekalian saya mau cek isi kulkas, biar habis ini bisa belanja.”
“Ya sudah. Saya mau mandi dulu.” Elvano pun berlalu menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Nayara kemudian pergi ke dapur untuk membuat makanan yang di minta oleh atasannya itu.
Lima tahun yang lalu, Nayara melamar pekerjaan di kantor Prawira Holding Company pada bagian sekretaris. Ia pun di terima karena memenuhi syarat.
Tiga bulan pertama, ia di training bersama sekretaris yang lain. Setelah itu, seleksi calon sekretaris pimpinan pun di buka.
Nayara coba - coba mengikuti tes, dan ternyata dirinya yang lolos dengan nilai tertinggi.
Di awal kariernya menjadi sekretaris Elvano, Nayara beberapa kali ingin mengundurkan diri.
Bukan karena memiliki atasan galak, pemarah dan semena - mena. Elvano tidak seperti itu. Pria itu sangat memuliakan pekerjanya. Memperlakukan manusia layaknya manusia.
Yang membuat Nayara ingin menyerah adalah dirinya yang tidak sanggup mengimbangi Elvano yang sangat disiplin dan gila kerja. Ia beberapa kali terlambat, dan sering melakukan kesalahan. Elvano masih memberikan kesempatan. Dan menolak untuk menandatangani surat pengunduran dirinya.
Nayara pasrah. Namun, ketika teringat dengan orang tua, dan adiknya yang membutuhkan biaya pendidikan, Gadis itu pun memutuskan untuk bertahan.
Hingga tiga tahun yang lalu, Elvano mengangkatnya menjadi asisten pribadi. Untuk meringankan tugas Gilang yang sibuk dengan pekerjaan kantor.
“Sudah selesai.” Ucap Nayara setelah menata semua hasil masakannya di atas meja makan.
Ada nasi putih, ikan goreng, tumis kangkung, dan sambal terasi. Tak lupa Nayara menyiapkan air putih dan buah potong.
Sembari menunggu Elvano turun, ia pun mencatat apa saja yang habis di dapur itu.
nungguin si el bucin sama si nay..
ayok kak hari ini upny double 🤭