Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN DENGAN FERDO
Malam itu, Gadis meringkuk di kamarnya yang sempit. Punggungnya terasa perih dan memar akibat cambukan yang diterimanya dari Tuan Antonio dan Nyonya Isabella.
"Ya Allah.. Tolong aku agar aku kuat menghadapi semua cobaan dari-Mu," jerit hati Gadis.
Bayangan sore yang mengerikan itu terus berputar di benaknya, fitnah keji yang dilancarkan Nyonya Isabella atas tuduhan pencurian gelang berlian. Sejak kejadian itu, Gadis mengurung diri, enggan bertemu siapa pun. Perutnya keroncongan, tapi ia tak punya selera makan.
Ketika malam semakin larut, rasa lapar tak tertahankan memaksa Gadis untuk keluar dari kamar. Dengan langkah pelan, ia menuju dapur, berharap menemukan sesuatu untuk dimakan.
"Semoga aku menemukan makanan untuk aku makan, perutku lapar sekali.."
Di sana, di atas wastafel, ia melihat sepotong ikan dan sedikit nasi, sisa makanan keluarga Tuan Antonio. Hati Gadis bersorak gembira. Setidaknya, ada sesuatu yang bisa mengganjal perutnya yang kosong.
"Akhirnya.. Aku bisa mengganjal perut. Semoga ini cukup agar aku kenyang."
Namun, baru saja tangannya hendak meraih makanan itu, sebuah pukulan keras mendarat di tangannya. Gadis terkejut dan menoleh. Ternyata Renata, anak bungsu Tuan Antonio, berdiri di hadapannya dengan tatapan sinis.
"Jangan sentuh makanan itu!" bentak Renata.
"Tapi, Nona... saya lapar," jawab Gadis lirih.
"Nyonya Isabella sedang menghukummu, Gadis. Kamu tidak boleh makan apa pun selain sisa makanan kucing," kata Renata dengan nada dingin.
"Sisa makanan kucing?" Gadis terkejut. "Tapi, Nona... itu tidak layak untuk dimakan."
"Itu bukan urusanku. Kalau kucing tidak menghabiskan makanannya, baru kamu boleh memakannya. Mengerti?" Renata menatap Gadis dengan tatapan merendahkan.
Hati Gadis hancur berkeping-keping. Ia merasa diperlakukan seperti binatang. Air mata mulai membasahi pipinya. Tanpa berkata apa pun, ia berbalik dan kembali ke kamarnya, membawa serta rasa sakit dan kelaparan yang semakin menjadi-jadi.
Keesokan harinya, suasana di rumah Tuan Antonio sedikit berbeda. Ada kesibukan yang tak seperti biasanya. Gadis mendengar suara riuh dari ruang tamu. Dengan rasa penasaran, ia mengintip dari balik pintu dapur.
Di sana, ia melihat Tuan Antonio dan Nyonya Isabella menyambut seorang pria muda yang tinggi, tegap, dan sangat tampan. Pria itu tampak asing bagi Gadis. Ia baru pertama kali melihatnya.
"Ferdo, anakku! Akhirnya kamu pulang juga," kata Nyonya Isabella sambil memeluk pria itu erat.
"Mama," jawab pria itu singkat.
Gadis tersentak. Jadi, pria itu adalah Ferdo, anak pertama Tuan Antonio dan Nyonya Isabella. Selama ini, Gadis hanya mendengar namanya disebut-sebut. Ia tahu bahwa Ferdo sedang sekolah di luar negeri.
Dari percakapan yang Gadis dengar antara Tuan Antonio dan Nyonya Isabella, ia mengetahui bahwa Ferdo tidak hanya sekolah di luar negeri, tetapi juga menjalani pemulihan setelah transplantasi ginjal.
Tuan Antonio mengatakan bahwa Ferdo mendapatkan ginjal baru dari seseorang yang tidak disebutkan namanya.
Gadis berpikir, mungkin pengobatan di luar negeri memang lebih baik sehingga Ferdo harus sekalian sekolah di sana. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Selama beberapa hari berikutnya, Gadis mengamati Ferdo dengan seksama. Sikap Ferdo sangat berbeda dengan kedua orang tuanya, juga dengan adik-adiknya, Rafael dan Renata. Ferdo terlihat dingin, tak banyak bicara, dan sedikit misterius. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di kamar atau di perpustakaan.
Namun, diam-diam, Gadis merasa bahwa Ferdo memperhatikannya. Ia seringkali menangkap tatapan Ferdo yang tertuju padanya, tatapan yang sulit diartikan. Gadis merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik tatapan dingin itu.
"Tatapan matanya sangat dingin, tapi dibalik itu semua, entah mengapa aku merasa nyaman," pikir Gadis, jika secara tak sengaja mereka bertemu muka..
Suatu sore, Gadis sedang membersihkan taman belakang rumah. Ia merasa lelah dan lapar.
Sejak kejadian fitnah itu, ia selalu mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari keluarga Tuan Antonio. Ia hanya diperbolehkan makan sisa makanan kucing, dan seringkali ia tidak mendapatkan apa pun karena kucing peliharaan mereka selalu menghabiskan makanannya.
Saat sedang beristirahat di bawah pohon rindang, tiba-tiba Ferdo datang menghampirinya. Gadis terkejut dan segera berdiri.
"Tuan Ferdo," sapa Gadis gugup.
Ferdo tidak menjawab. Ia hanya menatap Gadis dengan tatapan yang sulit diartikan. Gadis merasa jantungnya berdebar kencang.
"Kamu lapar?" tanya Ferdo tiba-tiba.
Gadis terkejut. Ia tidak menyangka Ferdo akan bertanya seperti itu. "Saya... saya tidak apa-apa, Tuan," jawab Gadis mencoba menyembunyikan rasa laparnya.
Ferdo menghela napas. "Jangan berbohong. Aku tahu apa yang terjadi padamu."
Gadis terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa.
Ferdo kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak makan berisi nasi dan lauk-pauk yang masih hangat. "Makanlah," kata Ferdo sambil menyodorkan kotak makan itu kepada Gadis.
Gadis terkejut bukan main. "Tapi, Tuan... ini..."
"Aku tahu kamu tidak mendapatkan makanan yang layak. Makanlah, aku tidak akan memberitahu siapa pun," kata Ferdo dengan nada lembut.
Air mata Gadis menetes tanpa bisa dicegah. Ia merasa terharu dengan kebaikan Ferdo. Selama ini, tidak ada seorang pun yang peduli padanya. Keluarga Tuan Antonio memperlakukannya seperti sampah, tetapi Ferdo justru menunjukkan perhatian dan kebaikan.
"Terima kasih, Tuan," ucap Gadis dengan suara bergetar.
Ferdo tersenyum tipis. "Jangan panggil aku Tuan. Panggil saja Ferdo."
Gadis mengangguk. Dengan tangan gemetar, ia menerima kotak makan dari Ferdo. Ia membuka kotak itu dan menghirup aroma makanan yang lezat. Perutnya yang keroncongan semakin bergejolak.
Tanpa ragu, Gadis mulai menyantap makanan itu dengan lahap. Ia sudah sangat lapar. Ia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi nanti. Yang terpenting, saat ini ia bisa merasakan kebaikan dan perhatian dari seseorang.
Ferdo memperhatikan Gadis makan dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia merasa kasihan dengan penderitaan yang dialami Gadis. Ia tahu bahwa Gadis tidak bersalah. Ia tahu bahwa Nyonya Isabella telah memfitnahnya.
Namun, Ferdo tidak bisa berbuat banyak. Ia tidak ingin membuat masalah dengan keluarganya. Ia hanya bisa diam-diam membantu Gadis sebisa mungkin.
Setelah selesai makan, Gadis mengembalikan kotak makan itu kepada Ferdo.
"Terima kasih banyak, Ferdo. Kamu sangat baik," ucap Gadis tulus.
Ferdo menerima kotak makan itu dan tersenyum tipis. "Sama-sama. Jangan katakan pada siapa pun tentang ini," pesannya.
Gadis mengangguk. "Aku janji."
Ferdo kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Gadis. Gadis menatap punggung Ferdo dengan tatapan penuh rasa terima kasih. Ia merasa ada harapan baru dalam hidupnya. Ia percaya bahwa suatu saat nanti, kebenaran akan terungkap dan ia akan mendapatkan keadilan.
Sejak saat itu, Ferdo seringkali diam-diam membantu Gadis. Ia memberikan makanan, pakaian, dan obat-obatan. Ia juga seringkali menghibur Gadis dan memberikan semangat. Gadis merasa sangat beruntung memiliki Ferdo sebagai teman.
Namun, hubungan mereka harus tetap dirahasiakan. Jika keluarga Tuan Antonio mengetahui hubungan mereka, Gadis takut Ferdo akan mendapatkan masalah.
Gadis dan Ferdo terus menjalin hubungan persahabatan secara diam-diam. Mereka saling mendukung dan saling menguatkan. Mereka berharap suatu saat nanti, mereka bisa hidup bahagia tanpa harus bersembunyi dan tanpa harus takut akan ancaman dari keluarga Tuan Antonio...