NovelToon NovelToon
GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Gayatri, seorang ibu rumah tangga yang selama 25 tahun terakhir mengabdikan hidupnya untuk melayani keluarga dengan sepenuh hati. Meskipun begitu, apapun yang ia lakukan selalu terasa salah di mata keluarga sang suami.

Di hari ulang tahun pernikahannya yang ke-25 tahun, bukannya mendapatkan hadiah mewah atas semua pengorbanannya, Gayatri justru mendapatkan kenyataan pahit. Suaminya berselingkuh dengan rekan kerjanya yang cantik nan seksi.

Hidup dan keyakinan Gayatri hancur seketika. Semua pengabdian dan pengorbanan selama 25 tahun terasa sia-sia. Namun, Gayatri tahu bahwa ia tidak bisa menyerah pada nasib begitu saja.

Ia mungkin hanya ibu rumah tangga biasa, tetapi bukan berarti ia lemah. Mampukan Gayatri membalas pengkhianatan suaminya dengan setimpal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GAYATRI 03

Nadya mengernyit bingung mendengar ujaran kebencian dari Keandra. "Kenapa dia mengatakan hal itu? Apakah aku sudah membuat kesalahan?" gumamnya, heran.

"Mahesa," panggil Nadya setengah berbisik. "Putra keduamu sepertinya tidak menyukai keberadaanku di sini, dia berkata membenciku," katanya mengadukan apa yang didengarnya tadi.

Mahesa menatapnya heran, "Apa? Itu tidak mungkin. Kau yakin tidak salah dengar?" tanyanya merasa tak percaya.

Nadya mencebik, "Kau tidak percaya padaku?"

"Tidak, bukan begitu maksudku. Apa yang dia katakan padamu tadi?" tanyanya, merasa tak enak hati pada Nadya, rekan kerja yang sudah membantunya selama kurang lebih 7 tahun lamanya.

Nadya kemudian menceritakan apa yang ia dengar dari Keandra dengan melebih-lebihkan hal yang sebenarnya terjadi, sehingga Mahesa yang tidak tahu itu langsung merasa kesal dan malu.

"Anak itu tidak bisa dibiarkan!" seru Mahesa, menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. Lalu, mendekati Keandra yang hendak kembali ke dapur.

Ia menarik lengan putra keduanya itu dengan kasar, satu tangannya terangkat ke atas. Dan dengan mudah, langsung meninggalkan satu tamparan keras di pipi Keandra.

Plak!

Keandra terkejut, sontak memegangi pipinya yang terasa panas.

Semua orang yang berada di ruangan itu sontak terkejut dengan apa yang dilakukan Mahesa pada putranya. Gayatri, langsung menghampiri putranya, menjadi pelindung fi saat yang paling tepat.

"Apa yang kau lakukan? Apa kesalahannya? Kenapa kau langsung menampar putraku?" tanya Gayatri, panik bercampur cemas.

Mahesa berkacak pinggang, menatap Gayatri dan Keandra dengan tatapan tajam. "Apa yang aku lakukan? Aku sedang memberi anak ini pelajaran!"

Gayatri, dengan perasaan keibuannya langsung menangkup pipi putranya dan memeriksa pipi kiri Keandra yang memerah akibat tamparan.

"Apa kesalahan yang dilakukannya? Kenapa kau tiba-tiba menampar putramu, Mahesa?" tanya Wira, berusaha menengahi.

Sementara Nadya dan yang lainnya memilih diam, tak ingin ikut campur. Suasana yang semula bahagia kini berganti tegang dan memanas.

"Anak ini sudah bersikap kurang ajar pada tamu kita, Yah!" seru Mahesa berapi-api.

"Apa?" Wira seakan tak percaya.

Begitupun Gayatri yang menatap putranya tak percaya, tetapi ia yakin putranya tidak melakukannya tanpa alasan, sebab ia tak pernah sekalipun mengajarkan putranya untuk bertindak tidak sopan kepada tamu mereka.

"Benarkah itu, Nak?" tanya Gayatri lembut. Tatapan matanya mulai berembun saat menatap sang putra.

Tetapi, Keandra tak terima dituduh seperti itu. "Itu tidak benar, Bu. Aku hanya berkata aku membencinya, aku tidak bersikap tidak sopan!" aku Keandra berani.

"Lihat ini! Lihatlah dia, sudah berani membantah orang tuanya sendiri! Kau pasti sudah mengajarinya yang tidak-tidak! Sehingga putraku jadi kelewat batas begini!" maki Mahesa. Suaranya meninggi dengan satu telunjuk menunjuk-nunjuk wajah Gayatri.

"Cukup. Putraku mungkin salah, tapi jangan pernah meragukan didikanku," tegas Gayatri tak terima.

"Mendidik? Kau hanya memanjakan putramu ini! Lihat dia. Apa pekerjaannya sekarang? Tidak ada. Pekerjaannya hanya menari saja setiap hari. Sia-sia aku menyekolahkannya!" maki Mahesa semakin menggebu.

Wira yang sejak tadi berusaha tidak ikut campur, kini terpaksa maju membela sang cucunya. "Cukup, Mahesa. Apa yang kau katakan? Kenapa kau mengungkit hal yang sudah menjadi kewajibanmu sebagai orang tua? Kau sudah keterlaluan!"

"Benar, seharusnya kau bertanya dulu, apa alasan putramu bertindak tidak sopan. Gayatri tidak mungkin mengajari putranya yang tidak-tidak," tambah Sarita.

Nadya yang sejak awal hanya menjadi penonton, kini ikut bersuara. "Sudahlah, Mahesa. Jangan membesar-besarkan masalah, Keandra masih remaja. Lagipula, aku sama sekali tidak apa-apa, mungkin saja putramu tidak menyukai keberadaanku makanya dia bilang membenciku."

"Tidak bisa, Nadya. Aku tidak mengajarkannya untuk membenci orang lain, apalagi kau adalah rekan kerjaku. Dia seharusnya bersikap hormat padamu," sahut Mahesa.

Sikapnya yang membela Nadya sebegitu kerasnya membuat Gayatri kecewa. Sejak kapan suaminya lebih membela orang lain dibandingkan putranya sendiri?

"Siapa bilang aku membencimu? Aku membenci semua yang ada di sini!" teriak Keandra, matanya memerah dengan linangan air mata.

"Keandra! Kenapa kau bicara begitu?" Gayatri yang berada di samping putranya berusaha memenangkan hati Keandra. "Tidak baik bicara seperti itu, Nak. Ibu tidak mengajarimu—"

"Kurang ajar!" Mahesa hendak menampar putranya lagi, tetapi tangan Gayatri lebih dulu menahannya.

"Jangan kau pukul anakku lagi," katanya dengan tegas. Lalu, mendorong Mahesa menjauh dari mereka. "Aku tidak membesarkan anak-anakku untuk kau pukul."

Gayatri kembali kepada putranya, hendak meraih lengan Keandra. Namun, Keandra yang terlanjur marah, menepis lengan sang ibu.

"Satu hari saja, apakah kau ingat untuk membahagiakan ibuku? Tidak, kan? Ayah, kau bahkan tidak ingat hari ini adalah ulang tahun ibuku!" seru Keandra, menatap sang ayah dengan berani.

Kekesalan dan kekecewaan yang ia pendam selama ini membuatnya berani bersuara lantang. "Kalian tidak ingat ulang tahun ibuku! Untuk itu, kalian lebih memilih merayakan pencapaian perempuan itu dibanding memberi kejutan untuk ibuku!"

Wira dan Sarita yang mendengar hal itu justru terkejut. Mereka benar-benar lupa hari ulang tahun Gayatri. Apalagi Mahesa yang sama sekali tidak ingat, pria itu hanya bisa berdiri mematung, tak tahu harus bicara apa.

"Ibuku sudah bekerja, mengurus rumah dan keluarga ini selama 25 tahun, tapi sekalipun kalian tidak pernah ingat hari ulang tahunnya!" teriak Keandra. Air matanya mengucur deras.

Sementara Gayatri terdiam di tempat, antara terharu dan sedih, ia tak menyangka salah satu putranya seberani itu untuk membela dirinya di depan keluarga.

"Nak, maafkan kami. Kami tidak ingat," kata Wira, mencoba mendekati Keandra untuk sekadar mengusap bahunya.

Tetapi, Keandra yang terlanjur marah, justru berlari pergi meninggalkan ruang tamu itu. Meninggalkan anggota keluarga yang bingung bercampur tegang.

Tanpa pikir panjang, Gayatri langsung menyusul sang putra sementara yang lainnya saling pandang, melempar tatapan bersalah sebab telah melupakan hari penting.

"Apa yang sudah kita lakukan, Sarita? Bagaimana bisa kita melupakan hari ulang tahun menantu kita sendiri," ungkap Wira merasa bersalah.

Sarita memijat pelan lututnya yang kembali terasa sakit, sambil sesekali mengeluh. "Memangnya perlu merayakan ulang tahunnya? Gayatri itu ibu 3 anak, bukan anak-anak yang ulang tahunnya harus kita ingat dan rayakan."

"Kau ini, menantu kita memang bukan anak-anak yang ulang tahunnya harus dirayakan. Tetapi apa salahnya jika kita memberinya ucapan ulang tahun dan hadiah?"

Sarita mencebik tak suka, menurutnya, reaksi Keandra terlalu berlebihan. Sarita berpikir bahwa wajar saja jika mereka lupa ulang tahun Gayatri, sebab mereka telah menua.

"Selama 25 tahun Gayatri sudah mengabdikan dirinya untuk melayani keluarga ini, tanpa mengeluh sedikitpun. Tapi, kita hanya ingat dia saat kita butuh bantuannya saja. Sangat wajar jika Keandra marah."

"Kau seperti tidak tahu saja, anak itu memang selalu membela ibunya mati-matian, sampai-sampai dia bersikap tidak sopan pada tamu kita," sela Sarita, masih sambil mengusap lututnya.

"Sarita, Keandra marah pun ada alasannya. Kau tidak dengar tadi? Dia sudah menyiapkan kejutan untuk ibunya, tetapi kita malah merayakan keberhasilan Nadya." Wira masih berusaha menjelaskan dengan bijaksana.

"Tapi, apa salahnya jika kita merayakan keberhasilan Nadya, Yah? Dia sudah bekerja keras selama ini, wajar saja jika kita merayakannya, kan?" Mahesa yang sedari tadi hanya menyimak, ikut menyela.

1
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kok saya pengen ikutan ngamookkk 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Rasain tuh 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Langsung shock berat 😔
Dwiann🌱
Greget banget sama Sarita dan Mahesa(⁠ノ⁠`⁠⌒⁠´⁠)⁠ノ
Dwiann🌱
Thor, sejak pertama kali saya membaca saya langsung terbawa cerita. Tetap semangat ya, Thor💪💐❤️
Ceu Markonah
bongkar kebusukan mahesa
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
tanya gih ke anakmu
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ibukmu sudah lihat semua, dan kalau dia msh mau bersama bapakmu ya berarti gu oblok ehh
Uswatun Hasanah
tambah lagi thor 🙏🙏🙏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
bersiaplah Mahesa 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
berlari pergi
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
benci tapi cinta 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
rasain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Kalian yg akan terkejut 🤭
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 👍🏻
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
kita lihat apa Nadya bisa mengurus rumah dan penghuninya yg lain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 😌
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Anak dan bapaknya sama saja 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Untunglah Shakira tidak seperti ibunya 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Apa hubungannya,belum tentu orang yg pendidikan tinggi bisa mengurus keluarganya 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!