•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Perjanjian
"Walau bagaimanapun kita ini hanya orang asing yang bersatu dalam sebuah pernikahan. Ya walaupun kita udah beberapa kali ketemu tapi tetep aja kita sama-sama gak punya perasaan. Gua gak mau kalo misalnya kita gak kuat ngejalanin hubungan ini dan kita cerai, gue udah gak punya apa-apa buat di banggain. Seenggaknya walaupun status gue nanti jadi janda, gue masih belum kesentuh sama cowok." Jelas Viona gamlang.
Michael memejamkan matanya dan menegaskan rahangnya sebagai tanda bahwa ia tidak setuju dengan apa yang di katakan oleh Viona.
"Saya tidak se-brengsek itu buat ngambil ke-Vi*ginan kamu jika kamu tidak mengijinkan nya! Jika sampai saya melakukan hal tersebut, itu berarti saya serius dengan kamu dan tidak akan menceraikan kamu!" Tegas Michael.
"Om juga manusia yang punya nafsu, gimana kalo suatu hari Om khilaf? Atau kalau enggak Om dikasih obat perangsang sama seseorang pas mau pulang ke rumah, terus Om maksa aku buat ngelakuin hal itu."
Michael terdiam, karna ia pun tak bisa meramal apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kehidupan nya.
Untuk sesaat keduanya terdiam. Viona memejamkan matanya sembari menarik napas panjang.
"Gue mau pernikahan nya di sembunyikan. Dan lagi gue mau jangan ada pesta, pas kita tunangan ataupun pas akad nanti." Pinta Viona.
Michael berbalik menatap Viona disampingnya.
"Kenapa? Apakah kamu sudah memiliki kekasih dan takut kekasihmu tau bahwa kamu telah menikah?" Tanya Michael.
"Gue masih sekolah, kalo sekolah tau gue udah nikah pasti gue bakal di keluarin dari sana. Dan gue gak mau itu terjadi, jadi gue mau pernikahannya di rahasiakan. Cuma keluarga besar masing-masing aja yang tau kalo kita nikah." Jelas Viona.
Michael terdiam, ia mencoba mempertimbangkan permintaan Viona yang ingin merahasiakan pernikahan mereka.
"Oke.. saya setuju" ujar Michael akhirnya menyetujui.
"Ada yang lain?" Tanya Michael kembali.
Viona mengangguk "Ada, pas udah nikah nanti gue mau kita pisah kamar. Dan kita gak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing."
"Ouh ya, satu lagi. Kita harus bersikap layaknya suami istri kalo di hadapan keluarga aja, kalo di luar rumah kita papasan kita pura-pura gak kenal aja." Tambah Viona.
Michael mengangguk menyetujui. "Berarti kalo di rumah saya bebas bersikap seperti apapun?" Tanya nya.
Viona mengangguk tanda membenarkan ucapan Michael.
"Jika begitu saya juga akan memberi peraturan." Ujar Michael.
"Loh kok malah ikut-ikutan? Tadi aja sok-sokan protes." Viona mendelik.
"Kan gak adil rasanya kalo kamu bikin peraturan sementara saya enggak. Jadi dengan senang hati saya juga akan memberi peraturan " ucap Michael menyahut.
"Ya udah kalo gitu, apa peraturannya? Tapi jangan yang macem-macem" balas Viona.
"Kamu tidak boleh dekat-dekat dengan seorang lelaki, mau itu teman kamu atau siapa pun itu, terkecuali sodara dekat kamu. Dan setelah akad nanti saya akan menjalankan tugas saya sebagai suami, saya akan memberikan nafkah materi jadi kamu tidak boleh meminta apapun lagi kepada orang tua kamu. Kalo kamu menginginkan sesuatu, bilang saja pada saya. Tapi.. kamu juga harus menjalani tugas sebagaimana seorang istri. Jika sempat, pagi-pagi kamu beres-beres rumah. Dan setiap waktunya sarapan atau makan malam, kamu harus masak" jelas Michael panjang lebar.
Viona terdiam sambil memandangi Michael dalam diam. Ini sebenernya dia mau nikah apa mau nge-babu? Kok malah di suruh beres-beres rumah segala?
"Kok malah jadi ngatur-ngatur? Kita nikah gara-gara dijodohin loh.. bukan karena keinginan kita, kok gue gak boleh deket-deket ama cowok? Dan lagi.. gue mau nikah bukan jadi babu. Lagian gue juga gak bisa masak" ucap Viona berkomentar.
"Walaupun kita nikah karena dijodohkan, tapi tetap aja kan status kita suami istri? Saya gak mau punya istri durhaka karena selalu dekat-dekat dengan pria lain tanpa sepengatahuan saya sebagai suami kamu. Dan lagi saya gak nganggap kamu jadi babu saya, tapi itu memang tugas seorang istri. Kamu paham?" Jelas Michael.
Viona terlihat termenung memikirkan penjelasan dari Michael.
"Ya udah.. gue setuju. Tapi kalo misalkan gue masak, Om gak boleh ngomen atau protes, soalnya gue gak bisa masak yang aneh-aneh" ujar Viona.
"Kamu tenang aja, saya pemakan segala. Jadi kalo masakan kamu keasinan saya akan tetap makan makanan yang kamu masak" ucap Michael menenangkan. Padahal ia pun tahu, bahwa gadis yang akan di nikahi nya ini sangat lihai dalam hal memasak. Bahkan di rumahnya pun, tidak ada pelayan yang memasak untuk keluarga Alexander karena Amora dan putrinya sangat suka memasak, sehingga mereka berdualah yang memasak makanan yang akan mereka makan.
"Apakah ada lagi yang ingin kamu bicarakan? Kalo tidak ada sebaiknya kita kembali ke dalam. Kita sudah terlalu lama berada di luar" ujar Michael.
"Gak ada. Kita ke dalem aja" jawab Viona sembari bangkit dari duduknya.
Keduanya pun berjalan beriringan memasuki ruangan VVIP yang di pakai untuk acara dinner keluarga Schumacher dan keluarga Alexander.
"Maaf lama" ucap Michael mewakili Viona.
"Gak papa kok, justru bagus itu.. itung-itung pendekatan sebelum akad" balas Klara dengan senyuman lebarnya.
"Bener itu.. mulai sekarang kalian harus sering-sering pergi berdua" tambah Amora.
Michael dan Viona hanya tersenyum membalas ucapan Klara dan Amora. Sedangkan para kepala keluarga hanya tersenyum sembari mengelengkan kepalanya.
"Jadi bagaimana? Acar pertunangan nya akan dilakukan di hotel atau dimana?" Tanya Alexander pada semua orang.
"Maaf pah sebelum nya, gimana kalo tunangan atau akad nikahnya jangan ada acara-acara megah. Soalnya kita berdua sepakat untuk merahasiakan pernikahan kita karena mengingat Viona yang masih sekolah. Takutnya pihak sekolah tahu kalo Viona sudah menikah dan akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan Viona dari sekolah" ujar Viona.
"Loh kok gitu sih sayang? Kamu tenang di 8, kalo pihak sekolah tahu kamu sudah menikah.. kami gak akan tinggal diam, kita akan membantu kamu suapaya tetap bisa bersekolah di sekolah kamu sekarang" ucap Klara.
"Bun ini udah jadi kesepakatan kita berdua. Kita udah memutuskan hal ini dengan kepala dingin." Ucap Michael.
"Yah.. padahalkan Bunda mau bikin pesta yang megah buat acar kalian, apalagi kamu itu anak terakhir Bunda, dan juga Viona anak tunggal jadi kta mau bikin pesta semegah-megahnya." Ujar Klara dengan raut wajah yang menunjukkan kesedihan.
Viona menunduk merasa bersalah karena telah membuat Klara sedih. Namun mau bagaimana lagi ia belum siap jika publik mengetahui bahwa ia sudah menikah.
"Kalo emang Bunda sangat ingin mengadakan pesta, kita tunggu hingga Viona lulus sekolah dulu" jelas Michael.
"Ya sudah kalau begitu kita tunggu hingga Viona lulus dahulu saja" putus Schumacher.
"Jadi kapan tepatnya mereka melakukan pertunangan?" Tanya Schumacher.
"Bagaimana kalo jangan ada acara pertunangan saja? Mereka kan gak mau ada pesta-pesta, jadi kita langsung akad aja biar cepet" saran Amora.
Semua orang melirik Amora yang memberikan saran. Semuanya tampak berpikir untuk menimbang saran dari Amora.
"Aku setuju banget sama saran mbak Amora" ujar Klara menyetujui.
"Gimana semuanya? Kalian setuju kan?" Tanya Klara.
"Kita sih gimana para betina aja, kita ngikut aja. Iya gak Mach?" Jawab Alexander dan di balas anggukan oleh Schumacher.
"Ya udah kalo gitu, jadi langsung akad aja ya.."
"Gimana kalo akadnya di adain satu minggu lagi? Kan gak bakalan ada pesta, jadi kita bisa cepet-cepet nyiapin pengantin nya. Apalagi kan dua minggu lagi kalian bakalan ke luar negri buat perjalanan bisnis" usul Amora.
Viona yang mendengarnya segera menatap mamanya dengan pandangan heran.
"Kok cepet banget sih mah? Aku gak mau kalo satu minggu lagi.." protes Viona.
"Ya udah kalo kamu gak mau satu minggu lagi, berarti tiga hari lagi" ujar Amora santai.
Viona semakin menatap Amora dengan terkejut. Apa katanya? Tiga hari? Oh my God..
"Nah bener itu, tiga hari lagi aja kalo gak mau minggu depan." Tambah Klara.
"Gak gak gak, Viona gak mau, Viona belum siap." Viona kembali memberikan protesan nya.
"Ya udah kamu tinggal pilih aja sayang, mau minggu depan atau tiga hari dari sekarang?" Putus Klara.
Viona terdiam. Jujur saja ia belum siap jika harus menyandang gelar istri dalam waktu yang dekat ini.
Michael memperhatikan Viona yang masih diam membisu dengan kepala menunduk.
"Minggu depan aja Bun" ucap Michael mewakili.
Viona mengangkat wajahnya dan menatap Michael dengan tatapan yang tak terbaca.
"Ya sudah kalo gitu, jadi minggu depan aja ya.. untuk harinya kalo di hitung dari sekarang berarti hari Rabu. Kalo buat waktu akadnya, seperti biasa aja ya.. jam delapan"
\=°°°•°°°\=
Viona berbaring memandangi langit-langit kamar setelah tadi ia bersih-bersih dan mengganti bajunya dengan baju tidur.
'Seminggu lagi gue nikah? Kok gak nyangka ya.. ya tuhan gue belum siap' ungkapnya dalam hati.
Tok Tok Tok
"Sayang.. ini papah, udah tidur belum? boleh papah masuk?"
Ketukan pintu yang di susul oleh suara Alexander yang meminta ijin untuk masuk membuat lamunan Viona buyar. Ia menoleh dan segera bangkit menuju pintu yang tadi sempat ia kunci.
Ceklek.
"Masuk aja pah" suruh Viona sambil bergeser ke sisi pintu memberikan jalan untuk Alexander.
Alexander tersenyum dan melangkah masuk ke kamar putri semata wayangnya. Matanya mengedar menelusuri sudut-sudut kamar Viona yang terlihat rapi.
Viona menutup pintunya kembali dan berjalan menuju kasur king size nya dan duduk di sana dengan sebuah bantal yang berada di pangkuannya.
Alexander menarik kursi belajar dan meletakkannya di hadapan Viona lalu mendudukinya.
Viona diam menunggu papanya angkat bicara, karena tak biasanya Alexander mendatangi langsung ke kamarnya. Biasanya jika ada yang ingin ia bicarakan, Alexander lebih sering memanggilnya ke ruang keluarga dan membicarakan nya di sana.
Alexander mengambil kedua telapak tangan Viona untuk ia genggam. Ia mendongak menatap Viona dengan tatapan lembut, jangan lupakan senyuman nya yang mana membuat kerutan di sudut pipinya terlihat walau agak samar.