kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Angin sore berhembus lembut melewati jalanan batu, membawa aroma bunga dari kios dekat alun-alun. Di tengah keramaian pasar, langkah dua orang muda itu tampak mencolok satu dengan wajah malu-malu dan ceria, satu lagi dengan ekspresi datar namun menenangkan. Sedangkan di belakang mereka, tiga bayangan usil terus mengintai, menjadikan pemandangan itu semakin ramai.
Sementara itu, di dalam area latihan Klan Naga, suara benturan logam menggema keras di udara. Dentang pedang dan tombak beradu saling bersahutan, menandakan pertarungan sengit yang tengah berlangsung. Dua sosok di tengah arena itu bukan lain adalah Zhentao dan Zhihao, yang sedang melakukan latihan tanding serius.
Para kesatria lain berdiri di sekeliling arena, bersorak dan berteriak memberikan semangat. Debu halus berterbangan di udara setiap kali senjata mereka saling bertemu, memantulkan cahaya matahari pagi yang menembus dari sela-sela atap paviliun.
Zhentao memutar tombak Naga Angin miliknya dengan lincah, gerakannya cepat dan penuh tenaga. Setiap ayunan tombaknya menghasilkan hempasan udara tajam yang mengguncang lantai batu. Di sisi lain, Zhihao mengayunkan pedang hitam berbalut api dengan kecepatan luar biasa, setiap tebasannya memunculkan jejak api merah menyala di udara.
Meski hanya latihan tanding, keduanya sama sekali tidak menahan diri. Mereka benar-benar mengeluarkan kemampuan terbaik masing-masing.
Zhentao melompat ke belakang, menancapkan ujung tombaknya ke tanah lalu berdiri dengan gagah. Ia menatap adiknya sambil tersenyum menantang.
“Zhihao, sepertinya aku akan menang lagi. Cepat, keluarkan kemampuan terbaikmu!” serunya keras, suaranya menggema di seluruh arena.
Zhihao yang mendengar provokasi itu tersenyum lebar, matanya memancarkan semangat tempur. “Baiklah, kalau itu yang kakak mau!” serunya lantang sambil mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.
“Teknik Pedang Api! Tebasan Penghancur!”
Seketika pedangnya dipenuhi kobaran api menyala. Zhihao mengayunkannya kuat-kuat ke depan, menciptakan tebasan silang raksasa berwarna merah menyala yang meluncur cepat dan membelah udara dengan suara “SRAAAK!!”
Zhentao tersenyum tipis melihat serangan itu. Ia mengangkat tombaknya dan berputar cepat. Ujung tombak mulai berputar seperti baling-baling, menghasilkan pusaran angin yang semakin lama semakin besar. Debu dan pasir di sekitarnya terangkat tinggi ke udara.
“Teknik Tombak Angin! Amukan Badai!”
Dari pusaran tombak itu muncul angin puting beliung besar yang berputar liar, menghantam tebasan api milik Zhihao tepat di tengah arena.
“DUAAR!!”
Dari benturan dua kekuatan itu, api dari tebasan Zhihao justru terserap ke dalam puting beliung angin milik Zhentao. Hasilnya, badai yang semula hanya berupa pusaran angin biasa kini berubah menjadi tornado berapi yang mengamuk liar dan melesat langsung ke arah Zhihao!
Zhihao terkejut, namun dengan cepat menancapkan pedangnya ke tanah dan mengangkat tangannya, membentuk perisai dari energi qi milik nya dan sebuah pelindung berwarna biru pun terbentuk di sekeliling nya dan melihat serangan kakak nya yang sedang menuju ke arah nya dan tornado berapi itu menghantam perisai tersebut dengan suara ledakan keras. “BOOOOMMMM!!!”
Gelombang panas dan hembusan angin yang kuat menerpa seluruh arena. Batu-batu di lantai terangkat dan terlempar, membuat para kesatria yang menonton harus mundur dengan panik.
Melihat situasi itu, Jian Yu yang sejak tadi duduk di tribun langsung berdiri. Dengan gerakan tangan cepat, ia membentuk penghalang cahaya berwarna putih keemasan yang menyelimuti seluruh area latihan. Cahaya itu bergetar dan berpendar, melindungi para kesatria dari dampak ledakan yang luar biasa besar.
Ketika debu mulai mereda, hanya dua sosok yang masih berdiri di tengah penghalang cahaya tersebut Zhentao dan Zhihao, keduanya tampak terengah-engah dengan tubuh yang penuh keringat.
Zhentao tersenyum puas sambil memutar tombaknya dan menancapkannya ke tanah.
“Lumayan juga, adikku. Sekarang aku mulai percaya kalau kau sudah layak jadi lawanku dan juga serangan tadi bagus untuk serangan gabungan” ucapnya dengan nada bangga.
Zhihao hanya tersenyum lelah, mengangkat pedangnya ke bahu sambil tertawa kecil.
“hahaha ..ya cocok untuk serangan gabungan tapi ini masih kurang da tidak stabil dan satu lagi aku harus menjadi lebih kuat lagi”
Para kesatria yang menonton pun bersorak riuh, bertepuk tangan menyemangati keduanya. Suara sorakan, dentingan senjata, dan aura semangat bertarung memenuhi seluruh halaman Klan Naga.
Di saat Ling Yuan hendak membeli camilan, ia melihat dua orang mencurigakan masuk ke dalam gang sempit. Gerak-gerik mereka aneh, berpakaian serba hitam, dengan simbol dua tanduk di bahu mereka.
“Gerak-gerik orang itu sangat aneh…” gumamnya pelan sambil terus memperhatikan arah gang tersebut.
Sementara itu, Ling Bao, Ling Long, dan Ling Ruan juga melihat dua orang yang sama.
“Bagaimana ini? Apa kita pantau pergerakan dua orang mencurigakan tadi atau bagaimana?” tanya Ling Ruan dengan nada waspada.
Ling Long mengangguk pelan. “Begini saja, kita berdua akan mengikuti mereka secara diam-diam. Ling Bao, kamu awasi kak Ling Yuan dan juga gadis bangsawan itu. Kalau terjadi sesuatu, segera beri tahu kami.”
Tanpa menunggu lama, Ling Long dan Ling Ruan melesat cepat ke atap-atap bangunan, menghilang dalam sekejap untuk membuntuti dua orang misterius itu.
Sementara itu, Ling Yuan masih menatap arah gang tersebut sambil mengunyah camilannya. Zhang Ru yang berdiri di sampingnya memperhatikan ekspresi serius sahabatnya itu.
“Kak Yuan, kamu lihat apa? Dari tadi kamu kelihatan sangat fokus,” tanya Zhang Ru penasaran.
Alih-alih menjawab, Ling Yuan tiba-tiba bergerak cepat.
“Ada yang tidak beres,” ucapnya singkat sambil berlari menuju gang sempit itu.
Melihat itu, Zhang Ru langsung ikut mengejarnya dari belakang. Ling Bao, yang sebelumnya diperintahkan untuk menjaga mereka, ikut mengikuti dari kejauhan sambil bersembunyi di antara bayangan bangunan agar tidak ketahuan.
Sementara itu di tempat lain, Ling Long dan Ling Ruan berdiri di atas atap, memantau gerak-gerik dua orang berpakaian hitam itu dari kejauhan. Aura mereka disembunyikan rapat agar tidak terdeteksi.
“Kenapa mereka berhenti di gang buntu ini?” bisik Ling Long dengan nada curiga.
“Entahlah, kita perhatikan saja dulu,” jawab Ling Ruan pelan, matanya tajam menatap dua sosok misterius itu.
Suasana di gang itu menjadi hening. Hanya terdengar desiran angin malam yang melewati atap-atap, dan gemericik air dari gorong-gorong di bawah. Kedua orang misterius itu saling bertukar pandang seolah menunggu sesuatu.
Ling Long mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, matanya menyipit.
“Aku tidak suka perasaan ini,” gumamnya pelan.