NovelToon NovelToon
Blood & Oath

Blood & Oath

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:659
Nilai: 5
Nama Author: Ryan Dee

Tharion, sebuah benua besar yang memiliki berbagai macam ekosistem yang dipisahkan menjadi 4 region besar.

Heartstone, Duskrealm, Iron coast, dan Sunspire.

4 region ini masing masing dipimpin oleh keluarga- yang berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan di Tharion.

Akankah 4 region ini tetap hidup berdampingan dalam harmoni atau malah akan berakhir dalam pertempuran berdarah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryan Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Act 5 - Judgement day

"Bangunlah," suara Sir Garrick terdengar berat. "Kita sudah sampai."

Aku membuka mata dan melirik keluar jendela.

Di hadapanku menjulang tembok raksasa, dibangun dari batu gelap yang tak kukenal. Megah, dingin, dan sama sekali berbeda dengan tembok Rivera yang retak dan lapuk dimakan waktu.

Di tengah gerbang terpampang lambang singa bermahkota, ukiran emas yang berkilauan diterpa cahaya matahari. Di atas tembok, barisan pemanah berdiri tegang, siap melepaskan anak panah kapan saja. Tenggorokanku terasa kering.

Jadi ini... Heartstone.

Kereta berhenti. Suara lantang terdengar dari atas tembok:

"Berhenti! Sebutkan asal dan urusan kalian!"

Sir Garrick turun dari kereta dengan tenang, mengangkat sebuah gulungan berstempel singa emas.

"Perdana Menteri mengutusku membawa dua tahanan khusus. Mereka akan diadili di hadapan Dewan Bangsawan."

Gerbang perlahan berderit terbuka. Dari baliknya muncul seorang knight berzirah hitam berkilau, suaranya dalam dan berat.

"Sir Edgar Velholt dari Oakspire Keep. Komandan gerbang Heartstone."

"Sir Garrick Tarrowind, Green Gate," balas Garrick sambil menjabat tangannya. "Komandan pasukan Rivera. Aku membawa dua tahanan istimewa atas perintah Lord Celdric Arendale."

Sir Edgar mengangguk, lalu memberi isyarat agar kereta diperiksa. Setelah rampung, ia mendekat lagi.

"Tahananmu menarik. Aku mengenali salah satunya-cadet Erick Stonehart. Lulusan terbaik tahun ini. Apa dosanya sampai dibawa ke sini?"

Garrick hanya menatapnya sekilas.

"Detail bukan urusanmu. Yang jelas, mereka membunuh seseorang yang tak seharusnya mereka sentuh. Dan sekarang, seluruh kerajaan ingin tahu kenapa."

Mata Sir Edgar sempat menyipit, tapi ia tak bertanya lebih jauh.

"Baiklah. Lanjutkan."

Namun, tak lama setelah kami bergerak, pasukan kota menghadang.

"Lord Celdric sudah menunggu. Persidangan dimulai sekarang."

---

Kami dibelenggu rantai besi, digiring menuju gedung batu megah yang menjulang di pusat kota. Ruangan persidangan begitu luas, diterangi puluhan obor. Bangsawan-bangsawan berbalut jubah sutra duduk melingkar, tatapan mereka tajam bagai pisau.

Aku ditempatkan di kursi sebelah kiri, Erick di kanan. Denting tongkat kayu memukul lantai tiga kali, memecah keheningan.

"Atas nama Sang Dewi dan keluarga kerajaan, aku, Lord Celdric Arendale, memimpin persidangan ini." Suaranya bergema, penuh wibawa. "Terdakwa pertama: Erick Stonehart. Majulah."

Erick melangkah ke tengah ruangan. Selusin mata bangsawan menatapnya seperti predator menilai mangsa.

"Erick," ucap Celdric, "kau cadet baru, tetapi memilih membantu sahabatmu melakukan pembunuhan di tengah kota. Apa pembelaanmu?"

Erick terdiam sejenak, lalu menarik napas.

"Ya. Aku membantu James. Bandit-bandit itu menindas Rivera selama setahun. Itu seharusnya tugas knight, tapi kalian semua sibuk berperang di Orcash Bay."

Bisik-bisik terdengar di antara bangsawan. Namun Erick menatap lurus ke Celdric.

"Loyalitas yang mengagumkan," kata Celdric datar. "Meski lama berpisah, kau rela mempertaruhkan segalanya demi sahabatmu. Atau... ada alasan lain?"

Erick terperanjat, wajahnya pucat.

"A-aku..." ia terbata. Lalu, dengan suara bergetar:

"Aku kehilangan keluarga karena bandit. Aku masih kecil saat itu. Tapi aku ingat cincin yang dipakai pembunuhnya. Sama persis dengan cincin bandit yang kami bunuh."

Ruangan hening. Tatapan para bangsawan kini lebih tajam, penuh rasa ingin tahu.

"Cincin itu," gumam Celdric, "sepertinya sering muncul belakangan ini." Ia lalu memberi isyarat. "Cukup. Erick, kembali ke kursimu. James-maju."

Kakiku berat melangkah. Aku bisa merasakan seluruh ruangan menilai tiap gerakku.

"James..." Celdric memandangku lekat. "Aneh sekali. Nama belakangmu tidak ada dalam catatan. Seakan-akan seseorang sengaja menghapus jejakmu."

Aku terdiam.

"Sebelum kembali ke Heartstone, aku memeriksa reruntuhan ladang kakekmu." Ia mengangkat sebuah benda berkilau. "Dan aku menemukan ini."

Liontin perak berbentuk elang.

Begitu melihatnya, dadaku langsung sesak. Sebuah rasa cemas merayap, dan tiba-tiba-

Aku melihat.

Hujan badai. Seorang wanita berlari bersamaku, menggendong bayi. Kami berdua mengetuk pintu ladang yang sangat familiar-ladang kakek. Pintu dibuka seorang wanita tua berpakaian petani. Tanpa ragu, wanita itu menyerahkan bayi pada sang tua, lalu kami pergi.

Aku menoleh sekali lagi. Dari dalam muncul seorang pria muda-kakekku, jauh lebih muda dari yang kuingat.

Aku terengah, kembali ke ruangan. Telapak tanganku basah.

Apa itu barusan? Ingatan siapa...? Kenapa aku bisa melihatnya?

Celdric masih menatapku. Senyum tipis terukir di wajahnya.

"Sepertinya persidangan ini akan jauh lebih menarik dari yang kukira."

Sementara itu di suatu tempat di perbatasan Heartstone dan Duskrealm.

Kabut pekat menyelimuti perbatasan Heartstone dan Duskrealm. Tiga bandit berlari terengah, napas mereka memburu.

"Ayo cepat, sebelum mereka menyusul!" salah satunya berteriak panik.

"Kupikir... mereka sudah berhenti mengejar," ucap yang lain, mencoba menenangkan diri. "Lihat, itu perbatasan!"

Namun sebelum sempat bernapas lega, sebuah pohon tercabut dari tanah dan melayang ke arah mereka. Dua bandit tak sempat menghindar-tubuh mereka hancur berlumuran darah.

Yang tersisa hanya satu. Ia menoleh dengan ngeri. Dari balik kabut, sesosok raksasa muncul. Tingginya hampir tiga kali lipat manusia normal, kulitnya hitam legam, taring panjang menjulur dari rahangnya.

Bandit itu terjatuh, tubuhnya bergetar. "M-monster..."

Makhluk itu mengangkat tangannya, siap menghancurkan korban terakhir-

"Hentikan."

Sebuah suara wanita menggema. Dalam sekejap, monster itu berhenti dan berlutut, patuh layaknya anjing jinak.

Dari balik pepohonan, sosok wanita perlahan muncul. Siluetnya tinggi, gaun hijau membalut tubuhnya, kalung berbentuk ular hijau berkilau di lehernya. Tatapannya dingin, menusuk.

"Berdiri," perintahnya datar.

Bandit itu gemetar hebat, tapi ia bangkit dengan susah payah, tak berani menatap langsung wajah wanita itu.

"Johnson," ucap sang wanita, "apakah dia sudah mati?"

"Y-ya, dibunuh oleh... seorang knight dan... petani dari Rivera," jawabnya terbata.

"Dan cincinnya?"

"C-cincin? Aku... aku tidak tahu apa maksudmu."

Wanita itu mendesah pelan. "Hmph. Kalau begitu, tidak ada gunanya kau hidup. Gork."

Monster itu bangkit. Bandit itu memohon, "T-tunggu! Aku-" tapi sebelum sempat melanjutkan, kaki raksasa itu menghantam tubuhnya hingga remuk.

Wanita bergaun hijau menatap dingin sisa darah di tanah.

"Sepertinya anak itu yang mengambil cincinnya. Aku harus segera menyampaikan ini pada Lord Draco."

Ia berbalik, melangkah anggun menembus kabut.

"Ayo, Gork. Kita kembali ke Castle Morwyne."

1
Mr. Wilhelm
kesimpulanku, ini novel hampir 100 persen pake bantuan ai
Ryan R Dee: sebenernya itu begitu tuh tujuannya karena itu tuh cuma sejenis montage gitu kak, kata kompilasi dari serangan disini dan disana jadi gak ada kata pengantar buat transisi ke tempat selanjutnya, tapi nanti aku coba revisi ya kak, soalnya sekarang lagi ngejar chapter 3 dulu buat rilis sebulan kedepan soalnya bakalan sibuk diluar nanti
total 7 replies
Mr. Wilhelm
transisi berat terlalu cepat
Mr. Wilhelm
Transisinya jelek kyak teleport padahal narasi dan pembawaannya bagus, tapi entah knapa author enggak mengerti transisi pake judul kayak gtu itu jelek.
Ryan R Dee: baik kak terimakasih atas kritik nya
total 1 replies
Mr. Wilhelm
lebih bagus pakai narasi jangan diberi judul fb kek gni.
Mr. Wilhelm
sejauh ini bagus, walaupun ada red flag ini pake bantuan ai karena tanda em dashnya.

Karena kebnyakan novel pke bantuan ai itu bnyak yg pke tanda itu akhir2 ini.

Tapi aku coba positif thinking aja
perayababiipolca
Thor, aku hampir kehabisan kesabaran nih, kapan update lagi?
Farah Syaikha
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!