Istri Pengganti

"Bagaimana rencanamu berikutnya?" Mariam bertanya sambil duduk di pinggir ranjang.

"Entahlah bu, Leon sudah berubah, aku sudah tidak merasakan cintanya seperti dulu lagi." Laura tersenyum kecut mengingat pertemuan pertama dengan Leon setelah tujuh bulan. Leon begitu dingin padanya, tidak seperti bayangannya ketika dia berangkat dari London, Leon akan menyambutnya dengan senang hati. Ia terlalu berharap.

Bagaimana tidak, apa yang dilakukannya tujuh bulan lalu adalah kesalahan fatal. Dia menghilang dari pernikahannya, menghancurkan hati Leon dan keluarganya. Dan sekarang dia kembali, berharap mendapat posisi yang sama.

"Anak haram itu benar-benar memanfaatkan kesempatan ini." Mariam geram saat mengingat wajah anak hasil perselingkuhan suaminya itu.

Laura diam, tidak menanggapi kalimat itu. Jika Leon jatuh hati pada Anna adalah hal yang wajar. Anna adalah gadis cantik berpikiran cerdas dan bijak, Leon menyukai gadis seperti itu. Dan dia yang memberi Leon kesempatan itu.

"Ibu, lebih baik aku menyerah." Laura berucap pelan. Mengingat cara pria itu menatapnya, Laura sudah tidak punya kesempatan lagi. Dia yang paling tahu bagaimana sifat Leon. Sekali Leon mencintai seseorang, maka dia tidak menyerah. Itulah yang dia rasakan sejak menjalin hubungan dengan pria itu.

Mariam tidak senang mendengarnya, dari awal posisi menantu keluarga Winston adalah milik putrinya bukan Anna. "Apakah semudah ini kau menyerah? Kau berjuang tujuh bulan hanya untuk ini?" Mariam mulai meneteskan racun sedikit demi sedikit di otak putrinya.

"Lihat putramu, kau bisa menggunakannya untuk merebut Leon kembali padamu."

Laura melihat putranya yang masih berusia beberapa minggu. Terlihat polos dan murni. Bagaimana mungkin dia memperalat bayi tak berdosa ini demi keinginannya? Hati nuraninya bicara, tetapi Mariam membuang pikirannya yang suci.

"Tapi Bu, anak ini bukan anak Leon."

"Aku tahu. Aku sudah menyiapkan semuanya, kau tinggal melakukan tugasmu."

Awalnya Laura ragu melakukannya, tetapi dengan dorongan dari Mariam dan keinginan besar untuk kembali pada Leon, Laura membuang hati nuraninya sebagai ibu.

***

Anna memejamkan matanya lembut, tubuhnya bergetar kala tangan dan bibir suaminya menjelajahi setiap inci kulitnya. Nafas mereka beradu saat kobaran api dalam tubuh mereka hampir meledak. Anna duduk di atas sebuah meja di kamar mereka, sementara Leon berada di antara kedua pahanya, merebut kenikmatan dari bibir manisnya. Entah sudah berapa kali mereka berciuman tapi ciuman kali ini benar-benar berbeda.

Mata Leon penuh mendamba, dia sudah tidak tahan menahan hasratnya selama berbulan-bulan. Selama ini dia menghargai keputusan istrinya yang tidak ingin melakukan hubungan yang intim dengannya. Dia memahaminya, karena Anna adalah wanita berprinsip yang menjaga keutuhan tubuhnya untuk pria yang dia cintai.

Dan kini Leon merasa bahwa dirinya adalah pria yang Anna cintai. Meski tidak pernah kata cinta terucap dari bibirnya, tapi ia dapat merasakannya melalui tindakannya.

"Anna... aku benar-benar tidak tahan lagi." suara Leon serak dan dalam.

Anna yang merasakan hal yang sama hanya mengedipkan matanya, ia begitu malu menjawab pertanyaan itu. Jujur saja, setiap kali Leon menciumnya, dia selalu kecewa setiap pria itu menghentikan ciumannya di saat tubuhnya merasakan kenikmatan luar biasa.

Keheningan Anna membuat Leon kecewa, mungkin dia berhasil membuat Anna tetap di sisinya, tapi dia tidak berhasil membuat Anna memberikan tubuhnya untuknya. Perlahan pelukan Leon meregang, dia berniat ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya sendiri. Keinginannya pada wanita ini sebenarnya sangat besar, tetapi dia tidak suka memaksakan kehendaknya. Dia ingin Anna dengan suka rela dan juga menginginkan dirinya.

Sebelum Leon benar-benar melepasnya, tangan mungilnya menahan Leon, melilitkan tangannya di pinggang suaminya erat.

"Leon..." suaranya terdengar pelan, bibir gadis itu terbuka dan masih bengkak akibat gigitan suaminya itu. Mata Anna pun kian mendamba, tapi mulutnya begitu malu mengatakannya. Sehingga Leon yang mengartikan tatapan mata itu sebagai izin darinya, dia tidak lagi membawa kesempatan. Bibirnya yang mahir langsung memagut bibir manis istrinya. Ciuman yang panas dan penuh hasrat terjadi lagi di kamar itu.

Leon mengangkat Anna ke atas tempat tidur. Membaringkan Anna dengan lembut. Kecupan-kecupan manis tidak luput dari setiap inci tubuh istrinya. Satu per satu pakaian yang menutupi tubuh istrinya lolos hingga kini ia bisa melihat tubuh polos wanita itu. Begitu juga dengan Leon yang melucuti pakaiannnya sehingga tubuh berotot dan besar terpampang nyata di depan matanya.

Tubuh yang selama ini Leon pamerkan padanya setiap selesai mandi akhirnya dapat dia sentuh dan rasakan kerasnya. Leon tidak lagi dapat menggambarkan betapa menyenangkan aktivitasnya malam ini. Tubuh suci yang selalu membayangi otak mesumnya selama ini akhirnya bisa dia jamah dan rasakan nikmatnya. Anna yang tidak memiliki pengalaman dituntunnya untuk mencapai puncak kenikmatan selama percintaan panas mereka.

***

Leon bangun dari tempat tidur setelah Anna tertidur lelap. Ia sangat kehausan setelah kegiatan panas dan menyenangkan bersama istrinya. Setelahnya menghabiskan dua gelas air putih yang selalu tersedia di kamarnya, ia kembali lagi ke samping istrinya.

Wanita itu tertidur begitu lelap seolah baru selesai melakukan pekerjaan yang berat dan melelahkan. Leon tersenyum sambil memandangi wajah cantik istrinya. Percintaan tadi akan dia ingat seumur hidupnya.

Sebagai seorang laki-laki yang hampir berumur tiga puluh tahun, tentu Leon bukanlah pria perjaka yang belum pernah mencicipi wanita. Tentu dia sudah berpengalaman, apalagi dia tinggal di negara yang bebas akan pergaulan. Dan Anna adalah gadis yang paling polos yang pernah dia tiduri. Anna begitu menggoda dan menggemaskan sekaligus. Dia hampir tertawa saat melihat wajah terkejut wanita itu saat melihat tubuhnya yang perkasa.

Melihat tubuh Anna yang indah membuatnya ingin menjamahnya lagi. Namun Anna sudah seperti tubuh yang remuk akibat perbuatannya. Ia memilih tidur sambil memeluk istrinya, menunggu pagi datang agar bisa melakukan kegiatan menyenangkan itu lagi.

***

Ketika Anna terbangun dari tidurnya, dia merasa tubuhnya sangat lelah. Melihat tubuhnya yang polos ia mengingat kejadian tadi malam. Akhirnya ia menyerahkan dirinya pada Leon, suaminya. Meski ia menikmati sentuhan Leon, sepercik penyesalan timbul di hatinya. Masih ada keraguan meski ucapan dan tindakan pria itu selalu menunjukkan cinta yang luar biasa untuknya.

Leon masih tertidur di sampingnya, masih polos tanpa sehelai pakaian. Hanya satu selimut putih yang membungkus tubuh mereka. Meski mata pria itu tertutup, Leon seolah bisa melihat keraguannya. "Apa lagi yang kau ragukan hem?" Pria itu merapikan rambut sambil menelusuri wajah istrinya lembut.

Suara serak khas bangun tidur terdengar merdu di telinga Anna. Mata Leon terbuka seketika, "Beruntung sekali diriku memiliki wanita sempurna ini."