NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Cinta Terlarang
Popularitas:613
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

Ana yang baru masuk ke tempat kerja baru, terpikat dengan Aris, pemuda yang tampan, baik, rajin bekerja dan sopan. Sempat pacaran selama setahun sebelum mereka menikah.
Di tahun kedua pernikahan mereka, karakter Aris berubah dan semakin lama semakin buruk dan jahat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 - Bertemu Teman Kerja

Para Atlantic hotelier itu menunjukkan wajah wajah usil kepada Hendra.

“Ternyata Hendra bisa double job juga nih, engineering sekaligus personalia,” sindir Anto julid.

“Ya baguslah. Antar departemen saling bersinergi,” kata Huda.

“Aku senang kalau ternyata aku punya kru yang baik, Hendra.” Aris mendadak muncul dibelakang Huda.

Ana agak terperanjat. Entah mengapa kehadiran Aris menimbulkan sesuatu perasaan di hatinya. Ya, memang  Aris tampan. Kulitnya walau tidak sangat putih, namun sama sekali tidak bisa dibilang gelap. Struktur wajahnya tegas.  Hidung mancung, mata yang tegas, rahang yang menonjol dan tegas. Ditambah proporsi badannya yang cukup ideal dengan tinggi 170 cm.

“Hai Mbak Ana,” sapa Aris hangat. “Diajak ke sini ya dengan Hendra.”

Ana berusaha menampilkan senyumnya  senatural mungkin. “Iya Pak Aris, Hendra sangat membantu saya.”

“Duh, jangan panggil aku Pak lah. Jangan terlalu formal, di sini kan bukan tempat kerja.”

“Aku masih manggil Pak Aris lho, walau di luar hotel,” protes Hendra.

“Aku juga panggil Pak Aris,” tambah Anto. “Menyesuaikan jabatan Bapak, karena sudah masuk jajaran manajemen.”

Pak Warno yang paling matang usianya di antara mereka berenam ikut menimpali, “Kan sudah jadi aturan tak tertulis itu. Level B ke atas dipanggil dengan bapak, ibu. Buat yang orang luar, mr, ms, miss… Tapi kayaknya untuk sales secretary ada perkecualian ya.”

GRR!!!!!!!

Meledak tawa Huda disusul oleh Dita, Anto dan Hendra.

“Aduh, aduh, udah ahhh,” seru Anto sambil membungkuk memegangi perutnya. “Jangan diperjelas gitu Pak Warno.”

Huda terlihat berusaha berbicara dengan bijak dan profesional di saat ia mati-matian menahan gelak tawanya, “Sst, hei, hei, hei…… Fair play, fair play, please.” Ia merasa geli dengan persaingan antara Aris dengan krunya sendiri. Kehadiran si cantik Ana, sekretaris sales yang baru akan mengguncang bursa perburuan jodoh di antara jomblo-wan dan jomblowati di Hotel Atlantic ini.

Aris walau ikut tertawa tetapi tawanya terasa simpatik. “Ck, kalian ini. Usil kalilah. Tuh lihat, bikin mbak Ana nggak nyaman. Ya kan?” 

Ana yang pembawaannya memang pendiam apalagi di lingkungan yang tidak dikenal baik, hanya mampu tersenyum untuk menutupi kecanggungannya.

Aris bisa melihat betapa malunya Ana menjadi pusat perhatian orang orang lama hotel. Karena itu Aris berupaya membuat Ana nyaman. “Mbak Ana akan mulai masuk kerja besok?”

“Belum, Pak,” jawab Ana. “Senin baru mulai.” 

Aris berdecak. “Pak lagi….”

Dan sederetan manusia bernama Dita, Anto, Huda dan Warno kembali bersikap merapatkan bibir mereka seolah menahan tawa.

“Eh iya,” gagap Ana. Ia benar-benar merasa grogi. “Lalu saya harus panggil bagaimana. Panggil nama saja, tidak sopan kan. Kalau Mm-mas Aris, bolehkah? Eh,.... tapi bukan orang Jawa kan?”

“Kediri,” jawab Aris dengan suara lembut. “Panggil Mas Aris boleh. Aku boleh panggil Ana kan?”

Ketika Ana menganggukkan kepala, belum sempat ia menjawab karena sudah terpotong oleh siulan cukup nyaring dari Anto.

“Gercep! Gercep” Anto memukul mukul meja dengan antusias.

Pak Warno yang sudah cukup berumur, karena hampir setengah abad hidupnya pun tak luput untuk menambah bumbu suasana. Ia mengangkat telunjuk kanannya sambil membentuk huruf S di udara di depan Hendra. “Kasian deh lu…”

GRR!!

Tawa lepas dan cukup keras dari meja panjang dengan enam pengunjung yang duduk mengelilinginya.

“Sudah! Sudah! Jangan ganggu teruslah.” Aris mengangkat telapak tangannya ke atas. “Lihat Ana sampai diam tak bisa berkutik gitu lho. Ana ini orang Jogja lho. Orang Jogja itu halus halus. Jangan disamain kitalah yang sudah lama di rantau, ngomong blak blakan.”

“Wah iya bener bener.” Dita menepuk jidatnya. “Aduhhhh, maaf ya, maaf. Lupa aku kalau Ana orang Jogja. Maaf kalau kami terlalu usil.”

Anto pun buru buru bangkit dari kursi plastiknya untuk mendekat kursi tempat Ana duduk untuk menyodorkan tangannya, “ Aku juga minta maaf. Kami cuma saling bercanda. Sungguh maaf kalau aku keterlaluan. Maklum aku ini orang Medan. Kalau ngomong blak-blakan.”

Pak Warno juga menjulurkan tangannya untuk minta maaf. “Bapak juga minta maaf ya Nak Ana. Jadi ikut ikutan sama berandalan ini. Tapi kami biasa memang bercandaan seperti ini. Jangan dimasukkan ke hati ya Nak.”

Ana menyambut jabatan dari mereka sambil tersenyum. Terus terang, Ana masih bingung harus berbicara apa kepada mereka.

“Jam berapa tadi sampai ke Batam? Berangkat dari bandara Jogja jam berapa?” tanya Dita untuk semakin mengakrabkan diri dengan Ana.

  

Masih beberapa pertanyaan yang mereka lontarkan  dan Ana menjawab dengan sopan dan ramah. Lama kelamaan Ana mulai merasa nyaman bercakap-cakap dengan mereka.

Hendra tiba tiba menyela mereka. “Ana, aku sudah selesai makannya. Aku mau balik ke mess. Ana masih mau di sini?”

Ana agak terkejut. “Oh, sudah mau pergi ya? Aku ikut. Aku juga sudah habis kok makanannya. Bayarnya di mana ya?”

Hendra menunjuk meja di tengah pintu masuk. “Tapi kayaknya makanan Ana sudah dibayari oleh Pak Aris. Jadi nanti kalau misalnya Ana mau nambah, tinggal bayar makanan tambahannya saja.”

Ana terkesiap, “Eh kok dibayarin…. Aku ganti uangnya.” Ana agak menyesali tadi dia terlalu fokus bercakap-cakap dengan Dita, sehingga melewatkan momen saat pembayaran. “ Lho, mana Pak Aris….?”

Aris terlihat berdiri di depan etalase toko. Tampaknya dia sedang membeli 2 botol Aqua ukuran 1,5 liter.

“Sudah tidak apa Ana.” Aris tersenyum dengan yang menawan. “Anggap saja ucapan selamat datang dari aku.” 

Tanpa menunggu ucapan atau reaksi dari Ana, Aris membalikkan badan setelah melambaikan tangan kanannya sebagai pengganti ucapan kata selamat

Lalu ia menyalakan motornya dan berlalu.

Ana tertegun sejenak. Yah, Aris memang ganteng. Masuk dengan kriteria cowok ideal buat Ana. Tak terasa dadanya sedikit berdebar. Namun cepat cepat Ana, mengalihkan pikirannya. Jiwa introvert- nya membuat dia selalu malu memperlihatkan perasaannya terhadap orang lain. 

“Hen, udah mau pergi sekarang ya.” Ana buru-buru bangkit dari kursinya.

“Tunggu! Kita juga udahan. Yuk, kita bareng-bareng balik.”

Ana, Dita, Anto dan Hendra berjalan kaki menuju ke Mess sambil terus berceloteh satu sama lain. Huda dan Pak Warno tidak tinggal di mess.

“Tadi berapa ya makanku tadi. Aku tak enak lho dibayari oleh Pak Aris.” 

“Dia memang sering bayarin makan kok,” kata Dita. “Kita juga udah pernah dibayarin. Dia punya banyak duit tuh.”

“Oya?” Ana membeo. “Jabatannya apa sih dia, Chief Engineer?”

“Dia asisten,” jawab Hendra.   

Ana sedikit mengerutkan kening. Setahunya gaji seorang asisten hanya sekitar lima kali upah regional buat hotel sekelas Hotel Atlantic. 

“Asisten Chief Engineering? Emang banyak ya gaji asisten engineering di Hotel Atlantic?” 

Dita yang paham arah pertanyaan Ana menjawab, “Pak Aris sering dapat proyek di luar hotel. Makanya duitnya banyak.”

“Jadi Pak Aris tak hanya kerja di hotel ini saja?” Ana menegaskan.

Hendra mengernyitkan hidungnya. “Ya kira kira begitulah.”

“Oooo, boleh ya kerja di luar hotel ini? Terus shift nya gimana tuh? Tiap hari dobel shift?”

Dita menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Hmmm, gimana ya menjelaskannya. Pak Aris memang sering tak terlihat di hotel, ya kan? Perasaan Pak Syamsul yang selalu ada. Aku pernah dengar pas lagi makan siang di kantin, katanya Pak Aris sedang mengerjakan restoran barunya Pak Halim.”

“Oh, jadi Pak Aris bisa ambil kerjaan  semacam kontraktor di luar sambil tetap menjadi karyawan hotel ini?” Ana agak takjub mendengar hal ini. Bisa bekerja di dua tempat sekaligus secara terbuka.

“Pak Halim adalah owner lokal hotel Atlantic. Memang sih ada beberapa pemegang saham. Pemegang saham terbesarnya orang Singapore, Mr. Ong,” jelas Hendra. “Semua hal yang berhubungan dengan electricity,  plumbing dan maintenance di semua bisnisnya, Pak Halim selalu mencari Pak Aris untuk menangani.”

Anto mendecakan lidahnya, “Dan setiap pekerjaan ekstra itu, Aris dapat uang ekstra ya.” 

Hendra mengangguk kepalanya dengan ekspresi agak mendung. “Betul dapat uang tambahan dari setiap proyek di luar hotel. Tetapi gajinya di hotel tetap utuh, walau Pak Aris jadi sering absen karena mengerjakan proyeknya Pak Halim.”

“Kau kan juga engineering, Hen,” sela Anto sambil menepuk pelan bahu temannya. “Harusnya kamu juga suka disuruh-suruh oleh Pak Halim dong. Atau jangan-jangan kamu juga sudah sering ya dapat proyek di luar gitu.”

“Huh, menuduh.” Hendra cemberut. “Pak Halim maunya hanya dengan Pak Aris. Bahkan dengan Pak Syamsul saja, Pak Halim seperti tak terlalu percaya.”

“Wah, bisa sampai begitu ya,” seru Dita dengan wajah takjub. “Padahal seharusnya Pak Syamsul kan jauh lebih kompeten dibanding Pak Aris.”

Hendra mengangkat kedua telapak tangannya mengarah ke atas. “Yaaaa, begitulah. Nasib kamilah, tidak bisa menarik hati bos. Makanya kami hanya bisa mendapat uang dari gaji hotel.”

Akhirnya mereka semua sampai di mess. Anto dan Hendra berpamitan karena mereka akan langsung ke kamar mereka di sayap kanan. Sedangkan Ana dan Dita menuju kamar mereka di sayap kanan.

1
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak , bikin penasaran
strawberry 27
di tunggu keseruan selanjutnya author
strawberry 27
Klo Aris tidak ada niat buruk ke Ana, dan niat nya tulus nganterin Ana liat² Batam, tidur di rumah Hendra pasti mau, ini Aris sudah pertama ke Tanjung Pinang ,Ana yg bayar i , SPT nya gue tau niat busuk Aris apalagi KLO bukan pingin melancarkan aksi nya di hotel sama Ana
strawberry 27: salah paham sy dgn author nya, maksud sy bukan pertama x Aris ke Tanjung Pinang tapi ,dari awal yg Aris minta duit 200 ribu buat bayar PP itu lho hehehe,,,
total 2 replies
strawberry 27
Wah Aris ada mau nya sama Ana tu, sudah ke Tanjung Pinang minta di bayar i , e Hendra baik banget nawari bermalam di rumah nya di tolak, hati² Ana , si Aris ada niat busuk ke Ana, Aris pasti pingin nginep di hotel berdua an sama Ana, dah gitu x aja Ana yg di suruh bayari hotel bukan itu aja, Aris punya niat buruk ke Ana , Ana hati². sama Aris buaya darat
strawberry 27: iya bikin penasaran aja si Aris mau ngapain ke Ana 🤭🤭
total 3 replies
strawberry 27
waduh si Aris kok pelit ,nggak bayari Ana yg 200 ribu buat ke TP😠
strawberry 27: Aris ternyata cuma pingin menaklukkan Ana doank, habis itu ya sudah
total 4 replies
Frans Lizzie
Terima kasih buat dukungannya.😍😍
strawberry 27
lanjut kak,,,nunggu in nich
strawberry 27
wah ,,Tiur perlu bingit blajar basa Jawa thor biar makin seru KLO ngobrol bareng 😄
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak, seru nich. bikin penasaran
strawberry 27: sama² kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!