NovelToon NovelToon
Guruku Suami Rahasiaku

Guruku Suami Rahasiaku

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Yunita, siswi kelas dua SMA yang ceria, barbar, dan penuh tingkah, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis saat orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria pilihan keluarga yang ternyata adalah guru paling killer di sekolahnya sendiri: Pak Yudhistira, guru Matematika berusia 27 tahun yang terkenal dingin dan galak.

Awalnya Yunita menolak keras, tapi keadaan membuat mereka menikah diam-diam. Di sekolah, mereka harus berpura-pura tidak saling kenal, sementara di rumah... mereka tinggal serumah sebagai suami istri sah!

Kehidupan mereka dipenuhi kekonyolan, cemburu-cemburuan konyol, rahasia yang hampir terbongkar, hingga momen manis yang perlahan menumbuhkan cinta.
Apalagi ketika Reza, sahabat laki-laki Yunita yang hampir jadi pacarnya dulu, terus mendekati Yunita tanpa tahu bahwa gadis itu sudah menikah!

Dari pernikahan yang terpaksa, tumbuhlah cinta yang tak terduga lucu, manis, dan bikin baper.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 kedatangan Yudhistira Dan Pernikahan

Keesokan harinya, setelah semalaman gagal tidur karena stres, Yunita bangun dengan wajah kusut.

Ia turun ke ruang tamu, dan… nyaris menjatuhkan gelasnya ketika melihat Yudhistira duduk santai di sofa, mengenakan kemeja putih bersih, menyesap kopi bersama ayahnya.

“Selamat pagi,” ucap Yudhistira datar, matanya terarah pada Yunita yang masih mengenakan piyama panda.

“Selamat… pagi…” jawab Yunita gugup. Ia refleks menutup wajah dengan bantal sofa. “MA! Kenapa dia ada di sini?!”

Bu Ratna keluar dari dapur sambil membawa roti. “Oh, sayang, Yudhistira datang buat ngobrol soal persiapan. Mama pikir kamu nggak bangun sepagi ini.”

“Ngobrol soal apa? Soal siapa yang bakal jadi korban pertama di pernikahan ini?!”

Yudhistira menatapnya tenang. “Tenang, saya nggak akan gigit, kok.”

“Bapak ngomongnya kayak vampir aja,” balas Yunita ketus.

Senyum kecil tersungging di bibir Yudhistira, samar tapi nyata.

“Masih suka nyolot, ya?”

“Masih suka galak, ya?” balas Yunita cepat.

Pak Heru menepuk meja pelan. “Kalian ini mau nikah, bukan mau adu debat politik!”

Yunita langsung diam, tapi pipinya merah.

Mereka bertiga akhirnya duduk di meja makan. Bu Ratna sudah menyiapkan teh dan roti isi keju.

“Baik,” ucap ayahnya sambil berdehem. “Pernikahan ini akan dilaksanakan sederhana. Tidak perlu pesta besar, hanya akad dan tanda tangan. Setelah itu, kalian boleh melanjutkan hidup seperti biasa. Tapi ingat rahasia ini cuma sampai lulus SMA setelah itu gak ada rahasia lagi.”

“Kalau aku nolak gimana, Pa?” tanya Yunita pelan.

Pak Heru menatap putrinya dengan lembut tapi tegas. “Papa tahu kamu belum siap. Tapi Papa percaya kamu bisa belajar menyesuaikan diri. Yudhistira bukan orang asing. Dia guru kamu, dia orang baik.”

“Orang baik? Papa, dia tuh bikin anak-anak di sekolah trauma setiap ulangan!”

Yudhistira menghela napas, lalu menatap Yunita. “Kalau kamu benar-benar tidak mau, aku bisa bilang ke Ayah. Tapi… aku nggak mau membuat keluarga kamu kecewa.”

Nada suaranya tenang, tapi dalam.

Entah kenapa, Yunita merasa dadanya ikut sesak.

“Kenapa sih Bapak setuju?” tanyanya lirih. “Bapak nggak keberatan nikah sama murid yang suka ngelawan?”

“Karena aku lebih takut pada orang tua daripada murid,” jawab Yudhistira dengan wajah datar.

Yunita melongo. “Jadi ini pernikahan karena takut orang tua?!”

Yudhistira menatapnya, kali ini lebih lembut. “Bukan. Karena aku menghormati mereka. Dan… mungkin aku penasaran juga, gimana hidup dengan murid paling ribut di sekolah.”

“Jadi aku kelinci percobaan?!”

“Bisa dibilang begitu.”

“Bapak! Jangan bercanda!”

Tapi Yudhistira tidak tertawa. Ia hanya tersenyum samar senyum yang entah kenapa, membuat jantung Yunita berdetak aneh.

----

Beberapa hari kemudian, suasana rumah kembali sibuk.

Mama Ratna sibuk menyiapkan gaun sederhana, sementara ayahnya mengurus dokumen. Yunita hanya bisa duduk di kamar sambil menatap cermin dengan ekspresi setengah putus asa.

Salsa, Nadia, dan Rara datang berkunjung tanpa tahu apa yang terjadi.

“Gila, Nita. Kamu kenapa lesu banget? Nilai turun?” tanya Nadia.

“Lebih parah.”

“Dih, jangan bilang lo… diputusin Reza?” tebak Rara.

“Lebih parah lagi.”

“Apaan emangnya?”

Yunita menatap ketiga sahabatnya dan menghela napas panjang.

“Gue… dijodohin.”

“WHAT?! SAMA SIAPA?!”

“Guru Matematika.”

Tiga-tiganya membeku.

“Yunita, lo ngelawak kan?” tanya Salsa pelan.

“Gue juga pengen itu lelucon, tapi ini kenyataan pahit.”

Rara sampai terjatuh ke kasur. “Bentar, bentar… Guru Matematika… yang killer banget itu?!”

“Yup. Pak Yudhistira, si dingin tanpa emosi.”

Salsa menepuk jidat. “Tuh orang aja kalau senyum kayaknya dosa.”

“Makanya! Gue juga bingung kenapa bisa dijodohin sama dia!” seru Yunita.

Ketiganya saling pandang, lalu tertawa pelan karena tak tahu harus bereaksi apa. Tapi di antara tawa itu, ada rasa heran juga bagaimana mungkin dua dunia berbeda itu akan disatukan?

Dua minggu kemudian, hari yang ditakuti pun tiba.

Di ruang tamu rumah Yunita, hanya ada keluarga inti dan penghulu.

Gaun putih sederhana membungkus tubuh Yunita, sementara Yudhistira berdiri tegak dengan setelan abu-abu yang membuatnya terlihat semakin… tampan.

YuSayanita berbisik pelan ke ibunya, “Ma, aku kayak mau ikut film drama Korea versi gagal deh…”

Bu Ratna tersenyum lembut. “Tenang, sayang. Ini awal baru kamu.”

“Awal dari kiamat mungkin,” gumamnya pelan.

Penghulu memulai akad. Suara Yudhistira terdengar mantap, tanpa getar sedikit pun.

"SAH"

Deg.

Kata-kata itu membuat Yunita menunduk.

Tangannya dingin, tapi anehnya… hatinya hangat.

Tepuk tangan kecil terdengar dari keluarga. Pernikahan itu sah.

Yunita resmi menjadi istri guru killer-nya sendiri.

Beberapa hari setelah pernikahan, Yudhistira pindah ke rumah kecil di dekat sekolah, dan Yunita atas permintaan orang tuanya diminta tinggal di sana juga “untuk menyesuaikan diri.”

Saat koper Yunita tiba di depan rumah, ia menatap bangunan mungil itu dengan perasaan campur aduk.

“Jadi… mulai hari ini aku tinggal serumah sama Pak Killer.”

Pintu terbuka. Yudhistira muncul, mengenakan kaus abu-abu dan celana panjang santai. Rambutnya sedikit berantakan pemandangan langka yang membuat Yunita hampir lupa cara bernapas.

“Kamu datang juga,” ucapnya datar.

“Yaa, masa aku kabur?” jawab Yunita sarkastis. “Walau pengen sih…”

Yudhistira membuka pintu lebar-lebar. “Masuklah, Nyonya.”

“Jangan panggil aku gitu, geli.”

“Lalu mau kupanggil apa? Murid?”

“Lebih geli lagi!”

Yudhistira hanya tertawa kecil. Yunita melirik, kaget bukan main.

“Pak… Bapak bisa ketawa juga ternyata?”

“Kenapa? Saya kelihatan robot, ya?”

“Sedikit.”

Yudhistira menatapnya, lalu berkata pelan, “Kamu boleh santai di sini. Tapi tolong jaga batas. Di sekolah, kamu tetap murid saya. Di rumah… ya, kita lihat nanti.”

“Lihat nanti tuh maksudnya apa?” tanya Yunita curiga.

“Artinya jangan bikin onar.”

“Pak, saya bukan petasan.”

Malam itu mereka makan malam pertama sebagai suami istri dalam diam yang kikuk.

Yunita memandangi piringnya. “Pak… eh, maksud saya, Mas… eh… gimana sih panggilnya?”

Yudhistira mengangkat alis. “Apa pun terserah kamu.”

“Kalau ‘Mas Yudhistira’ kayaknya kaku deh.”

“Lalu?”

“Kalau ‘Yudis’? Lucu.”

“Lucu bukan berarti pantas.”

“Kalau ‘Pak Killer’? Hehehe…”

Tatapan tajam langsung datang dari seberang meja.

“Oke, batal, batal!” seru Yunita cepat sambil meneguk air.

Yudhistira akhirnya tertawa pelan. “Kamu ini unik.”

“Unik kayak makhluk langka, ya?”

“Lebih ke… tantangan hidup.”

“Wah, jadi aku tantangan, nih?”

“Sepertinya iya.”

Yunita pura-pura manyun, tapi diam-diam hatinya berdebar.

Ada sesuatu di senyum Yudhistira malam itu senyum yang membuatnya tak bisa tidur sampai larut.

Di kamar, Yunita menatap langit-langit sambil berguling.

“Gila… guru killer itu ternyata kalau nggak marah, lumayan manusia juga.”

Ia menarik selimut, lalu menutup wajahnya.

“Dunia, siap-siap aja. Aku… resmi jadi istri guru killer.”

Dan di luar kamarnya, Yudhistira duduk di ruang tamu, menatap foto akad mereka di atas meja.

Senyum kecil muncul di wajahnya.

“Baru sehari, tapi rumah ini jadi berisik banget,” gumamnya. “Tapi… lucu juga.”

Bersambung

1
sahabat pena
Luar biasa
sahabat pena
makan cuka
sahabat pena
duh kasian.. tp gpp pacaran setelah menikah lbh menyenangkan loh.
Wulan Sari
lha sudah tamat Thor? bahagia seh tapi rasane kurang pingin nambah karena ceritanya gwmesin lucu,....
yo weslah gpp semangat Thor 💪 salam sukses dan sehat selalu ya cip 👍❤️🙂🙏
inda Permatasari: terima kasih kak atas dukungannya 🙏♥️
total 1 replies
bunda kk
bagus
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
wkwkwk lanjut gokil lihat pasutri itu 🤣🤣🤣
Wulan Sari
yaaaa pelakor muncul🤦🏼‍♀️thor jangan sampai iepuncut lho enggak banget kepincut pelakor namanya laki2 mokondo sudah punya istri kegoda yg lain amit2 😀😀😀maaf lanjuuut trimakasih Thor 👍
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
semoga langgeng ya sampai kakek nenek pak guru dan muridnya Aamiin 🤲😀
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
aku ikut bahagia 💃💃💃
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
cip lanjutkan Thor semangat 💪 Thor salam sukses selalu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!