NovelToon NovelToon
Takdir Istri Di Atas Kertas

Takdir Istri Di Atas Kertas

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Janda / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Reni mardiana

Karena desakan Ekonomi, Rosa terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tak di cintainya. Bekas luka di tubuh serta hatinya kian membara, namun apalah daya ia tak bisa lepas begitu saja dari ikatan pernikahan yang isinya lautan luka.

seiring berjalannya waktu, Rosa membulatkan tekadnya untuk membalas segala perbuatan suaminya. bersembunyi di balik wajah yang lemah lembut nan penurut, nyatanya menyiapkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Hem, gimana ya ceritanya. yuk simak kelanjutannya, jangan lupa tinggalkan jejak likenya, komen, subscribe dan vote 🥰🫶

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi diam-diam

Sekuat tenaga Rosa menahan nyeri yang semakin melilit perutnya, ia berdiri di samping kasur menunggu Dokter selesai memeriksa kaki Naresh. Dokter memberikan resep obat berupa salep khusus untuk luka bakar, karena Naresh masih kecil ia terlihat baik-baik saja meskipun lukanya itu pasti sakit.

Alan mengantar Dokter keluar sampai depan pintu kamar Rosa. Ia kembali masuk ke dalam, membuang nafasnya pelan saat mengamati Naresh yang terlelap.

Deringan ponsel terdengar nyaring, suaranya berasal dari saku jas Alan. Alan merogoh saku jasnya dan melihat siapa yang menghubunginya, terlihat nama sang ibu terpampang jelas disana.

Di sebrang sana, sang ibu meminta Alan membawa Naresh pulang ke rumahnya, di waktu yang sama pula Alan memberitahukan kalau Naresh tengah terluka. Sang ibu sangat marah, ia mendesak Alan membawa Naresh secepatnya ke rumah. Panggilan pun berakhir saat sang ibu menutup telponnya sepihak.

"Cepat bereskan pakaian Naresh, aku akan membawanya ke rumah Mama." Titah Alan dingin.

"T-tapi, Mas, Naresh kan lagi sakit kakinya." Jawab Rosa.

"Jangan banyak bicara, Mama lebih tahu apa yang Naresh butuhkan daripada lo!" Sentak Alan.

Rosa memejamkan matanya sejenak, ia menarik nafasnya dalam guna menenangkan dirinya sendiri. Ingin rasanya ia menampar mulut Alan, tapi ia masih harus sabar, sabar dan sabar.

"Tunggu apalagi, hah, cepat!" Desak Alan.

*

*

Beberapa saat kemudian.

Naresh di gandong oleh Alan keluar dari rumah, barang bawaannya sudah ia simpan di kursi belakang. Tanpa pamit pada siapapun, Alan langsung melesat pergi membawa mobilnya bersama Naresh.

Bik Kokom menghampiri Rosa dengan perasaan merasa bersalahnya, ia menunduk di hadapan Rosa dengan penyesalannya.

"Nduk, maaf ya, gara-gara Bibik kamu jadi kena imbasnya." Sesal Bik Kokom.

"Gapapa, Bik. Lagian juga musibah gak ada yang tahu, Bik Kokom ada yang luka gak? Mana coba aku lihat," Alih-alih marah, justru Rosa khawatir pada Bik Kokom.

Bik Kokom menggelengkan kepalanya. "Bibik gapapa, tadi Bibik bawa Naresh ke dapur sambil mematikan kompor soalnya takut gosong masakannya. Niatnya Bibik mau pindahin makanannya ke piring, gak tahunya tangan bibi kena wajan, eh, Bibik gak sadar pas kaki Naresh juga gerak-gerak karena posisinya kan Bibik gendongnya pake gendongan yang depan itu kan." Bik Kokom menjelaskan apa yang terjadi.

"Iya, aku ngerti kok. Maaf ya, aku selalu aja ngerepotin." Ucap Rosa tanpa berniat menghakimi Bik Kokom.

Bik Kokom terharu dengan reaksi Rosa, ia membalikkan tubuhnya menyembunyikan air matanya yang jatuh tanpa permisi. Tangannya dengan cepat mengusap jejak air matanya, ia sungguh sangat merasa bersalah terlebih lagi saat melihat luka di wajah Rosa.

Bik Kokom kembali membalikkan tubuhnya, ia menarik tangan Rosa ke belakang karena ia ingin mengobati luka bekas tamparan yang Alan berikan.

*****

Di suatu tempat.

Seorang pria mengepalkan tangannya menatap layar yang menyinari wajahnya, nafasnya naik turun sampai perlahan rasa sesak menghimpit dadanya.

"Tuan, saya panggilkan Dokter ya?" Tanya seorang pria muda di sampingnya. Ia adalah sang tangan kanan yang selalu mendampinginya kemanapun ia pergi.

"No! aku baik-baik saja," Jawabnya seraya mengangkat sebelah tangannya keatas sebagai pertanda kalau ia baik-baik saja.

"Itu baru sebagian bukti, masih ada yang harus di telusuri agar tersangka tak bisa berkutik." Ujar sang tangan kanan.

"Kirim seseorang ke rumah untuk mengawasi Alan, aku tidak mau cucu menantuku dalam kesulitan. Untuk urusan tersangka yang sedang kau selidiki, biarkan anak buahmu yang mencarinya." Titah Dharma.

"Menurut informasi yang aku dapat, Alan membawa bayi ke rumah dan meminta Rosa mengurusnya dan hal itu sudah berlangsung selama 6 bulan lamanya. Bayi itu di klaim sebagai adik Alan, padahal kita sendiri tahu kalau Tuan Armada masih dalam keadaan koma."

Dharma membuang nafasnya kasar, ia menatap Kenny yang menundukkan kepalanya di hadapan Dharma.

"6 bulan? Kenapa baru memberitahu informasi ini sekarang?" Tanya Dharma dingin. Marah? Tentu saja, selama 6 bulan lamanya ia tidak tahu kabar mengejutkan itu.

"Maafkan saya, saya hanya tidak ingin Tuan besar kepikiran apalagi sampai kembali drop." Sesal Kenny. Ia juga menjelaskan bagaimana perlakuan Alan kepada Rosa, semua Cctv rahasia yang di letakkan di tempat tersembunyi pula di putar karena Dharma tidak menerima laporan secara lisan tanpa bukti yang jelas.

"Aku ingin adikmu di tugaskan di rumah, dan jangan lupa belikan pakaian baru pada Rosa. Alan harus di berikan pelajaran, berani sekali anak kurang ajar itu melukai cucu menantu pilihanku!" Geram Dharma.

Selama lebih dari satu tahun Dharma berjuang mengobati penyakitnya, selama itu pula ia fokus dengan pengobatannya di luar negeri. Dharma pikir Alan sudah mau menerima Rosa, tetapi justru di luar dugaannya sang cucu malah bertindak kasar pada Rosa.

"Panggil Lucy kemari, ada yang ingin aku sampaikan padanya." Titah Dharma.

Kenny menganggukkan kepalanya, ia keluar dari dalam ruangan Dharma dan mencari Lucy untuk menghadap kepada sang Tuan. Lucy merupakan adik dari Kenny, ia seorang gadis seumuran Rosa yang selalu ikut kemana pun sang Kakak pergi karena ia dan Kenny sudah tak memiliki orangtua alias yatim piatu.

Tak menunggu waktu lama, Lucy menghadap Dharma. Dharma menjelaskan apa saja tugas Lucy selama tinggal di rumahnya, besok pagi ia juga akan di terbangkan menuju tanah air guna menjalankan perintah.

****

Malam hari.

Disaat Alan bersenang-senang di rumah sang ibu, justru berbanding terbalik dengan Rosa yang termenung di halaman belakang. Ia menatap bintang malam dan juga bulan yang saling berdampingan, penglihatannya kabur kala air di pelupuk matanya mulai mengenang.

"Entah takdir macam apa yang sedang aku jalani, setiap hari selama 3 tahun lebih ini hanya hampa yang aku rasakan, Tuhan, pernikahan macam apa ini? Semuanya hanya ada tangisan, kekerasan dan kekosongan. Sejak awal menikah, aku sudah berusaha menjadi sosok istri sebagaimana mestinya. Dari mulai melayani setiap keperluannya, bahkan rasa cinta pun aku tumbuhkan karena aku ingin menempatkan cinta ini hanya untuk suami yang sah dimata hukum dan agama seperti pesan ayah. T-tapi, apa yang aku dapat? Dia lebih memilih jajan diluar sana, apa aku semenjijikan itu di matanya? Oh Tuhan, aku ingin sekali membalas semua perbuatannya, tapi aku bingung bagaimana caranya. Ibu, ayah, aku ingin pulang. Hiks, aku mau pulang," Lirih Rosa mencurahkan isi hatinya, memeluk lututnya sendiri dari dinginnya angin malam.

******

Keesokan paginya.

Alan dan Naresh tak kunjung pulang, Rosa merasa kesepian karena ia yang setiap harinya sibuk mengurus Naresh kini terasa kehilangan. Bik Kokom bersiap pergi belanja ke pasar untuk membeli sayuran, Rosa yang melihatnya pun gegas menghampirinya.

"Bik, mau belanja ya?" Tanya Rosa.

"Iya, nduk. Kenapa? Bete ya di rumah, apa mau ikut?" Jawab Bik Kokom.

"Takut ah, Bik. Tahu sendiri kan kalau Mas Alan itu gak ngebolehin aku keluar rumah, jangankan pergi ke pasar, orang keluar gerbang juga gak boleh." Ucap Rosa lesu.

"Tenang aja, katanya mereka gak bakalan pulang selama seminggu. Nyonya mau bawa den Naresh jalan, katanya Den Alan juga ada dinas ke luar kota. Bibik tadi di kasih tahu sama Den Alan, nanti satpamnya kita ajak kerjasama biar gak laporan sama Den Alan, yuk kita berangkat." Jelas Bik Kokom.

Rosa menganggukkan kepalanya antusias, tanpa menunggu lama ia langsung menggandeng tangan Bik Kokom dan berjalan keluar bersamaan.

Menghirup udara di luar sangat menyenangkan, sudah lama Rosa tak melihat kendaraan berlalu lalang, burung beterbangan di udara dan masih banyak lainnya.

Begitu sampai di pasar. Rosa mengekor di belakang tubuh Bik Kokom seperti anak kecil yang takut kehilangan ibunya, mereka memilih dan memilah sayuran yang sekiranya di perlukan untuk stok di rumah. Selayaknya pasar pada umumnya, banyak orang berdesakan di jalan yang sempit, seperti sekarang ini. Bik Kokom dan Rosa kesulitan untuk berjalan, pasar sangat ramai sampai mereka berdua terpisah.

"Bik, Bibik!" Pekik Rosa.

Bik Kokom mencari-cari keberadaan Rosa, tetapi kerumunan orang membuatnya kesulitan. Sedangkan Rosa sendiri ia kebingungan karena pertama kalinya ia pergi ke pasar di daerah suaminya, alhasil ia pergi mencari jalan lain.

Brukkkk!!!

Rosa jatuh ke depan kala seseorang menabraknya, seorang pria dengan pakaian serba jeans sobek-sobek terlihat kesulitan dengan tangan yang penuh dengan barang bawaannya, ia tak melihat keberadaan Rosa karena ingin segera keluar dari dalam pasar.

"Heh, kalau jalan liat-liat dong! Liat nih ah, jadi kotor kan, ihhhh!" Cerocos Rosa kesal.

"Loe ngomong sama gue?" Tanyanya seraya meletakkan barang belanjaannya di bawah kakinya.

"IYE! Udah mah badan segede pintu, bawa barang gak kira-kira, emang kamu pikir jalan ini luas apa!" Omel Rosa sambil berdiri, ia membersihkan bajunya yang kotor menggunakan tangannya.

"Lu pertama kali ke pasar apa gimane, neng? Udah biasa kali di pasar mah kek begini, lebay amat bocah. Minggir lu! Gue lagi buru-buru, keburu juragan ngamuk." Pria tersebut menggeser tubuh Rosa agar tak menghalangi jalannya.

Alih-alih minta maaf, pria tersebut malah berlaku egois mementingkan diri sendiri. Rosa tak mau kalah, ia membentangkan tangannya dengan wajah kesal sengaja menghalangi jalan pria tersebut.

"Heh, anomali, minggir gak lu!" Ancamnya.

"Minta maaf enggak, enak aja mau jalan." Kekeh Rosa.

Kesal, pria tersebut kembali menggeser tubuh Rosa agar menyingkir , namun lagi dan lagi Rosa tak mau kalah.

Kraauuwwwkkkk...

"Aww, sshhh..." Rosa memegangi perutnya yang berbunyi, ia tersenyum kikuk di hadapan pria menyebalkan tersebut.

"Bhaahahaaaa, itu suara perut apa terompet? Kenceng bener." Ledeknya.

Rosa tak menanggapi, perutnya justru semakin terasa melilit sampai ia tak kuasa menahannya. Tubuh Rosa merosot ke bawah, pria di hadapannya pun kebingungan.

"Woy, woy, jangan mati disini. Ah elah, nih anomali satu bikin hidup gue ribet aja, repot bener dah ah!" Gerutunya.

"Tolong, hiksss.. Sakit," Lirih Rosa.

"Loe lagi gak modus kan? Jangan modus ke gue, gue kagak punya duit." Ocehnya.

Cukup lama Rosa memegangi perutnya dan terus merintih kesakitan, pria tersebut pun akhirnya menitipkan barang bawaannya dan segera menggendong tubuh Rosa ke sebuah klinik yang ada di sebrang pasar.

1
Wahyuni Riansyah RO
bener² ini si anak durhaka Sabrina memang bener2 anak sableng
juwita
sedih banget Rosa di tinggalkan sm ayah dn ibunya sekaligus😭😭
Etty Rohaeti
semangat Thor
I Love you,
🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭🤭🤭. Tuk..tuk ..tuk....aku fokus ke sura tongkat emak di kolam cucunya 🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🙏🙏🙏🙏🙏
I Love you,: maksut nya kepal🤣🤣🤣 tapi nek.....🤭
total 1 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Reni Mardiana: oke gas😉
total 1 replies
@pry😛
yak bukn...salh almt aq🤣
@pry😛
apa orlando...
anak sich nando sm zoya kah kk
@pry😛: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣iya" ya....
sangking 💪💪ny aq bc... jd kgn mrk
total 2 replies
@pry😛
hy pak... dy lg nyamar🤣🤣🤣🤣
@pry😛: bnr" next lg
total 2 replies
juwita
jgn smpe di perkosaan sm sialan thor. jijik aq sm dia. kk sm adek mau di tidurin
@pry😛
syukur slmt... gk di mkn mokondo
@pry😛
mt kn z
@pry😛
aq jijik liat ny... tlog ya kk... pshkn mrk
@pry😛
cpt bkn cerai ny
@pry😛
mampus kau
juwita
😍😍😍😍
Ayi lubis
bagus
@pry😛
mt kn sabrina... tp jgn bkin alan brst lg.. jijik aq
@pry😛
eeee jalng pd x
juwita
thor jgn smpe rosa sm alan bersama lg. kesalahan alan gede banget. biarkan rosa bahagia bersama yg lain
juwita: syukur klo gitu
total 2 replies
@pry😛
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!