NovelToon NovelToon
Marcelline Hart

Marcelline Hart

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Keluarga / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Putri asli/palsu
Popularitas:601
Nilai: 5
Nama Author: S.Lintang

Dia.. anak, Kakak, saudara dan kekasih yang keras, tegas dengan tatapannya yang menusuk. Perubahan ekspresi dapat ia mainkan dengan lihai. Marcelline.. pengendali segalanya!

Dan.. terlalu banyak benang merah yang saling menyatu di sini.
Happy reading 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Lintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03. -

Marcelline sudah duduk di kursi yang sudah disediakan pihak sekolah. Jari jemarinya mengetuk pada meja dengan ritme yang cepat tapi beraturan.

"Silahkan jelaskan apa yang kamu tau," titah Delano pada salah satu siswa yang diminta untuk menjadi saksi awal terjadinya keributan sampai ke perkelahian ini.

"Jadi sebenarnya, Herman yang mulai duluan. Sejak awal masuk di kantin, dia selalu ganggu Azri, omongannya banyak yang nyindir terutama tentang keluarga. Herman bilang kalau.... Kalau...."

Mata siswa itu bergerak gelisah, ia takut untuk mengatakannya.

"Katakan saja, jangan takut. Kalau kamu jujur, kamu tidak akan terlibat lebih jauh," kata Delano menenangkan.

"Herman bilang kalau Azri bukan anak kandung keluarga Hart, Herman juga bilang kalau Azri cuma mau nikmati harta keluarga Hart, sampe Herman bilang kalau Azri pernah...."

Siswa itu menatap Delano lagi yang mengangguk menenangkan, lalu ia menunduk.

"Kalau Azri pernah nyobain Nona Hart," katanya dengan tubuh yang gemetar, padahal ia hanya memberitahu bukan melakukan, tapi tetap saja ia takut terlibat masalah di sini juga.

Tangan Azri mengepal dengan rahang yang mengeras, sedangkan Herman sudah bergerak ketakutan sendiri.

"Anda bisa beri hukuman apa pun untuk putra saya, Nona, tapi tolong jangan seret saya dan istri untuk ikut menanggung perbuatan yang dia lakukan," kata Ayahnya Herman yang tidak ingin terlibat juga.

Begitu juga dengan sang istri, membuat Herman semakin ketakutan.

"Dari mana kau tau kalau Azri bukan anak kandung keluarga Hart, hm? Apa kau ada di lingkungan keluarga ku?" tanya Marcelline menatap Herman yang terlihat sangat pucat tidak bisa berkutik.

"JAWAB!" bentak Marcelline sekaligus menggebrak meja dengan kuat, membuat mereka semua terkejut kecuali Delano, Raditya, dan Azri.

"Sa-sa-ya.. cu-cu-ma.. iri," kata Herman terbata-bata dengan bulir keringat yang terlihat jelas.

"Iri karena dirimu tidak bisa mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari orang tuamu? Iri karena keluargamu tidak memiliki harta yang bisa memanjakan dirimu, tidak memiliki harta yang bisa kau nikmati. Right?"

Kata-kata Marcelline sangat tajam, ia tidak peduli dengan hinaan yang keluar dari mulutnya itu akan menyinggung keluarga bocah ini.

"Dan juga...."

Marcelline menggantung kalimatnya, kemudian tangannya bergerak cepat mencekik Herman hingga pemuda itu bangkit dari duduknya.

"Berani sekali bibirmu mengatakan hal yang tidak sepantasnya itu di depan adikku. Bibirmu tidak memiliki fungsi lain selain mengatakan hal murahan seperti itu hm?" tanya Marcelline tanpa peduli kalau Herman akan kehabisan napas.

"Arcell, lepaskan dia!"

Itu adalah perintah tegas dari Afandi yang baru saja sampai di sana. Laporannya memang cepat, keluarga terhormat yang bisa mendapatkan koneksi di mana pun.

Kepala Marcelline sedikit bergerak demi bisa melihat wajah sang Ayah.

"Ayah memerintah?" tanya Marcelline dengan alis terangkat sebelah.

"Ya!" Afandi mengangguk tegas, lalu membantu melepaskan cekikan yang ada di leher Herman.

Uhuk!

Herman terbatuk dengan napas tersengal setelah tangan indah Marcelline lepas dari lehernya.

"Jahit mulutnya!"

Tubuh Herman kembali tegang sempurna mendengar perintah kejam dari Marcelline yang baru saja duduk.

Afandi, Azril, Delano, dan Raditya menatap pada Marcelline yang wajahnya tidak terlihat main-main. Semua orang terkejut dengan perintah itu.

"Sekarang!" perintah tegas Marcelline tidak bisa di bantah.

"Ini hukumanmu, Raditya! Jahit mulutnya sekarang. Di lapangan, agar semua orang bisa melihat eksekusi berlangsung!"

Herman langsung bersimpuh dan mengatupkan kedua tangannya. "Saya mohon maaf, Nona. Saya minta maaf. Zri, maafin gue," katanya pada Azri juga.

Azri juga tidak tega, hanya seperti itu sampai menjahit mulut?

"Kak...."

"Memangnya sejak kapan aku memerintahmu untuk bicara?" tanya Marcelline menyela tajam lagi.

Azri kembali menundukkan pandangannya.

"Ampun Nona, saya janji tidak akan mengganggu atau mengusik Azri lagi. Saya tidak akan pernah berkata buruk lagi," ucap Herman memohon, bahkan sampai menangis.

"Aku tidak memiliki rasa iba," kata Marcelline datar.

1
Carlos Vazquez Hernandez
Cocok di hati nih.
Anrai Dela Cruz
Keren deh ceritanya, thor mesti terus bikin cerita seru kayak gini!
Asher_Sanou3u
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!