NovelToon NovelToon
WOTU

WOTU

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Kutukan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:623
Nilai: 5
Nama Author: GLADIOL MARIS

Di kota kecil Eldridge, kabut tidak pernah hanya kabut. la menyimpan rahasia, bisikan, dan bayangan yang menolak mati.

Lisa Hartman, gadis muda dengan kemampuan aneh untuk memanggil dan mengendalikan bayangan, berusaha menjalani hidup normal bersama dua sahabat masa kecilnya-Ethan, pustakawan obsesif misteri, dan Sara, sahabat realistis yang selalu ingin mereka tetap waras.

Namun ketika sebuah simbol asing muncul di tangan Lisa dan bayangan mulai berbicara padanya, mereka bertiga terseret ke dalam jalinan rahasia tua Eldridge: legenda Penjaga Tabir, orang-orang yang menjadi pintu antara dunia nyata dan dunia di balik kabut

Setiap langkah membawa mereka lebih dalam pada misteri yang membingungkan, kesalahpahaman yang menimbulkan perpecahan, dan ancaman makhluk yang hanya hidup dalam bayangan. Dan ketika semua tanda mengarah pada Lisa, satu pertanyaan pun tak terhindarkan

Apakah ia pintu menuju kegelapan atau kunci untuk menutupnya selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GLADIOL MARIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

B – PERPUSTAKAAN KOTA ELDRIDGE I

Perpustakaan Eldridge berdiri seperti bangunan yang lupa mati. Dinding batunya berlumut, jendelanya buram, dan pintu kayu utamanya terkunci rapat. Tapi Lisa dan Sara tidak menuju pintu depan; mereka berbelok ke sisi kiri, melewati semak basah yang menempel ke sepatu.

Pintu samping terlihat persis seperti yang Lisa ingat—catnya mengelupas, gagangnya dingin dan berkarat. Ia menempelkan telapak tangan, menarik napas.

“Lis, kau yakin ini ide bagus?” tanya Sara, berbisik.

Lisa melirik sahabatnya. “Sejak kapan kita punya ide bagus?”

Sara mendengus kecil, sedikit memajukan bibirnya karena sedikit jengkel. “Sejak kita berhenti kabur ke hutan waktu SMP. Tapi rupanya kau tidak belajar, ya?”

Lisa hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis, lalu mendorong pintu. Pintu samping perpustakaan berderit panjang saat Lisa mendorongnya. Suara itu melengking, lalu menggema ke seluruh lorong sepi.

Aroma khas menyambut mereka—perpaduan kertas tua, debu, dan kelembapan batu. Hawa dingin di dalam lebih menusuk dibanding udara berkabut di luar.

Sara buru-buru menutup pintu di belakang mereka. “Astaga… baunya kayak lemari kakekku yang nggak pernah dibuka sejak Perang Dunia.”. Dia menutup hidup dengan tanganya merasakan bau yang menjengahkan memaksa masuk ke indra penciumannya itu.

Lisa menyalakan senter kecil, cahayanya menyorot rak-rak kayu tinggi yang berjajar rapat. Bayangan panjang merayap ke lantai, seperti tangan hitam yang mencoba meraih. Lantai kayu berderit di setiap langkah, suara mereka terdengar terlalu keras di ruang sunyi itu.

“Ethan?” Lisa memanggil pelan.

Tidak ada jawaban. Hanya gema suaranya sendiri.

Sara mendekat, hampir menempel di punggung Lisa. “Kalau dia muncul dengan jubah hitam dan topeng tengkorak, aku bersumpah akan melemparnya dengan senter mu dan bakal lari duluan.”

Lisa menoleh sekilas. “Kau dulu juga yang ngajak kabur ke hutan waktu umur sepuluh. Ingat?”

Sara meringis. “Dan aku masih nyesel sampai sekarang, aku tau aku gila saat itu.”

Mereka berjalan melewati rak demi rak. Bau debu menusuk hidung, bercampur dengan bau kertas lembap yang seolah menempel di kulit. Di beberapa tempat, cat dinding mengelupas, memperlihatkan batu tua di bawahnya.

Lisa melirik ke kursi kayu di pojok ruangan. Masih sama seperti dulu saat mereka bertiga sering mengerjakan PR di sana. Ia teringat Ethan kecil yang suka membaca keras-keras, sementara Sara mengeluh karena bosan.

Sekarang kursi itu kosong, kainnya robek, dan lapisan debu menutupinya. Nostalgia yang dulu hangat kini terasa menyeramkan.

Cahaya lain tiba-tiba muncul dari ujung lorong. Ethan berjalan cepat, senter di tangannya bergetar mengikuti langkah terburu-buru. Rambut hitamnya berantakan, wajahnya lelah tapi matanya tajam.

“Kalian benar-benar datang,” katanya, suaranya lega tapi juga cemas.

Sara langsung meletakkan tangan di pinggang. “Ya, terima kasih banyak sudah menyeret kami ke gedung berhantu ini.

Sangat sehat untuk tidur cantikku malam ini.”

Ethan menoleh sebentar ke arahnya, lalu fokus ke Lisa. “Aku tidak bisa sendirian. Buku itu… sejak aku menyentuhnya tadi siang, rasanya seperti ada sesuatu yang menunggu.”

Lisa menelan ludah. “Sekarang di mana?”

“Ruang arsip bawah,” jawab Ethan cepat. “Aku taruh kembali, tapi… seolah buku itu tidak mau diam.”

Sara mendengus. “Kalian sadar kan, kalian bicara seakan-akan buku bisa punya kemauan sendiri?”

“Kalau kau merasakannya tadi siang, kau tidak akan bilang begitu,” potong Ethan, tajam.

Sara menatapnya tak percaya. “Aku merasakan? Aku cuma lihat Lisa pucat seperti habis lihat hantu. Kau pikir itu bukti?”

“Cukup.” Lisa menahan suara mereka. “Kalau memang ada sesuatu, kita harus lihat.”

“Lis, jangan terburu-buru,” Ethan menahan. “Kalau kau mendekat terlalu jauh, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.”

1
~abril(。・ω・。)ノ♡
Saya merasa seperti berada di dalam cerita itu sendiri. 🤯
GLADIOL MARIS: Semoga betah nemenin Lisa di Wotu dalam perjalannya 🤗
total 2 replies
Không có tên
Kocak abis
GLADIOL MARIS: Waduh, susah nih bikin kakak takut pas baca kayaknya⚠️
total 1 replies
GLADIOL MARIS
Halo teman-teman yang sudah menyempatkan mampir. Aku harap WOTU bisa nemenin kalian nantinya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!