NovelToon NovelToon
The Painters : Colour Wars

The Painters : Colour Wars

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Rahmad Ajie, seorang mekanik body & paint di Jakarta, tak pernah mengira hidupnya berubah drastis karena ledakan cat radioaktif. Tubuhnya kini mampu mengeluarkan cat dengan kekuatan luar biasa—tiap warna punya efek mematikan atau menyembuhkan. Untuk mengendalikannya, ia menciptakan Spectrum Core Suit, armor canggih yang menyalurkan kekuatan warna dengan presisi.

Namun ketika kota diserang oleh Junkcore, mantan jenius teknik yang berubah menjadi simbol kehancuran lewat armor besi rongsoknya, Ajie dipaksa keluar dari bayang-bayang masa lalu dan bertarung dalam perang yang tak hanya soal kekuatan… tapi juga keadilan, trauma, dan pilihan moral.

Di dunia yang kelabu, hanya warna yang bisa menyelamatkan… atau menghancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Warna Pertama

Langkah Ajie makin berat. Nafasnya kasar, bercampur debu dan udara malam yang dingin. Sepatu kerjanya yang sudah bolong tergelincir di aspal basah, tapi dia nggak peduli. Di belakang sana, suara-suara itu masih mengiang.

“Kami melihatmu…”

Dia nggak tahu itu halusinasi atau kenyataan. Tapi tubuhnya... tubuhnya jelas bereaksi.

Cat ungu itu—apa pun itu—masih terus merembes dari pori-porinya. Bukan darah, bukan keringat. Tapi cairan kental yang bersinar seperti tinta neon. Dan saat ia melangkah, cairan itu ikut. Menetes. Meninggalkan jejak.

"Apa yang terjadi sama gue...?" gumamnya, suara lirih penuh ketakutan.

 

Kontrakan kecilnya di pinggiran Pasar Rebo akhirnya terlihat. Sebuah bangunan sempit dua lantai dengan dinding hijau pudar, cat yang mengelupas, dan kipas angin rusak di jendela. Lampu depan berkedip seperti disko murahan. Ajie masuk cepat, langsung mengunci pintu dan merapatkan semua gorden.

Napak tilas langkahnya... jelas. Bekas cat masih berpendar samar di lantai teras.

Dia masuk ke kamar, melempar tas, menjatuhkan tubuhnya ke kasur tipis yang digelar di lantai. Kamarnya kecil—cuma cukup untuk kasur, lemari kayu tua, dan meja kerja penuh perkakas bekas.

Ajie menggigil. Bukan karena dingin. Tapi takut. Panik. Mual. Tangannya gemetar saat dia mencoba menarik napas dalam.

Tapi napas itu malah membuatnya batuk keras. Dari mulutnya, semburan kecil cat merah keluar.

“Apa—”

Ia berdiri mendadak, melangkah ke cermin kecil di dinding.

Wajahnya—eh, tubuhnya—terlihat seperti habis jatuh ke drum cat. Leher dan tangannya dipenuhi garis-garis warna. Ungu, merah, hijau... seperti pembuluh darah yang berubah jadi pelangi aneh. Tapi yang paling menonjol... warna merah menyala di dadanya. Seperti coretan api.

Dan saat ia menatap warna itu… udara di sekitarnya terasa panas.

Ia menatap tangannya. Fokus.

“Kalau ini kayak di film… mungkin gue bisa—”

"FWOOOSHH!"

Tangannya menyala.

Cat merah meledak dari telapak tangannya, bukan terbakar, tapi seperti tinta cair yang panas—menguap, menggetarkan udara, melelehkan ujung meja yang tak sengaja terkena semburan.

Ajie langsung melompat mundur.

"INI GILA!" teriaknya.

Dia panik. Muter-muter di kamar. Kepalanya pening. Tapi di tengah kekacauan itu, sesuatu mulai nyambung.

Cat merah \= panas. Ledakan.

Yang tadi siang? Yang di bengkel?

Cat kuning. Kilat. Seperti listrik. Dia ingat tubuhnya mengalirkan energi sebelum ledakan.

Dan tadi saat dia lari… cat ungu. Muncul begitu aja, lalu ada suara-suara itu. Seolah cat itu hidup. Menyadari sesuatu.

Ajie duduk di lantai, memegangi kepala.

“Jadi gue... apaan? Superhero? Monster? Korban limbah?” gumamnya lirih.

Hening. Hanya suara kipas tua di atap yang berderit pelan.

Lalu, dia berdiri. Pelan-pelan. Wajahnya masih bingung, tapi tatapannya mulai berubah.

“Kalau ini emang kekuatan... gue harus ngerti cara ngendaliinnya.”

 

Dua jam berikutnya, Ajie berubah jadi ilmuwan amatir. Dia ambil semua kaleng bekas, plat logam, dan kayu dari gudang belakang kontrakan. Bikin target dummy. Pakai jaket motor tua buat pelindung dada. Dan dia mulai… bereksperimen.

Cat merah: Meledak, tapi arahannya bisa dikendalikan lewat fokus dan pernapasan.

Cat kuning: Listrik. Menyetrum. Tapi terlalu berisiko dipakai di dekat benda elektronik.

Cat ungu: Masih misteri. Muncul sendiri, dan seolah hidup. Tapi bisa menciptakan pola.

Cat hijau: Baru muncul saat dia panik tadi, waktu hampir ketabrak motor. Sekilas seperti… perlambatan. Dunia melambat. Atau dia yang jadi lebih cepat?

Ajie mencatat semuanya di kertas lusuh dengan spidol merah.

Lalu ia berhenti.

Memandang ke dinding kamar yang penuh coretan warna.

Wajahnya masih ragu. Tapi ada api kecil yang mulai tumbuh di matanya.

“Gue nggak tahu ini dari mana... Tapi gue juga bukan orang biasa lagi.”

Ia menghela napas panjang. Menatap langit-langit kontrakan yang retak.

Lalu, suara langkah kaki terdengar dari luar. Seperti... seseorang berhenti di depan kontrakannya.

Ajie diam. Jantungnya berdetak cepat.

Seseorang mengetuk pintu.

Tok. Tok. Tok.

Dia berdiri pelan. Mendekat. Menempelkan telinga ke pintu kayu tipis.

Sunyi.

Lalu suara berat, datar, terdengar dari luar:

"Ajie... kamu bukan satu-satunya yang berubah."

Ajie membeku. Matanya membelalak.

Suara itu... bukan suara manusia biasa.

Dan dia tahu satu hal pasti: malam ini belum selesai.

1
lalakon hirup
suka di saat tokoh utama nya banyak tingkah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!