Di sebuah akademi rahasia yang tersembunyi dari pandangan dunia biasa, para siswa diajari cara mengendalikan waktu. Ada yang bisa melihat masa depan, yang lain mampu mengubah masa lalu, dan beberapa memiliki kemampuan untuk hidup di antara detik-detik yang hilang. Namun, ada legenda tentang seorang murid yang berhasil melarikan diri dari batas waktu dan menjadi abadi—dan sekarang, dia berencana mengubah sejarah manusia sepenuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADHIWARNA_AUTHOR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKADEMI WAKTU (EPISODE 3)
*CERITA BERLANJUT*
Keanehan kelas yang menyambut Kirana pagi itu membuatnya merinding. Bau anyir samar-samar menusuk hidung, bercampur dengan aroma basi sisa makanan. Ia melangkah hati-hati di antara tumpukan kertas robek dan remahan makanan yang mengotori lantai. Kursi yang tergeletak miring dengan satu kakinya patah menambah kesan kekacauan yang janggal. "Ini... tidak mungkin ulah siswa biasa," gumamnya pelan, bulu kuduknya berdiri.
Tak lama kemudian, Alana datang dengan wajah sama bingungnya. "Kir, kamu lihat ini juga? Semalam bukannya kelas baik-baik saja?" Alana mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, raut wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan.
Mereka berdua memutuskan untuk melaporkan kejadian aneh ini kepada guru piket, namun guru tersebut hanya menghela napas dan berkata, "Mungkin ada siswa yang iseng. Nanti biar petugas kebersihan yang membereskannya." Jawaban yang acuh tak acuh ini membuat Kirana dan Alana semakin curiga. Insting mereka mengatakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar kenakalan siswa.
Sepanjang hari itu, pikiran Kirana terusik dengan kejadian di kelas dan pertanyaan kepala sekolah sebelumnya, "Sudah tahu apa belum?" Apa maksudnya? Tahu tentang apa? Menghilangnya Pak Rudi juga terasa ganjil. Seorang kepala sekolah tidak mungkin menghilang begitu saja tanpa alasan yang jelas.
Saat jam istirahat, Kirana mengajak Alana untuk mencari informasi. "Lan, aku merasa ada yang tidak beres dengan sekolah ini. Kamu ingat pertanyaan Pak Rudi waktu pertama kali kita sampai? Dan sekarang kelas kita jadi seperti ini. Ini aneh."
Alana mengangguk setuju. "Aku juga merasakannya, Kir. Sekolah ini... seperti menyimpan sesuatu."
Mereka mulai mencari petunjuk di sekitar sekolah. Mereka mencoba mengingat detail-detail kecil yang mungkin terlewatkan sebelumnya. Mereka menyusuri lorong-lorong sepi, memperhatikan setiap sudut dan celah. Perpustakaan menjadi tujuan pertama mereka. Mungkin ada catatan lama atau buku sejarah sekolah yang bisa memberikan jawaban.
Di perpustakaan yang sunyi, mereka mencari bagian tentang sejarah sekolah. Mereka menemukan beberapa buku tebal dan berdebu yang menceritakan tentang pendirian Akademi Meulaboh. Buku-buku itu menyebutkan bahwa sekolah ini didirikan di atas tanah yang memiliki energi elemen yang kuat dan dulunya merupakan tempat berkumpulnya para pengendali elemen zaman dahulu. Namun, tidak ada catatan mengenai kepala sekolah sebelumnya selain kepala sekolah pertama. Nama Pak Rudi tidak tercantum di mana pun.
"Ini aneh sekali," bisik Alana sambil membalik halaman sebuah buku kuno. "Seolah-olah sekolah ini baru memiliki satu kepala sekolah."
Tiba-tiba, mata Kirana tertuju pada sebuah buku berjilid kulit usang yang tersembunyi di rak paling atas. Dengan susah payah, ia meraih buku itu. Sampulnya polos tanpa judul, namun auranya terasa berbeda, lebih tua dan menyimpan kekuatan. Saat mereka membukanya, mereka menemukan tulisan tangan yang sudah memudar.
"’Barang siapa mengusik kedamaian elemen, maka kutukan akan menimpanya. Kekuatan tersembunyi akan bangkit dan kegelapan akan menyelimuti Meulaboh.’" Kirana membacakan tulisan itu dengan suara bergetar.
Alana menelan ludah. "Kutukan? Kekuatan tersembunyi? Apa maksudnya ini?"
Saat mereka terus membaca, mereka menemukan catatan tentang sebuah artefak kuno yang konon menjadi sumber kekuatan para pengendali elemen di masa lalu. Artefak itu diyakini tersimpan di suatu tempat di dalam sekolah. Catatan itu juga menyebutkan tentang adanya pihak-pihak yang berusaha menyalahgunakan kekuatan artefak tersebut.
"Mungkinkah menghilangnya Pak Rudi ada hubungannya dengan ini?" tanya Kirana, pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan.
Mereka memutuskan untuk mencari ruangan rahasia atau tempat tersembunyi di sekolah yang mungkin menyimpan petunjuk lebih lanjut tentang artefak dan menghilangnya Pak Rudi. Mereka mulai menjelajahi bagian-bagian sekolah yang jarang dikunjungi, seperti gudang tua di belakang asrama dan ruang bawah tanah di bawah perpustakaan.
Sementara itu, kepala sekolah baru, Caroline, bersikap ramah namun terkesan menjaga jarak. Setiap kali Kirana atau Alana mencoba bertanya tentang Pak Rudi, Caroline selalu menjawab dengan nada datar, "Pak Rudi sedang ada urusan penting di luar kota. Beliau akan kembali jika urusannya sudah selesai." Jawaban yang selalu sama ini justru menimbulkan kecurigaan yang lebih besar di hati mereka.
Mimpi Kirana tentang ayahnya kembali menghantuinya. Pesan ayahnya tentang memilih teman dan kehati-hatian terasa semakin relevan dengan situasi yang mereka hadapi. Apakah ayahnya tahu tentang sekolah ini? Mungkinkah ayahnya dulu juga bersekolah di Meulaboh? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benaknya.
Keadaan kelas yang berantakan setelah malam tanggal merah juga menjadi misteri yang belum terpecahkan. Apakah itu hanya kenakalan biasa, atau ada kekuatan lain yang terlibat? Mereka berdua sepakat untuk lebih berhati-hati dan mengawasi setiap gerak-gerik siswa lain.
Aisyah, dengan perubahan sikapnya yang drastis, kini menjadi teman dekat Kirana dan Alana. Ia sering membantu mereka dalam mencari informasi dan tidak ragu untuk menyampaikan pendapatnya. Pengalamannya yang hampir mencelakai Alana membuatnya lebih sensitif terhadap energi negatif di sekitarnya.
Suatu sore, saat mereka bertiga sedang berkumpul di asrama, Aisyah tiba-tiba berkata, "Aku merasakan ada energi aneh di sekolah ini. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi dan tidak baik."
"Kami juga merasakannya, Aisyah," jawab Kirana. "Kami sedang mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Bersama-sama, mereka bertiga semakin intensif mencari petunjuk. Mereka kembali meneliti buku kuno di perpustakaan dan mencoba mengartikan setiap kalimat yang tertulis di dalamnya. Mereka menemukan sketsa samar tentang sebuah ruangan tersembunyi di bawah menara utama sekolah.
Dengan hati-hati, mereka menyusup ke menara utama pada malam hari, saat semua siswa sudah tertidur. Mereka menemukan tangga spiral tersembunyi di balik sebuah lukisan besar. Tangga itu mengarah ke bawah, menuju kegelapan. Dengan berbekal keberanian dan sedikit cahaya dari elemen waktu Alana, mereka menuruni tangga tersebut.
Di ujung tangga, mereka menemukan sebuah ruangan bawah tanah yang luas. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu dengan sebuah kristal besar bercahaya redup di atasnya. Kristal itu memancarkan energi yang kuat, energi elemen yang terasa familiar namun juga asing.
Tiba-tiba, muncul sosok Caroline dari balik pilar. Wajahnya tidak lagi ramah, melainkan dingin dan penuh ambisi. Di tangannya, ia memegang sebuah tongkat yang ujungnya juga terdapat kristal yang serupa namun berwarna gelap.
"Kalian tidak seharusnya berada di sini," ucap Caroline dengan suara dingin. "Artefak ini adalah milikku. Dengan kekuatannya, aku akan menguasai seluruh elemen dan dunia ini."
Kirana dan Alana terkejut. Jadi, Caroline-lah dalang di balik semua ini. Dialah yang menginginkan kekuatan artefak kuno. Menghilangnya Pak Rudi pasti ada hubungannya dengan rencananya.
"Apa yang kamu lakukan pada Pak Rudi?" tanya Kirana dengan nada menantang.
Caroline tertawa sinis. "Orang tua itu terlalu ikut campur. Dia mengetahui rencanaku, jadi terpaksa aku singkirkan."
Pertarungan sengit pun terjadi. Caroline dengan tongkat kristal gelapnya berusaha mengendalikan artefak utama, sementara Kirana, Alana, dan Aisyah dengan kekuatan elemen mereka berusaha menghentikannya. Kekuatan waktu Alana mampu memperlambat gerakan Caroline, kekuatan air Kirana berusaha meredam energi gelap, dan kekuatan alam Aisyah menciptakan penghalang pelindung.
Namun, kekuatan artefak gelap di tangan Caroline sangatlah besar. Ia berhasil melumpuhkan Alana dan Aisyah. Kini, hanya Kirana yang tersisa untuk melawannya.
Tiba-tiba, Kirana teringat mimpi tentang ayahnya. "’Kekuatan tersembunyi akan bangkit...’" Apakah ini yang dimaksud ayahnya? Instingnya mengatakan bahwa ia memiliki kekuatan yang belum sepenuhnya ia sadari.
Dengan fokus dan tekad yang kuat, Kirana mencoba menyalurkan seluruh emosinya, kerinduannya pada ayahnya, kemarahannya pada Caroline, dan keinginannya untuk melindungi teman-temannya. Sebuah cahaya terang memancar dari tubuhnya. Ia merasakan energi yang luar biasa mengalir dalam dirinya, energi yang lebih kuat dari sekadar pengendalian waktu biasa.
Ternyata, Kirana memiliki potensi elemen yang lebih besar dari yang ia duga, kemungkinan merupakan warisan dari ayahnya. Dengan kekuatan barunya, ia berhasil merebut tongkat kristal gelap dari tangan Caroline dan menghancurkannya. Artefak utama kehilangan kendali dan memancarkan gelombang energi yang melumpuhkan Caroline.
Saat semuanya berakhir, muncul kembali sosok Pak Rudi di ruangan itu, tampak lemah namun lega. Ternyata, Caroline tidak membunuhnya, melainkan mengurungnya untuk melancarkan rencananya.
Rahasia sekolah pun terungkap. Akademi Meulaboh didirikan bukan hanya sebagai tempat belajar mengendalikan elemen, tetapi juga sebagai penjaga artefak kuno yang memiliki kekuatan besar. Para kepala sekolah sebelumnya adalah para penjaga rahasia artefak tersebut. Ayah Kirana ternyata juga memiliki hubungan dengan sekolah ini, mungkin sebagai salah satu penjaga atau seseorang yang mengetahui tentang keberadaan artefak tersebut, yang menjadi alasan kematiannya karena berusaha melindungi artefak dari pihak jahat.
Keadaan kelas yang berantakan ternyata disebabkan oleh energi gelap yang mulai merasuki sekolah akibat ulah Caroline yang mencoba mengendalikan artefak.
Dengan tertangkapnya Caroline dan selamatnya Pak Rudi, kedamaian di Akademi Meulaboh kembali pulih. Kirana, Alana, dan Aisyah tidak hanya menjadi teman baik, tetapi juga pahlawan yang telah menyelamatkan sekolah mereka dari ancaman kegelapan. Mereka menyadari bahwa persahabatan, keberanian, dan kepercayaan pada diri sendiri adalah kekuatan yang paling dahsyat. Mimpi Kirana tentang ayahnya kini memiliki makna yang jelas, sebuah peringatan dan petunjuk tentang takdirnya dan rahasia yang tersembunyi di sekolahnya. Petualangan mereka baru saja dimulai.