NovelToon NovelToon
MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

Status: tamat
Genre:Angst / Cinta Lansia / Keluarga / Penyesalan Suami / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:1.1M
Nilai: 5
Nama Author: moon

Marina, wanita dewasa yang usianya menjelang 50 tahun. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Demi kesuksesan suami serta kedua anaknya, Marina rela mengorbankan impiannya menjadi penulis, dan fokus menjadi ibu rumah tangga selama lebih dari 27 tahun pernikahannya dengan Johan.

Tapi ternyata, pengorbanannya tak cukup berarti di mata suami dan anak-anaknya. Marina hanya dianggap wanita tak berguna, karena ia tak pernah menjadi wanita karir.

Anak-anaknya hanya menganggap dirinya sebagai tempat untuk mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma.

Suatu waktu, Marina tanpa sengaja memergoki Johan bersama seorang wanita di dalam mobilnya, belakangan Marina menyadari bahwa wanita itu bukanlah teman biasa, melainkan madunya sendiri!

Akankah Marina mempertahankan pernikahannya dengan Johan?

Ini adalah waktunya Marina untuk bangkit dan mengubah dirinya menjadi wanita mandiri seutuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#3

#3.

“Apa susahnya masak ayam goreng, dengan tumisan, itu cukup mudah dan bahannya mudah didapat.” 

“Ina gak sempat belanja, Ma, karena pagi-pagi Ia harus bersiap untuk kerja, sore harinya Dia Kuliah. Ina itu wanita karir sukses, tidak seperti Ibu yang setiap hari hanya mengurus rumah dan belanja di pasar.” 

Jika pagi tadi putri sulungnya yang menyindir dirinya, kini putra bungsunya pun melakukan hal yang sama. Hati Marina semakin sakit, apakah usaha dan pengorbanannya selama ini, tak pernah terlihat di mata kedua anaknya? Hingga dengan tega keduanya mengatakan hal yang sama, masih di hari yang sama pula. 

Apakah di jaman sekarang, profesi sebagai ibu rumah tangga tak lagi berharga, hingga seseorang hanya terlihat indah dan berjasa manakala mereka bekerja, dan berkarir di luar rumah. 

Setelah menyajikan makanan yang baru saja di hangatkan, Marina meninggalkan Burhan seorang diri, tak menemaninya makan seperti biasanya jika lelaki itu datang untuk meminta dibuatkan makanan. Karena toh percuma juga, Burhan tetap mengacuhkan keberadaannya, dan tetap pura-pura sibuk dengan ponsel pintarnya. 

Rasa sakit Marina sedikit terobati karena setidaknya Johan masih menghargai keberadaannya, walau sedikit menyebalkan dan selalu minta diperlakukan layaknya seorang raja. 

Lelah hari ini membuat kedua mata Marina terpejam dengan sendirinya, ia bahkan tak tahu kapan anak lelakinya kembali pulang ke tempat tinggalnya sendiri. 

•••

“MARINA!!” 

“MARINA!!”

Suara teriakan Johan yang membangunkannya pagi itu, entah kapan pria itu kembali ke rumah. Marina segera mengumpulkan kembali kesadarannya, sebelum beranjak dari tidur nyamannya. 

“Nenek!” Suara Gwen menyambutnya di depan pintu, gadis berpiyama hitam putih gambar beruang itu masih menggendong bonekanya, itu tandanya Gwen juga baru bangun dari tidur. 

“Sudah bangun?” tanya Marina lembut pada Gwen, dari sunyinya rumah, Marina tahu bahwa semalam Diana tak pulang, wanita itu lebih memilih tidur nyaman di rumahnya sendiri, daripada harus repot mengurus keperluan anaknya sebelum pergi bekerja. 

Gwen mengangguk, “Nenek, mau minum susu,” pintanya. 

“Iya sebentar, nenek panaskan air dulu.” 

Marina memanaskan air didalam panci, sekalian nanti membuat kopi untuk Johan. Sengaja Marina tak menggunakan kompor, karena dirasa lebih hemat menggunakan bahan bakar, ketimbang menggunakan listrik.

Marina tak keberatan melakukan hal itu, walau repot, dan kondisi ekonomi suaminya sudah diatas rata-rata. Karena jika ada sisa uang kebutuhan rumah bisa ditabung, untuk digunakan sewaktu-waktu jika ada keperluan darurat yang sifatnya mendadak. 

Marina mulai menyendok bubuk susu, serta bubuk kopi ke dalam dua gelas berbeda, ia lupa pada panggilan suaminya beberapa saat yang lalu. “MARINA!! MANA AIR MINUMKU?!” Kembali Johan berteriak. 

Marina tersadar, ia buru-buru menuang segelas air putih untuk Johan. Ini adalah kebiasaan Johan setiap pagi ketika baru saja membuka mata, yakni minum air. Dan hal sepele ini harus Marina yang mengerjakan, karena Johan sudah terbiasa dilayani seperti ini oleh Marina. 

“Kenapa lama sekali?” Dengan kasar Johan mengambil alih gelas dari tangan Marina, kemudian meneguk habis air hangat didalam gelas tersebut. 

“Gwen minta dibuatkan susu, jadi aku menyalakan kompor dulu,” jawab Marina, pandangan matanya menyapa sekeliling ruangan, dimana tas kerja, sepatu, kaos kaki, serta jas milik Johan berserakan di ruang tamu. 

Marina mulai memungut satu-persatu barang-barang tersebut, namun … 

Pyar!! 

Dari arah ruang makan, terdengar suara benda pecah. “Neneek! Jari tanganku berdarah,” keluh Gwen, Marina segera kembali ke ruang makan, dan melihat Gwen jongkok, sambil melihat jari tangannya yang meneteskan darah. 

“Kenapa bisa jatuh gelasnya?” tanya Marina panik, sembari mengusap darah di jari Gwen dengan menggunakan tisu. 

“Tadi mau ambil minum, tapi gelasnya di senggol sipanda,” keluh Gwen. 

Setelah selesai membersihkan luka dan membalut jari Gwen dengan plester luka, Marina pun membereskan pecahan gelas yang masih berserakan di lantai. 

“MARINA!!” 

Belum selesai Marina membersihkan lantai dari pecahan gelas, Johan kembali berteriak. 

“Iya?” jawab Marina. 

“Siapkan air panas untuk mandi,” pinta Johan sekali lagi. 

Marina hanya bisa mengiyakan, tanpa bisa menolak, karena ia sudah menjalani peran sebagai istri yang patuh selama separuh lebih usianya sendiri. Jadi jika dikatakan ini pekerjaan berat, benar sekali ini sangat berat, tapi kebiasaan yang sudah mengakar sangat sulit untuk dihilangkan, terlebih sudah berulang selama 30 tahun lebih. 

Sambil membuat kopi untuk Johan, dan Susu untuk Gwen, Marina pun mulai memanaskan air untuk suaminya mandi. Marina mulai berpikir untuk membuat sarapan sekedarnya karena, tak cukup waktu untuk membuat sarapan lengkap. Karena setelah mandi Johan harus sudah sarapan, dan kembali pergi bekerja. 

Johan segera beranjak dari sofa tempatnya berbaring, ketika Marina memberitahukan bahwa air hangatnya sudah siap. Sementara Marina kembali memunguti pakaian serta perlengkapan Johan yang tadi berserakan di ruang tamu, Marina merasa ada yang berbeda dari setelan jas Johan tapi entah apa, ia tak tahu. 

Ketika meletakkan setelan jas serta Dasi di keranjang baju kotor, barulah ia menyadari bahwa ada aroma pewangi pakaian yang berbeda, tak seperti yang biasa ia pakai di rumah. Dan setelan Jas serta dasi milik Johan juga bukan yang kemarin pagi ia pakai dari rumah, yang ini terlihat seperti baru pertama kali digunakan. 

Ingatan Marina seketika tertuju pada peristiwa hari sebelumnya, yang mana suaminya ada di dalam mobil bersama seorang wanita. Apakah yang kemarin itu benar-benar mobil milik Johan? 

Dada Marina mulai berdebar, separuh hati ia tak ingin percaya, namun separuh hatinya lagi meyakini bahwa yang kemarin ia lihat adalah mobil milik suaminya. 

Tapi, kenapa? Setelah 30 tahun berlalu, baru sekarang? Disaat ia sudah sangat percaya pada pria yang mendampinginya selama puluhan tahun, justru pria itu juga yang tega menghancurkan kepercayaan yang sudah Marina jaga selama mengayuh biduk rumah tangga. 

Marina menekan segala perasaan dan prasangka yang mulai menghantui, termasuk ketika menyuguhkan roti bakar dengan olesan selai coklat dan butter. “Kenapa hanya ini sarapanku?” protes Johan. 

“Aku belum sempat memasak yang lain, nikmati saja makanan itu,” jawab Marina tanpa menoleh. 

Johan yang terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya pun tak terima, “Kamu tahu kan, kalau Aku biasa sarapan nasi di pagi hari?” 

Mendadak Marina jengkel, setelah 30 tahun berlalu, tidak bisakah sekali ini saja Johan menikmati apa yang ada di hadapannya? Alih-alih protes. “Aku tahu.” Marina menoleh. 

“Sekarang cepat hidangkan nasi, dan lauk pauk.” 

“Aku harus mengurus cucumu juga, jika masih ingin nasi, makan saja nasi dan lauk pauk yang kumasak kemarin malam untukmu.”

Johan tercengang, sepanjang pernikahannya dengan Marina, baru kali ini Marina berani menolak bersikap tidak hormat. Tentu saja sisi keegoisan yang biasa merasa menjadi yang utama kini semakin bergolak.

1
andayani meme
WoW .. Kereeen banget alur ceritanya, yg pasti unsur agamisnya tetap disentuh dg elegan. Tak ada kata atau istilah yg fulgar.
Selamat Sukses selalu dg karya-karya berikutnya, Kak Penulis.
moon: alhamdulillah, terima kasih sudah bersedia menikmati karya Othor. semangat dan sehat2 selalu, ya, Kak. 🥰
total 1 replies
Hanachi
kok gitu sih tokonya ?
SRi Nova DeWi
lagi donk thor
moon: nanti kak, InsyaAllah dalam waktu dekat, Rayyan lounching dengan ceritanya sendiri.

jika bersedia silahkan menunggu, jika tidak, tidak apa-apa. 🥰

terima kasih karena sudah memberikan apresiasinya🙏
total 1 replies
Nong Nong
alamat anak cewek nanti
Nong Nong
ketus amat 🤣
Hanachi
dianggap tidak berjasa bukan berarti tidak berjasa. anggapan orang lain memanglah begitu keji 😄
Hanachi
kalau usia Selina terpaut 25 tahun sama papanya tuan Gusman, harusnya usia Selina sekarang kurang lebih seumuran sama tuan Gusman kan ?
Hanachi
bukannya Johan udah jadi direktur ya ? masih ada atasannya lagi ?
Hanachi
ya di peerusahaan itu kan pemilik sahamnya bukan tuan Gusman aja. pilihlah kandidat dari pemilik saham lain. pemilik saham mayoritas misalnya.
Hanachi
sewa ruko tapi kok ditagih pembayaran bunga pinjaman ? 🤔
Hanachi
ikannya dijadiin satu dalam satu kolam ?
Hanachi
kalau buat warung makan sebaiknya emang ga pake warna biru. karena warna biru bisa menstimulasi otak buat nafsu makan turun.
Hanachi
lha kok bisa harusnya secara hukum ga bisa.
Hanachi
kalau selama ini pelanggan warung Marrina dan Farida parkirnya di jalanan kampung, wajar saja sih kalau protes, terlepas dari rasa julid atau ga nya.
Hanachi
baiknya memang begitu. sebelum buntut makin panjang seperti masalah limbah.
Hanachi
sebenernya sama sama salah sih.
Hanachi
kenapa ga dijelaskan pas ada rapat RT atau bu Farida apa ga ikut acara perkumpulan ibu ibu kampung gt ?
Hanachi
ini ada benarnya sih. harusnya kalo mau usaha yang kiranya bakal bikin bising, mending sewa tempat di pinggir jalan. dalam hal ini Marina sama Farida emang salah.
Hanachi
apa ga laporan ke pak RT nya ya ?
Amariksa
Pak Bondan winarno "MakNyus" 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!