Sebuah novel tentang kebucinan suami bernama Ren pada istrinya Ayana, Ini kisah tentang cinta suami berbeda usia. Ini tentang suami yang jauh lebih muda.
Ayana : Tokoh aku, istri yang bekerja sebagai guru SMU. Dia dipanggil kakak oleh suaminya karena perbedaan usia mereka.
Yang gak suka dan ngerasa aneh dengan panggilan Ren pada istrinya, sepertinya ini novel bukan selera kamu kayaknya ya. Karena keuwunan, keimutan dan kegemasan Ren saat memanggil istrinya kakak menjadi titik poinku dalam menceritakan kebucinan Ren. Kalau kalian gak ngerasa fell imut dan mengemaskannya maka fix kita tidak satu aliran. Aku suka cerita ala noona korea soalnya. Hehe.
Renan : Dia biasa di panggil Ren( cuma aya yang panggil begitu) kenapa? suka-suka kak Aya ya. Biar lebih keliatan imutnya. hehe.
Hanya cerita kebucinan suami dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada konflik menegangkan atau apalah. Apalagi pelakor agresif, jauh-jauh dari mereka. Silahkan di baca dan nikmati alurnya ya ^_^
Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Muridku (Part 1)
Akhir pekan yang menyenangkan sudah
lewat. Aku harus kembali kerutinitas harianku. Pergi mengajar. Ren juga
demikian, sudah harus mulai kembali bekerja. Beginikan yang namanya kehidupan.
Kita harus menjalani setiap rutinitas seperti waktu yang berputar. Tanpa henti,
dari satu hari kehari berikutnya. Mungkin dengan kegiataan yang sama, bertemu
dengan orang yang sama. Jadi saranku, pilihlah pekerjaan atau apapun yang
kalian jalani sekarang adalah sesuatu yang kalian sukai. Karena dengan menyukai
apa yang kalian lakukan akan membuat kalian menjalani hari yang menyenangkan.
Aku sedang menyiapkan bahan ajar di kantor, duduk di kursiku. Pelajaranku nanti
setelah kelas pagi. Di kelasku sendiri dimana aku adalah wali kelasnya. Beberapa
guru juga sedang melakukan hal yang sama di ruangan ini. Aku kembali berfikir tentang bocah bernama
Andrian. Dua hari tidak bertemu apa dia masih akan memelototiku sepanjang
pelajaran.
“ Bu Aya sedang sibuk gak?”
Pak Bahar menghampiri meja kerjaku.
Dia membawa sebuah buku tulis. Mungkin buku PR anak-anak.
“ Ada apa pak bisa dibantu? saya sudah
selesai menyiapkan bahan untuk mengajar nanti.”
Dia menarik kursi dari sebelah meja
kerjaku, duduk di depanku. Ada apa ini, biasanya kalau sudah seserius ini
kadang ada masalah dengan salah satu muridku dimata pelajarannya. Dia
menyerahkan buku yang dia pegang. Kubuka lembar pertama, ingin melihat buku
apa. Tertulis nama pemiliknya dan kelas. Aku sudah menghela nafas.
“ Sudah tiga kali PR dia tidak
mengerjakan bu, cuma kumpul buku PR aja, tapi tidak ada yang dikerjakan.”
Hanan Satria, pelajar SMU yang
konon katanya sedang merintis karir menjadi selebgram dan juga seleb vidio di
channel pemutaran vidio. Vlogger begitu katanya. Aku sudah gemas dengan anak
ini dari lama. Jadi, dia pernah terlibat dalam rekaman diam-diam di dalam
kelas. Padahal di sekolah ini ada peraturan di larang membawa hp. Jadi hp
dikumpulkan pada saat masuk dan akan dikembalikan pada jam pulang. Tapi tahu
yang dia pakai untuk merekam apa, dia membawa kamera profesional.
Belum lagi suka menjahili siswa
perempuan dengan alasan prank, prank. Alhamdulillah, aku belum pernah kena
kejahilannya. Dia masih menghormatiku sebagai gurunya. Sekian dulu penjelasan tentang
Hanan ya.
“ Bapak sudah coba bertanya pada Hanan?” Kembali kepada Pak Bahar ya.
“ Dia jawab tidak ada waktu karena
harus update content sosial medianya. Apa gak kelewatan anak itu, saya sudah
marahi beberapa kali di depan kelas, tapi sepertinya dia gak ada malu atau
jeranya.”
Ya, sia-sia jika membuat Hanan
malu, karena sepertinya dia terlalu percaya diri. Memang itu modal utama
menjadi seleb dunia maya.
“ Pelajaran bu Aya gimana?” Tanya pak Bahar lagi.
“ Baik-baik saja pak, dia mengumpulkan semua tugas dan ikut tes. Ya nilainya masih rata-rata memang.”
“ Dasar! jadi cuma pelajaran saya dia begitu.” Suara pak Bahar terdengar agak gusar, karena dia jadi berfikir
bahwa Hanan tidak menghargai dia.
“ Maaf ya pak, nanti saya panggil dia untuk tanya alasannya apa. Bukunya Hanan saya pinjam ya pak.” Aku meminta maaf mewakili Hanan terlebih dahulu. Paling tidak membuat pak Bahar tidak
merasa kecewa.
Pak Bahar mengangguk saja, dia
sudah berdiri dan memulangkan kursi di tempatnya semula.
“ Makasih ya bu, saya jadi merepotkan.”
“ Gak papa pak inikan sudah tanggung jawab saya.”
Pak Bahar berlalu setelah menyelesaikan urusannya denganku.
Aku kembali ke kursiku. Sebentar
lagi pergantian kelas. Kusiapkan buku teks dan absensi. Setelah beres kuambil
hp. Ren sedang apa ya, hehe. Aku ingin mengodanya kalau dia tenang begini. Aneh
ya, kalau dia menghujaniku dengan pesan kadang aku sampai malas membalas, tapi
kalau hp sepi dari pesannya aku jadi kangen. Dasar manusia gak punya pendirian.
Hehe.
Aku mengambil foto selfi dengan
gaya imut, lalu kuedit dengan filter biar makin membuat Ren gemas. Dasar ya,
lupa deh usiaku berapa. Kadang bersifat kekanakan begini manis juga. Haha.
Kukirim gambarku. Tiga gambar rasanya cukup.
Apa! dia menelpon. Aku terkejut
melihat hp yang berkedip-kedip. Balas chat aja ngapa, sewotkan aku. Tadi
bilangnya kangen. Lagi-lagi perempuan, banyak maunya.
“ Assalamualaikum.” Aku menempelkan
tanganku di depan mulut, agar suaraku tidak keluar dengan keras.
“ Kakak sudah melakukan kejahatan
apa?” Haha apa coba ini anak. Pasti berfikir kalau aku baik kalau tidak ada
maunya pasti kalau aku melakukan pelanggaran peraturannya.
“ Apa lho sayang, lagi iseng sambil
nunggu jam pelajaran. Kamu lagi apa? Kok malah bisa nelfon?” aku celingukan,
memastikan suaraku masih dalam radius aman pendengaran orang lain. Guru-guru
masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
“ Habis kakak mengodaku, aku jadi
ingin pergi menjemput kakak sekarang.”
Jangan aneh-aneh ya. Kitakan lagi kerja.
“ Hei, hei jangan gitu donk, aku mengajar sebentar lagi ni. Sudah dulu ya?”
“ Hei akukan yang nelfon.” Katanya kesal.
Peraturan perihal telefon, siapa yang menelfon dialah yang boleh menutupnya duluan. Atau kalau tidak harus
mendapat izin menutup telfon duluan. Aku melirik jam dinding. Sebentar lagi bel
pergantian kelas.
“ Sayang sebentar lagi aku harus mengajar lho.”
“ Aku merindukan kakak, apa kakak juga merindukanku.” Tidak perduli aku bilang apa sepertinya.
“ Ia kangen, tidak lihat fotoku tadi, itu istri yang lagi kangen sama suaminya. Hehe.” Kumohon, sudahi telfon
ini Ren.
“ I love you kak.” Aku mendengar Ren
bicara dengan seseorang, suara seorang wanita. Terimakasih Tuhan, sepertinya
dia juga sedang sibuk.
“ Sedang sibuk ya, kalau gitu tutup dulu ya sayang.”
“ Itu bu Tiwi, minta laporan divisi.” Ia, ia ayo tutup telfonnya Ren aku mau mengajar. Sepertinya aku sudah
cari mati dengan keisenganku mengiriminya pesan.
“ Kakak aku akan pulang agak cepat
nanti, mau kubelikan sesuatu untuk makan malam.” Tawarannya membuatku bahagia.
Serius ya, kalau dia menawariku ingin dibelikan apa, artinya dia menyuruhku
main sepuasnya. Gak usah mikirin makan malam. Siapa juga yang tidak akan girang.
“ Asik, aku gak usah masak ya berarti?” Santai sore hari ini, sambil ngumpul tetangga kompleks.
“ Kakak mau apa?” Tanyanya lagi.
“ Apa aja boleh?” Jurus jitu karena aku sedang malas berfikir.
“ Kakak yang putuskan, kirimi aku
pesan nanti ya. Kalau gitu sekarang boleh tutup telfonnya, tapi bilang dulu i
love you.” Aku bisa mendengar dia tertawa.
“ Ia, ia, i love you sayang. Aku
tutup ya.” Aku mendengarnya menjawab dengan kata-kata yang sama. Lalu kututup
telfon. Bertepatan dengan bell pergantian pelajaran.
- - -
Kelasku dimulai. Melihat sekumpulan
remaja penuh semangat, aku juga ikut merasa bertenaga setiap masuk ke kelas.
Ya, masa SMU masa menyenangkan dimana kamu bisa melakukan banyak hal. Kamu
punya energi dan semangat tanpa batas. Untuk berusaha mewujudkan impian.
“ Selamat pagi semuanya.” Aku menyapa
sambil membawa langkahku memasuki kelas.
“ Pagi bu Aya!” Kompak semua menjawab.
“ Apa kalian semua bersenang-senang selama akhir pekan?”
Suasana menjadi ramai lagi. Aku meletakan buku dan duduk di kursi. Semua bercerita dengan teman sebangku. Mereka sebenarnya berbisik-bisik. Tapi itu namanya bukan berbisik anak-anak.
Aku bahkan bisa mendengar apa yang kalian bicarakan.
“ Ada yang mau bercerita ke depan
pengalaman menyenangkan kalian akhir pekan ini.” Percayalah, ini adalah sesi
paling menyenagkan di hari senin. Sebelum belajar aku selalu memulai kelas
seninku dengan hal seperti ini.
Aku menunggu sambil menyapu
ruangan, memandang muridku satu persatu. Banyak yang menunjukan jarinya,
anak-anak yang belum pernah maju kedepan tentunya. Saat mereka melihat Andrian
mengangkat tangannya, mereka yang tadi menunjuk dirinya sendiri berubah haluan
menjadi pendukung Andrian. Sudah seperti sponsor mereka meneriakan nama Andrian
berulang.
“ Andrian aja bu, Andrian yang maju ke depan. Kita ingin tahu dia ngapain akhir pekan ini.” Beberapa anak sangat bersemangat mempengaruhi yang lainnya. Mereka pasti penasaran sekali.
“ Silahkan maju Andian, sepertinya
teman-temanmu ingin sekali mendengar cerita akhir pekanmu.”
Dia tidak menjawabku. Tapi langsung
berjalan ke depan. Fansnya memberi semangat tanpa dikomando, kompak sekali.
Kapan mereka membuat yel-yel dukungan itu. Aku hanya bisa geleng kepala. Kekuatan
fans itu luar biasa ya.
“ Baiklah tenang! Silahkan Andrian waktu dan tempat ibu persilahkan.” Aku tersenyum kepadanya. Apa! dia malah menatapku setajam itu.
“ Assalamualaikum, saya Andrain.
Disini saya akan menceritakan pengalaman menyenangkan saya diakhir pekan.”
Tepuk tangan dari segala penjuru kelas, anak-anak cowok juga ikut tepuk tangan karena dipelototi fans Andrian.
“ Saya pergi kencan makan es cream di sebuah toko es cream yang baru dibuka.”
Gaduh. Selamat Andian, aku geram sendiri, kamu membuka kalimat pengantarmu dengan sebuah pukulan telak bagi para fans kamu. Dan telah menciptakan kegaduhan.
“ Kencan? Jadi Andian sudah punya pacar.” Lebih pada keprotes.
Lho kok protes, melotot padaku lagi. Apa salahku nak, yang bercerita ada di depan kalian sekarang. Silahkan layangkan protes kalian pada tempatnya.
“ Siapa pacarnya Andrian?”
“ Bisa tenang anak-anak, biarkan
Andrian melanjutkan ceritanya.” Ketika kelas kembali tenang, aku mempersilahkan
Andrian untuk memulai ceritanya.
Wahhh, ternyata anak ini
benar-benar sangat populer di sekolah ya. Aku jadi teringat kejadian makan
siang di depan lab kimia. Kalau dia sepopuler itu, kenapa sampai makan siang
sendirian.
Cerita Andrian cukup mendetail,
baik tentang tempat ataupun perasaan yang ia rasakan saat ia kencan makan es
cream. Mungkin benar, ia sedang berkencan dengan kekasihnya. Ah, aku juga ingat
kencan menyebalkan saat aku makan es cream bersama Ren. Bagaimana kami bisa
punya kencan yang sama diakhir pekan begini.
BERSAMBUNG...........
membaggongkan