Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Tidak Berhasil
Permainan Rere sudah diketahui oleh suaminya yang terus menyadap ponselnya. Ia meminta anak buahnya untuk menghentikan orang suruhan Rere menyelidiki latar belakang Aleta. Satu kalimat dari Revan mampu diatasi oleh orang suruhannya. Sementara Aleta sendiri masih menikmati sisa-sisa bahagianya saat ini.
"Apakah kamu ingin makan sesuatu sayang?" tanya Revan ketika mobilnya meninggalkan rumah sakit.
"Aku mau makan gado-gado dan es buah. Tapi belinya di abang-abang aja lebih enak," pinta Aleta.
"Berarti kamu punya tempat langganan sendiri. Baiklah, kalau begitu kita ke sana," ajak Revan membuat Aleta langsung mengecup pipinya sebagai rasa terimakasih.
"Tapi ini tidak gratis sayang, semua ada imbalannya," Revan memainkan alisnya sambil tersenyum nakal.
"Ishh...! dasar suami mesum." Aleta memutar matanya malas.
Mobil merah mewah itu berhenti di sebuah kedai makanan nusantara. Aleta dan Revan mencari tempat duduk dan pelayan menghampiri keduanya. Revan baru menyadari kalau istrinya merindukan suasana lingkungan tempat tinggalnya dulu. Mansion mewah yang kini terbengkalai begitu saja.
"Apakah kamu ingin melihat rumahmu yang dulu?" tanya Revan.
"Untuk apa ke sana? aku cukup mengenangnya saja tanpa perlu bernostalgia dengan mendatanginya," Aleta menunduk sedih.
"Sebentar lagi kamu akan menepati lagi rumah itu. Aku akan pastikan itu sayang," batin Revan yang tidak mau mengumbar janji pada Aleta dulu sebelum semuanya terbukti di pengadilan.
Rere sedang mengamuk saat ini. Ia bicara keras sehingga para pelayannya cukup panik dibuatnya.
"Maaf nyonya, kami tidak bisa melacak latar belakang nona Aleta karena semua akses ditutup oleh orang suruhannya tuan Revan."
"Dasar bodoh...! kalian hanya mengharapkan uangku tanpa mau berusaha sedikitpun," geram Rere lalu mematikan ponselnya. Namun ia tidak bisa diam begitu saja. Ia kemudian menghubungi seseorang untuk melakukan sesuatu untuknya.
Usai menikmati gado-gado kesukaannya, pasutri itu memutuskan pulang. Keduanya melihat langit yang cukup gelap namun belum ada tanda-tanda turun hujan. Keduanya buru-buru ke mobil. Revan memberikan selembar uang merah pada tukang parkir. Aleta tersenyum melihat kebaikan hati suaminya yang tidak pelit pada kelas bawah. Begitu mobil bergerak hujan mulai gerimis.
Aleta memperhatikan para pengendara motor yang mulai menepikan motor mereka ditempat teduh untuk mengenakan mantel. Ada juga beberapa pedagang yang mendorong gerobaknya untuk mencari para pembeli ditengah hujan gerimis. Saat melewati salah satu pedagang jagung bakar, Aleta pun ngiler.
"Mas, aku mau jagung bakar itu," tunjuk Aleta.
Revan reflek menepikan mobilnya dan langsung mengambil payung untuk turun dari mobil. Lagi-lagi Aleta sangat bersyukur atas kebaikan suaminya yang tidak pernah menolak keinginannya. Revan harus berjalan sedikit karena sudah melewati tempat jagung bakar itu berada.
Aleta mengelus perutnya dan mengajak calon buah hatinya ngobrol." sayang, jika suatu hari nanti kamu sudah besar, jangan menolak keinginan ayahmu karena dia selalu menuruti kemauan bunda. Walaupun bunda tidak bisa bersama denganmu," ucap Aleta.
Jalanan terlihat sepi. Revan sedang menunggu jagung bakar nya dibakar sama abang penjualnya." Apakah masih lama bang?" tanya Revan tidak sabaran.
"Tunggu sedikit lagi tuan..!" ucap pedagang itu.
Entah mengapa perasaan Revan tidak enak. Sesekali ia menengok ke arah mobil. Revan akhirnya memutuskan untuk menunggu di mobil. Namun saat ia melangkah ke arah mobil, tiba-tiba saja sebuah truk dari arah berlawanan melaju dengan kencang ke arah mobilnya. Mata Revan membulat penuh dengan pikiran seakan buntu. Suaranya seakan tidak bisa keluar saking gugupnya saat ini.
"Aleta, gumamnya perlahan. Namun sekejap kemudian mobil truk itu berhasil menabrak mobilnya Revan membuat Revan baru bisa berteriak sekencang mungkin memanggil istri mudanya itu.
"Aletaaaa......!" pekik Revan yang langsung berlari menuju mobil yang sudah terguling hingga mengeluarkan bensin. Hujan kemudian makin deras hingga jarak pandang manusia di sekitar itu agak sulit. Tapi mereka masih bisa mencegah Revan untuk tidak mendekati mobil mengingat ada sambungan kabel di mobil itu mengeluarkan bunga api.
"Tuan, jangan ke sana tuan, berbahaya...!" cegah salah satu warga yang ada di tempat kejadian.
"Tidak. Istri saya di dalam sana. Tolong selamatkan dia atau lepaskan aku...!" protes Revan yang ingin melepaskan diri dari rangkulan tangan kekar kedua warga yang mencegahnya untuk mendekati mobilnya.
Baru saja ia ingin melepaskan diri, tiba-tiba api itu menyambar bensin yang berceceran di di jalanan sehingga menimbulkan ledakan yang dahsyat. Revan makin histeris memanggil nama Aleta.
"Aleta, tidak, tidak sayang. Jangan pergi, jangan mati..! jangan tinggalkan aku...!" ucap Revan menyaksikan kobaran api di kedua mobil itu. Beberapa mobil polisi dan pemadam kebakaran tiba di lokasi. Revan segera beranjak menuju polisi patroli untuk meminta bantuan.
"Pak, saya pemilik mobil itu. Tolong selamatkan istri saya...! dia terjebak di dalam sana. saya mohon pak...!" pinta Revan yang tidak lagi memikirkan status sosialnya. Di pikirannya hanya ada Aleta. Bahkan tubuhnya sudah basah kuyup dan payungnya terbangun entah ke mana.
"Tenang dulu tuan...! biar tim kami yang akan mengeluarkan istri tuan dari mobil. Tapi jangan berharap banyak karena ....-" ucapan polisi itu berhenti kala ada mobil ambulans yang sudah datang ke lokasi. Derasnya hujan dapat melenyapkan api seketika. Revan mencoba mendekati mobil itu namun satu tangan memegang pundaknya.
"Mas...!" panggil Aleta dari balik punggungnya sambil memegang payung. Revan menoleh perlahan ke belakang. Memastikan sendiri bahwa dirinya tidak mimpi saat ini.
"Aleta." Mata tajam itu memperhatikan sosok wanita muda yang sedang hamil enam bulan berdiri di depannya.
"Aleta. Benarkah ini kamu sayang?" tanya Revan takut salah mengenal orang karena trauma yang baru saja ia alami.
"Iya mas. Ini aku," ucap Aleta sambil menangis melihat wajah suaminya yang terlihat tertekan. Revan langsung memeluk kuat tubuh istrinya. Ia menangis haru penuh rasa syukur.
"Mas," Aleta memukul punggung Revan karena kesulitan bernafas. Revan segera melepaskan pelukannya. Kini ia memegang kedua pundak istrinya.
"Bagaimana mungkin kamu bisa berada di luar, sayang?" tanya Revan hampir tidak percaya.
"Tadi alu melihat seorang nenek yang terlihat kedinginan sambil membawa dagangannya. Aku pun turun untuk memberinya payung. Jalannya begitu cepat sehingga aku harus mengejar langkahnya. Setelah bisa mencegahnya, aku memberikan payung padanya. Saat aku hendak kembali ke mobil, tiba-tiba mobil kita ditabrak oleh mobil truk. Aku langsung syok dan terduduk di jalanan trotoar. Beruntung lah ada yang mau membantuku untuk berdiri. Terus aku dengar ada yang menceritakan tentang mas yang sangat terpukul karena mengetahui aku ada di dalam mobil yang terbakar itu. Makanya aku cepat-cepat jalan ke sini agar mas tidak kuatir lagi keadaanku," tutur Aleta panjang lebar.
"Alhamdulillah ya Allah. Terimakasih sudah membuat istriku keluar dari mobil naas itu," ucap Revan lalu memeluk lagi istrinya penuh syukur.
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina