NovelToon NovelToon
DIAM DIAM SUAMIKU NIKAH SIRIH

DIAM DIAM SUAMIKU NIKAH SIRIH

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

"Loh, Mas, kok ada pemberitahuan dana keluar dari rekening aku tadi siang? Kamu ambil lagi, ya, Mas?!"

"Iya, Mai, tadi Panji WA, katanya butuh uang, ada keperluan mendadak. Bulan depan juga dikembalikan. Maaf, Mas belum sempat ngomong ke kamu. Tadi Mas sibuk banget di kantor."

"Tapi, Mas, bukannya yang dua juta belum dikembalikan?"

Raut wajah Pandu masih terlihat sama bahkan begitu tenang, meski sang istri, Maira, mulai meradang oleh sifatnya yang seolah selalu ada padahal masih membutuhkan sokongan dana darinya. Apa yang Pandu lakukan tentu bukan tanpa sebab. Ya, nyatanya memiliki istri selain Maira merupakan ujian berat bagi Pandu. Istri yang ia nikahi secara diam-diam tersebut mampu membuat Pandu kelimpungan terutama dalam segi finansial. Hal tersebut membuat Pandu terpaksa harus memutar otak, mencari cara agar semua tercukupi, bahkan ia terpaksa harus membohongi Maira agar pernikahan ke duanya tidak terendus oleh Maira dan membuat Maira, istri tercintanya sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEMUA DALAM KENDALI KU

"Mai, aku berangkat dulu. Kamu jaga baik-baik Namira, ya. Kalau ada apa-apa minta mereka menghubungiku atau Mbok Darsih," pamit Mas Pandu di depan pintu setelah mengecup pucuk kepala yang terbungkus oleh hijab ini. Lalu mengusapnya pelan.

Hari ini, Mas Pandu berangkat ke Singapura melaksanakan tugas. Ada masalah cukup besar di sana, sehingga dia tidak bisa menunda keberangkatannya.

"Namira, Papa berangkat dulu, ya. Do'ain cepet pulang dan cepet selesai, ya kerjaannya." Kini, Mas Pandu beralih pamit pada Namira yang ada di gendonganku.

Tak hanya aku dan Namira yang melepas kepergian Mas Pandu pagi ini. Ada juga Viona beserta kedua ibu tercinta mendampinginya, dan saat ini berdiri tak jauh dari kami. Namun, Mas Pandu seolah tak peduli.

Setelah pertengkarannya dengan Ibu kemarin, ia memilih tak banyak berinteraksi dengan ke tiga wanita yang sedang menyusun strategi dan rencana merebut Namira dari tanganku itu. Ya, aku tahu mereka tak akan tinggal diam. Terlebih melihat kemarahan ibu kemarin, sudah barang tentu mereka semakin semangat untuk merebut Namira dariku.

"Namira milik Viona dan Pandu. Jangan harap kamu akan memiliki Namira, Maira!" bisik Ibu padaku di akhir perdebatannya dengan Mas Pandu yang berakhir dengan kebisuan dari Mas Pandu. Mas Pandu terus bergeming hingga akhirnya Ibu memilih meninggalkan kamar kami.

Dari perkataan Ibu, aku yakin mereka sudah barang tentu menyusun rencana yang harus aku waspadai. Sejauh ini kemudi masih bisa aku kendalikan. Tapi, saat Mas Pandu harus meninggalkan rumah untuk beberapa waktu, kewaspadaan harus lebih aku tingkatkan lagi.

Aku tak mau gagal dalam mempertahankan Namira, anak yang membuat suasana hatiku berubah setiap harinya. Aku tak boleh merasa tersiksa. Di tempat ini aku harus bahagia untuk menjaga mental agar tetap waras. Dan Namira adalah satu-satunya yang mampu melakukan itu semua.

"Da, Namira." Mas Pandu melambaikan tangannya pada kami.

"Mas... kamu juga harus cium Viona, dong. Masak aku sama Namira aja yang dicium. Kan, Viona juga istri kamu," ujarku dengan nada manja seraya tersenyum samar lalu menoleh ke arah Viona yang kini menatap Mas Pandu dengan penuh kecewa sekaligus penuh harap. Bak kendaraan di pagi hari yang butuh dipanasi, mereka juga butuh dipanas-panasi di pagi yang dingin ini.

Kata-kataku membuat Mas Pandu tercekat. Ia terlihat gugup sekaligus enggan.

"Pandu." Ibu berseru, diikuti tatapan penuh intimidasi terhadap Mas Pandu. Mas Pandu mendengkus. Lalu bergegas melangkah ke arah Viona yang sudah terlihat rapi dengan dress berwarna ungu.

"Berangkat dulu. Jaga diri dan jangan buat masalah lagi," pesan Mas Pandu pada Viona dengan nada datar seraya mengulurkan tangan pada Viona.

Dengan binar, Viona meraih lalu mengecup punggungnya.

"Kasihan sekali." Dalam hati aku tersenyum prihatin sekaligus menghina.

"Cium, dong, Mas," kataku lagi, ketika Mas Pandu melangkah menjauh dari Viona tanpa menciumnya terlebih dahulu.

"Apa, sih, Mai," bisiknya padaku.

"Harus adil, dong," pintaku lalu terlihat Viona melirik kesal ke arahku. Semoga saja dengan seperti ini dia segera sadar posisi.

Dengan wajah terpaksa dan terlihat begitu tak ikhlas-nya Mas Pandu menuruti, mengecup pucuk kepala Viona singkat bahkan terlihat tak sepenuh hati. Sikapnya ini semakin membuat kecurigaanku terhadap hubungan mereka akhir-akhir ini terus menjadi. Terlebih, saat jawaban atas pertanyaan ibu yang masih mengganggu pikiranku hingga kini belum juga keluar dari mulut Mas Pandu, meskipun aku sudah memancing dengan berbagai cara, ia tetap diam seribu bahasa dan dengan cepat mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain setiap aku mengarah pada pertanyaan yang sama.

"Hati-hati, Mas," kata Viona tersenyum senang.

"Hem."

"Bu, Ma, Pandu berangkat. Titip Namira dan Maira. Jangan melakukan yang aku tidak suka. Paham?!" Mas Pandu berujar dengan nada pelan dan datar tapi jelas mengancam. Aku tersenyum dalam diam. Menertawakan wajah mereka yang semakin kesal, pucat, tanpa gairah atau semangat setelah mendengar perkataan Mas Pandu.

Mas Pandu memang selalu mengatakan bahwa bersama Viona hanya kekhilafan belaka. Namun, sayang aku sudah tak bisa menerima. Entah sulit atau memang belum bisa. Tapi, melihat sikap Mas Pandu yang terus memprioritaskan aku, membuatku sering terhanyut dan terharu. Mungkinkah hatiku sudah luluh oleh sikap itu, tapi tak mau mengakuinya? Entah, yang jelas kebahagiaan kami bertambah sejak kehadiran Namira di tengah-tengah kami. Kami tak lagi banyak berdebat membahas perpisahan. Hari-hari kami dipenuhi Namira, Namira, dan Namira. Tawanya, tangisnya, bahkan celotehnya terus memenuhi hariku dan Mas Pandu. Impian kami seolah terwujud. Memiliki keluarga utuh.

"Assalamu'alaikum," pamit Mas Pandu, lalu berjalan menuju mobil yang sudah siap di depan teras.

"Pak Totok, Pak Danu, kalau kerja yang bener. Kalau jaga Maira jangan deket-deket. Risih dia. Jaga pesawat telepon sama gerbang aja. Jangan Maira kemana-mana kamu kintilin terus. Paham?! Nanti ke kamar mandi kamu ikut juga?!" Mas Pandu terus mengoceh ketika Pak Totok membukakan pintu mobil untuknya. Mereka pun mengangguk.

"Ya mana mungkin lah, Pak. Mana berani," ujar Pak Totok.

"Ya udah. Jaga rumah baik-baik. Jangan kasih ijin masuk siapa saja sebelum tanya saya. Ngerti?!" jelas Mas Pandu panjang lebar. Tampaknya dia mulai sadar, kalau yang ia pekerjakan itu kurang begitu pintar. Sehingga penjelasan harus lebih detail.

"Siap, laksanakan," jawab Pak Totok bak pengawal siaga, aku mencebikkan bibir teringat kejadian di rumah sakit. Jelas-jelas masalah sedikit saja dia tak mampu dan aku yang harus turun tangan. Sekarang dengan percaya dirinya mengatakan siap.

"Mbok, titip Namira dan Maira. Bantu Maira. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya."

Sekarang, giliran Mbok Darsih yang ia beri pesan. Pesan yang selalu mengutamakan aku dan Namira. Aku mengulum senyum. Ini benar-benar membuatku seolah diratukan. Membuatku teringat kembali pada masa di mana dia mengejar cintaku mati-matian. Wanita mana yang tidak merasa gamang saat ia diprioritaskan. Apa aku mulai jatuh cinta kembali padanya?

Segera, aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat.

Menyadarkan diri sebelum hatiku luluh kembali oleh semua perlakuan Mas Pandu.

"Iya, Pak."

"Da, semua. Assalamu'alaikum," pamitnya. Mas Pandu masuk ke dalam mobil lalu membuka sedikit kaca mobilnya untuk sekedar melambaikan tangan pada kami.

"Wa'alaikumsalam," jawab kami bersamaan seraya membalas lambaian tangannya.

Mobil melaju pelan hingga keluar pintu gerbang dan tak lagi terlihat setelah gerbang kembali ditutup rapat.

Detik selanjutnya.

"Viona, ambil Namira!" Ibu berseru, menyuruh Viona untuk mengambil Namira dari tanganku.

Dengan cepat aku pun menghalau, aku langsung membalikkan badan memunggunginya untuk menjauhkan Namira dari tangan Viona yang sudah siap untuk merebut Namira dari tanganku.

"Pak Totok, Pak Danu, tadi apa pesen Bapak? Suruh jaga siapa?" teriakku pada kedua pengawal bagian dalam tersebut.

"Siap, Nya. Jaga Neng Mira sama Nyonya Maira."

Lantang, Pak Danu menjawab.

"Ada yang suruh jagain mereka nggak?" tanyaku lagi.

Pak Totok tampak berpikir. "Jawab!" desakku.

Pak Totok pun menggelengkan kepalanya lalu berkata. "Tidak, Nya."

"Terus, kok, diem aja? Urus, ni, mereka bisa melukai Namira."

"Siap, Nya."

"Jangan gitu, nanti bisa jadi masalah, Nya." Pak Totok menjelaskan pada sang majikan yang kini bahkan tidak ada wibawanya di depan mereka.

"Eh, Totok. Jangan kurang ajar sama saya, ya. Yang mempekerjakan kamu di sini pertama kali tuh saya!" kata Viona tak terima.

"Iya, Nya. Tapi saya sekarang ditugaskan sama Pak Pandu seperti itu, yang gaji saya kan Pak Pandu. Bukannya Nyonya sendiri juga harus ikut aturan Pak Pandu?!" Dengan polosnya Pak Danu menjelaskan pada Viona yang terlihat semakin kesal pada kedua pekerja yang seolah lupa siapa yang berdiri di hadapannya itu.

"Eh, Maira. Jangan mentang-mentang Pandu membelamu. Jadi kamu seenaknya. Kamu di sini cuma pendatang. Numpang!" Ibu menyela. Aku tertawa.

"Maira numpang? Nggak salah? Semua yang dimiliki Mas Pandu adalah milikku. Apa kalian tidak ingat, kalau surat nikah aja Viona nggak punya? Bisa-bisanya menguasai? Mau lebaran monyet juga Maira yang menang kalau kita ke ranah hukum! Kalian yang numpang!" ujarku tanpa ragu. Aku bukan tipe orang yang hanya bisa diam saat harga diri terus diinjak-injak. Meskipun lawanku ibu,aku tak akan membiarkan harga diri ini hancur.

"Maira!" pekik Ibu, mengangkat tangan mendekati pipiku. Dengan cepat aku mencekal. Lalu detik selanjutnya, suara tangis dari Namira yang ada dalam rengkuhanku mulai terdengar. Keras.

Segera, kuhempaskan tangan mertua yang kini berubah kejam setelah memiliki menantu ke dua.

"Pada nggak becus ngurus anak! Bisanya bikin nangis aja, ngeyel mau ngurus." geramku lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Emosiku akhirnya meluap, seiring tangis Namira yang tak kunjung mereda meski aku sudah menepuk punggungnya seperti biasa.

"Dan kamu Miranti, ikut saya, ambilin saya minum, saya belum sempat sarapan! Antar ke kamar saya," pesanku saat aku sampai di ambang pintu.

"Iya, Mai."

"Ma, Mama ngapain nurut, Ma?" Suara Viona terdengar bertanya pada Mama yang hendak mengikutiku masih bisa kudengar meski aku sudah melewati pintu. Karena sepertinya ia sengaja mengeraskan agar bisa terdengar olehku. Tampaknya ia terang-terangan menantangku.

"Sudah lah, Vio, kita nggak bisa ngapa-ngapain lagi," jawaban Miranti cukup mencengangkan.

Aku tersenyum, mendengar Miranti yang seolah sudah tidak berdaya lagi melawanku. Cukup menepati

Janji juga orang itu.

"Tapi, Ma ...."

Klaim

"Miranti!" Aku memanggil lagi dengan nada tinggi.

"Iya, Mai."

***

"Nih. Makan," perintahku pada Miranti yang saat ini masih berdiri di sebelahku setelah meletakkan satu mangkuk bubur ayam dan segelas jus di atas nakas. Sejak pagi, aku menyiapkan keperluan dan keberangkatan Mas Pandu, sehingga aku belum sempat sarapan.

Hal yang biasa aku lakukan adalah menyuruhnya untuk mencicipi makanan yang ia bawa untukku terlebih dahulu sebelum aku menikmatinya. Khawatir dia akan meracuniku.

Berada dalam satu atap dengan wanita-wanita itu tidak lah mudah. Kewaspadaan harus terus ditingkatkan agar semua tetap dalam kendaliku. Ya, meskipun Miranti terlihat sudah bertekuk lutut, tapi dia bisa saja terhasut oleh mereka yang masih membusungkan dada melawanku.

"Mai, Tante nggak akan sejahat itu. Membunuhmu sama juga bunuh diri, Mai," ujarnya setelah melakukan perintahku. Mencicipi bubur dan jus itu..

"Memangnya kalau kamu ngomong seperti itu. Saya percaya? Ya kalau kamu nggak sedang mencari kelengahan saya saja dengan menuruti semua mau saya. Kalau nggak kan saya sendiri yang repot," jawabku setelah meletakkan Namira ke dalam box.

Cukup lama dan lelah aku menenangkannya setelah suara Ibu yang mengagetkan itu membuatnya sampai terisak-isak. Bahkan dalam tidurnya pun ia masih terisak.

"Mai, Tante hanya menempati janji, bukan mencari celah."

"Ya, ya. Ya udah, keluar sana, saya mau makan," usirku. Ia menurut dan bergegas pergi. Melihatnya seperti ini, membuat lukaku sedikit terobati. Tapi belum sepenuhnya. Masih banyak luka yang mereka goreskan dan sulit untuk aku sembuhkan sendiri. Lihatlah, ini belum apa-apa di banding apa yang kalian lakukan.

Seharusnya seorang ibu mengingatkan kesalahan anaknya bukan malah mendukun dan seolah membalikkan fakta bahwa aku yang harus disalahkan.

1
Ma Em
Oh mungkin yg cari Sean itu suruhan istrinya Hartawan yg bos nya Pandu mantan suaminya Maira , wah seru nih nanti kalau Maira nikah dgn Sean Maira nanti akan jadi bos nya Pandu .
Ninik
berarti perusahaan yg dipegang pandu perusahaane bapak nya dokter Sean tp istri kedua nya serakah menguasai semuanya
Ninik
heh pandu beda istri beda rejeki mungkin dulu maira selalu mendoakanmu tp sekarang viona cuma butuh uangmu dasar jadi laki laki kok bego tapi bener jg yang kamu bilang kalau itu karma mu
Ma Em
Akhirnya Bu Azizah jadi salah paham dikiranya dr Sean menghamili Maira , Bu Azizah tdk tau bahwa Maira hamil anak dari mantan suaminya si Pandu bkn anak Sean 😄😄
Ninik
makasih Mak othor cantik untuk crazy up nya hari ini semoga hari2 selanjutnya terus seperti ini 💪💪💪💪 tenang aku dah subscribe juga
Hasri Ani: 😁😁mksi kembali say...
total 1 replies
Ninik
ternyata oh ternyata mas dokter anak Bu Azizah to dan apa td benihnya gak subur wah jgn2 dikawinin nih orang dua kan maira lagi hamil g ada laki pas kan jadinya Sean jadi ayah nya si baby
Ninik
pandu g melek apa ya Zahra bukan anaknya Zahra keluarga maira pasti pandu mau maksa maira rujuk menggunakan zahra karna tau sekarang maira hamil
Ninik
Rani pasti ngomong sama nanti dan pandu bakal tahu kalau maira hamil anaknya dihitung dr waktu perceraian,,,, Thor kenapa up nya dikurangi padahal di awal bab selalu crazy up nya
Hasri Ani: hehe tangan lagi kurang sehat say.. Sox UP BAB di cerita lainnya juga..
total 1 replies
Ninik
Thor kok cuma satu biasanya sekali up 3 ayo Thor semangat 💪💪💪
Hasri Ani: ditunggu ya say tangan ku kayak nya ada sedikit masalah Sox ngilu2 hehe mngkin efek ketikan Sox ada Bab dari cerita lainnya juga yang saya up hehehe
total 1 replies
Ma Em
Maira kalau pandu ngajak rujuk jgn mau lbh baik maira dgn dokter Sean saja , biarkan si pandu menyesal seumur hidupnya .
Ninik
rasanya g sabar nunggu lanjutan esok hari 💪💪💪
Ma Em
Maira mau saja nurut sama Pandu akhirnya kamu sendiri yg menyesal juga tersingkir karena maira terlalu cinta sama pandu sehingga apa yg dikatakan pandu dituruti saja tanpa melawan emang maira yg bodoh , sekarang baru menyesal setelah dibuang pandu mungkin baru terbuka matanya .setelah tau semua kebenaran nya .
Ninik
lanjut Thor 3 bab lagi bolehkah mumpung masih emosi nih mau ikut Jambak si pelakor aku rasanya
Hasri Ani: 🤣🤣🤣sabar saaay...
total 1 replies
Ninik
Thor saat maira nangis marah2 sama Alloh sebetulnya salah ya mestinya marahnya sama Mak othornya karna yg bikin sengsara kan Mak othor jgn kelamaan nyakitin maira ayo mulai kehancuran pandu dan viona aku aja yg baca nyesek rasanya
Hasri Ani: waduhhh.. 🤭🤭🤭
total 1 replies
Ninik
kpn penderitaan maira berakhir lantas kpn balas dendamnya
Ninik: jujur ini novel hampir ku hapus karna g kuat bacanya liat penderitaan maira jantung rasanya kaya mau meledak
total 2 replies
Ninik
Mai jgn lupa kamu minta bayaran untuk kamu menyumbangkan darah mu waktu itu jgn tangung2 bayarannya adalah nyawa viona karna dulu kamu kasih darah untuk viona hidup
Ma Em
Maira masa kamu ga bisa kabur dari Pandu seberapa pinter sih si Pandu sampai kamu tdk bisa berkutik , cari akal dong jgn cuma pinter ngomong doang tapi otak ga dipake .
Ninik
Thor kenapa pandu kejam sekali katanya dia taat ibadah tp kok zinah katanya adil tp kok hanya istri ke w yg dibelikan rumah dan ditransfer nafkah sedang maira malah diporotinbahka uang warisan dr keluarga nya maira taat agama dr mana DLAM Islam penghasilan istri suami g berhak lho bahkan uang mahar pernikahan jg suami g berhak sama sekali lha ini pandu apa
Makhfuz Zaelanì
maira nya terlalu lamban
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!