NovelToon NovelToon
Black Division

Black Division

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Action / Sistem / Mafia
Popularitas:254
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Di tengah kekacauan ini, muncullah Black Division—bukan pahlawan, melainkan badai yang harus disaksikan dunia. Dipimpin oleh Adharma, si Hantu Tengkorak yang memegang prinsip 'hukum mati', tim ini adalah kumpulan anti-hero, anti-villain, dan mutan terbuang yang menolak dogma moral.
​Ada Harlottica, si Dewi Pelacur berkulit kristal yang menggunakan traumanya dan daya tarik mematikan untuk menjerat pemangsa; Gunslingers, cyborg dengan senjata hidup yang menjalankan penebusan dosa berdarah; The Chemist, yang mengubah dendam menjadi racun mematikan; Symphony Reaper, konduktor yang meracik keadilan dari dentuman sonik yang menghancurkan jiwa; dan Torque Queen, ratu montir yang mengubah rongsokan menjadi mesin kematian massal.
​Misi mereka sederhana: menghancurkan sistem.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Idealisme Dan Kegelapan

"Buronan Internasional, Bu Menteri," Aditya berbisik, suaranya dipenuhi ketidakpercayaan. "Adharma, The Chemist, Harlottica, Gunslingers. Status mereka kini sama dengan teroris global. Bagaimana kita akan menjelaskannya kepada Presiden?"

Puja Fernando, yang sejak pertemuan rahasia di Sentral Raya belum banyak bicara, kini menatap lurus ke depan. "Kita akan bicara jujur, Aditya. Kita akan bilang bahwa dunia menuntut pertanggungjawaban atas kekacauan yang kita izinkan terjadi. Kita akan bilang bahwa mereka terancam intervensi PBB karena Werewolf Kimia di Singapura dan Cyborg pencuri kargo di Manila."

"Tapi... apakah ini benar-benar yang Presiden mau? Beliau selalu menekankan reformasi hukum, bukan pembersihan dengan kekerasan. Black Division adalah antitesis dari idealisme Bagaskara."

Puja Fernando menutup dossier hitamnya, suaranya kini melunak, lebih pribadi. "Idealismu adalah kemewahan, Aditya. Presiden Bagaskara adalah idealis, benar. Dia percaya bahwa hukum bisa membersihkan korupsi. Tapi ia juga seorang strategis. Ia tahu, untuk merobohkan benteng seperti Keluarga Rhausfeld—yang berhasil menenggelamkan ekonomi seluruh kawasan—kau tidak bisa hanya menggunakan pena dan palu kehakiman. Kau butuh palu godam."

"Tapi Adharma dan yang lain... mereka membunuh. Mereka brutal. Itu bukan hukum, itu pembalasan."

"Pembalasan yang efektif," sela Puja, dingin. "Mereka membunuh yang layak mati. Mereka menunjukkan kepada dunia betapa busuknya sistem kita. Dan dalam politik, simbol yang tepat jauh lebih berharga daripada moral yang benar."

Mobil berhenti di gerbang Istana. Aditya merasakan tekanan udara yang berbeda.

Di dalam Istana Negara, di ruang kerja yang luas namun sederhana, Presiden Bagaskara berdiri menghadap jendela. Ia adalah pria yang memancarkan aura ketenangan dan kecerdasan, ciri khas yang sama dengan Wali Kota Sentral Raya, Rendra Bagaskara.

"Selamat datang kembali, Puja," sapa Presiden Bagaskara tanpa berbalik, suaranya dalam dan tenang. "Pertemuan rahasia itu pasti berjalan sesuai prediksi, bukan? Mereka menuntut darah."

Puja Fernando maju, meletakkan dossier itu di atas meja. "Lebih dari darah, Pak Presiden. Mereka menuntut kepala. PBB sudah mengeluarkan resolusi: Black Division adalah Buronan Internasional. Mereka meminta kita untuk segera melakukan penangkapan, atau mereka akan mengirim tim netralisasi sendiri."

Presiden Bagaskara akhirnya berbalik. Ekspresinya tidak menunjukkan kemarahan, hanya kekecewaan yang mendalam.

"Itu adalah konsekuensi yang sudah kita prediksi saat kelompok ini mulai beraksi di Sentral Raya. Saya sudah bilang pada Rendra: kekerasan hanya akan memanggil kekerasan yang lebih besar. Saya mengagumi motivasi Adharma untuk melawan korupsi, tetapi metodenya merusak sistem yang sedang kita bangun."

"Dengan segala hormat, Pak Presiden," balas Puja, berdiri tegak. "Sistem yang Bapak bangun di Indonesia hanya bisa bekerja di dalam negeri. Keluarga Rhausfeld, yang kini jelas merupakan target utama Adharma, adalah entitas global. Mereka merusak rantai pasok pangan, merekayasa penyakit untuk keuntungan farmasi, dan mencuri aset militer. Hukum kita terlalu lambat. Aparat kita terlalu mudah dibeli."

"Dan Anda menyarankan kita membiarkan empat monster yang tidak stabil secara mental berkeliaran, melayani keadilan jalanan?" tanya Presiden, nada suaranya mengeras. "The Chemist melelehkan petugas keamanan di Singapura. Harlottica membunuh di mana-mana. Gunslingers mencuri senjata militer. Itu bukan pahlawan, Puja. Itu adalah anarki yang terorganisir."

Puja Fernando mengambil langkah mendekat, berbicara dengan gairah yang tersembunyi. "Mereka adalah monster yang menyerang iblis, Pak Presiden. Jika Black Division berhasil menjatuhkan Rhausfeld—jika mereka menyerahkan bukti Vial 17-C dan data perdagangan manusia—kita bisa menggunakan kekacauan itu untuk membersihkan politik dan ekonomi kita tanpa harus mengorbankan integritas hukum formal."

Presiden Bagaskara menggelengkan kepala. "Jangka pendek, ya. Jangka panjang, jika rakyat melihat bahwa pemerintah hanya bisa berhasil dengan bantuan vigilante brutal, maka kepercayaan mereka pada hukum akan hancur selamanya. Reformasi bukan berarti mengganti penindas dengan penindas baru—itu kata Rendra. Saya memegang teguh filosofi itu. Adharma dan kelompoknya harus dihentikan. Mereka berbahaya. Mereka harus ditangkap, disidang, dan kejahatan Rhausfeld harus dibuktikan melalui jalur hukum yang benar."

"Tapi Pak Presiden, jika kita menangkap mereka sekarang, kita kehilangan Vial 17-C, kita kehilangan bukti Master Plan Rhausfeld, dan kita memberi waktu pada Rhausfeld untuk menghapus jejak!"

"Itu adalah risiko yang harus kita ambil, Puja," tegas Presiden. "Pemerintah harus berdiri di atas moralitas. Tangkap Black Division. Sita aset dan bukti mereka, lalu kita gunakan bukti itu di pengadilan internasional. Tapi tidak ada lagi pembunuhan. Tidak ada lagi kekerasan. Tidak ada lagi vigilantism."

Debat itu berakhir. Meskipun Presiden Bagaskara menunjukkan pemahaman penuh terhadap situasi geopolitik, idealismenya yang kuat menolak kekerasan sebagai alat negara.

Puja Fernando meninggalkan Istana dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia menghormati idealisme Presiden. Di sisi lain, ia melihat realitas yang lebih brutal: Keluarga Rhausfeld terlalu kuat untuk dibongkar oleh proses hukum biasa.

Malam itu, di kediaman resminya, Menteri Puja Fernando duduk sendirian di depan layar komputernya. Aditya Rahmansyah sudah pergi, ditugaskan untuk menyusun strategi penangkapan Black Division di Sentral Raya.

Puja memutar ulang rekaman konferensi rahasia di mana dia menantang PBB dan para menteri. Dia melihat kembali pada dossier yang berisi laporan intelijen Black Division: Adharma yang kehilangan keluarga, Harlottica yang trauma eksploitasi, The Chemist yang istrinya tewas karena konspirasi farmasi.

"Monster yang diciptakan oleh iblis," bisik Puja.

Dia tahu Presiden Bagaskara adalah orang baik. Tapi orang baik seringkali kalah dalam permainan yang dimainkan iblis. Keluarga Rhausfeld adalah iblis—mereka membunuh jutaan orang secara perlahan melalui kebijakan dan penyakit, sementara Black Division adalah monster—mereka membunuh secara cepat dan berdarah, tetapi demi tujuan yang lebih suci.

Puja mengambil keputusan.

Dia membuka saluran komunikasi yang sangat terenkripsi, saluran yang hanya digunakan oleh intelijen militer tingkat S-Class. Ini adalah kanal ilegal, melanggar perintah langsung Presiden.

Dia mengetikkan pesan singkat: Koordinat Sentral Raya: Sektor E-12. Segera kirim sinyal pertemuan ke frekuensi Black. Kode otorisasi: DARMASAKTI.

Sektor E-12 adalah salah satu lokasi paling kumuh di Sentral Raya, tempat yang sempurna untuk bersembunyi.

Dia tahu apa yang dia lakukan adalah pengkhianatan terhadap idealisme Presiden Bagaskara, tetapi demi keselamatan negara dan pembersihan sistem yang rusak, dia harus mengambil risiko.

"Presidenku, Anda ingin mereka ditangkap," gumam Puja Fernando, mematikan komputernya. "Tapi sebelum itu, saya akan menggunakan mereka. Biarlah monster yang menghancurkan iblis, sebelum hukum membersihkan monster itu sendiri."

Puja Fernando, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, telah memutuskan: Dia akan menemui Black Division.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!