NovelToon NovelToon
JAGAT ROBOHERO INDONESIA

JAGAT ROBOHERO INDONESIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Balas Dendam
Popularitas:426
Nilai: 5
Nama Author: morro games

Di tengah reruntuhan kota Jakarta yang hancur, seorang pria tua berlari terengah. Rambutnya memutih, janggut tak terurus, tapi wajahnya jelas—masih menyisakan garis masa muda yang tegas. Dia adalah Jagat. Bukan Jagat yang berusia 17 tahun, melainkan dirinya di masa depan.

Ledakan menggelegar di belakangnya, api menjilat langit malam. Suara teriakan manusia bercampur dengan derap mesin raksasa milik bangsa alien. Mereka, penguasa dari bintang jauh, telah menguasai bumi dua puluh tahun terakhir. Jagat tua bukan lagi pahlawan, melainkan budak. Dipaksa jadi otak di balik mesin perang alien, dipaksa menyerahkan kejeniusannya.

Tapi malam itu, dia melawan.

Di tangannya, sebuah flashdisk kristal berpendar. Tidak terlihat istimewa, tapi di dalamnya terkandung segalanya—pengetahuan, teknologi, dan sebuah AI bernama Nova.

Jagat tua menatap kamera hologram di depannya. Wajahnya penuh debu dan darah, tapi matanya berkilat. “Jagat… kalau kau mendengar ini, berarti aku berhasil. Aku adalah dirimu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon morro games, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3 cewe penggoda mendekat dan bayangan mengancam

Bel tanda masuk kuliah berdentang nyaring di seluruh gedung kampus. Riuh kantin mendadak terhenti, para mahasiswa buru-buru beranjak. Jagat ikut berdiri, sedikit kikuk karena di kanan-kirinya masih menempel dua gadis berbeda aura: Li Meiyun dengan senyum manis penuh misteri, dan Ayunda, mahasiswi cantik berwibawa yang diam-diam merupakan agen pemerintah.

Bimo menepuk bahu Jagat sambil ngakak. “Gat, sumpah ya… kamu kayak magnet cewek. Nempel kiri-kanan. Ini yang cowok-cowok lain pasti sakit hati.”

Ardi ikut nimbrung, wajahnya sengaja dibuat dramatis. “Bro, kalo ada gosip Jagat playboy internasional besok nongol di mading, jangan kaget.”

Satria malah geleng-geleng kepala. “Asu, dulu kita barengan makan gorengan, sekarang dia diapit dua model. Dunia emang ga adil.”

Jagat hanya tersenyum tipis, berusaha menjaga ekspresi. Dalam hati ia bisa merasakan tatapan menusuk dari arah lain. Rani. Gadis itu duduk agak jauh di belakang, wajahnya jelas-jelas kaku, seolah sedang menahan rasa tidak suka. Sesekali ia pura-pura menatap layar ponsel, tapi jelas sekali ia melirik ke arah Jagat.

Meiyun, sadar ada yang memperhatikannya, sengaja merapatkan kursinya ke Jagat. “Jagat, bisa tunjukkan jalan ke ruang kelas teknik?” suaranya lembut, tapi tatapan matanya menusuk, penuh perhitungan.

Ayunda cepat menimpali, “Kebetulan aku juga satu jurusan sama dia. Aku bisa antar.”

Jagat jadi bahan rebutan terbuka. Bimo langsung nyeletuk dengan nada sinis: “Woy, ini kelas apa audisi rebutan kursi? Kalau gini terus, bisa-bisa Gat nggak sempet belajar.”

Semua tertawa. Hanya Rani yang diam, menggigit bibir.

---

Di Dalam Kelas

Ruang kuliah besar penuh mahasiswa. Dosen sudah menyiapkan presentasi. Jagat baru saja duduk, tapi Meiyun langsung menempatkan diri di kursi sebelah kanan, sementara Ayunda mengambil kursi kiri. Jagat jadi sandwich manusia.

Bimo dan Ardi yang melihat dari belakang langsung ngakak. “Gat, kalo sampe nilaimu anjlok gara-gara salah fokus, jangan salahin kami. Kami udah kasih warning.”

Dosen masuk—dan semua mahasiswa terdiam. Bukan sembarang dosen. Seorang wanita muda, rambut cokelat terang, wajah campuran Indo-Amerika yang cantik sekaligus tegas. Namanya: Melissa Carter. Mata birunya menatap ke seluruh ruangan, lalu berhenti sepersekian detik di wajah Jagat.

Jagat merasakan sesuatu yang dingin di tengkuknya. Nova berbisik di dalam benaknya:

"Peringatan. Energi elektromagnetik terdeteksi dari jam tangan dosen itu. Perangkat komunikasi berstandar militer."

Jagat meneguk ludah. Dalam satu ruangan, ia kini terjebak di antara tiga wanita berbahaya: Meiyun (MSS), Ayunda (agen pemerintah), dan Melissa (CIA).

Sementara Rani, dari sudut ruangan, makin muram wajahnya.

---

Cut Scene → Markas BIN

Di sebuah ruangan bawah tanah yang dijaga ketat, layar besar menampilkan rekaman CCTV kampus.

Kapten Angsa Emas berdiri tegak memberi laporan.

“Target saat ini berada di ruang kuliah. Kondisi aman. Namun ada indikasi kedekatan dengan agen MSS dan CIA.”

Kepala BIN, Letjen Sutrisno Adiwibowo, mengetuk meja pelan. Wajahnya serius. “Amerika dan Cina mulai main terbuka. Kalau kita lengah, anak itu bisa jadi rebutan. Bagaimana dengan perimeter pengamanan?”

Kapten menjawab mantap. “Tim Angsa sudah siaga. Namun… bila mereka masuk terlalu dalam, kami butuh mandat penuh untuk bertindak.”

Sutrisno menatap tajam. “Mandat penuh saya berikan. Ingat, Jagat bukan sekadar aset. Dia putra Baskara. Kalau sampai jatuh ke tangan asing, itu sama saja kita menyerahkan masa depan negeri ini.”

Salah satu perwira muda angkat bicara, ragu-ragu. “Tapi, Pak… bagaimana kalau Jagat sendiri menolak bekerja sama dengan negara?”

Hening sejenak. Sutrisno menghela napas, lalu menjawab: “Kalau begitu, kita lindungi dia apa pun pilihannya. Jangan paksa. Tapi pastikan dia tidak jatuh ke tangan lain.”

Rapat Internal MSS – Beijing

Di sebuah ruang bawah tanah gedung keamanan nasional di Beijing, lampu neon putih memantul dingin. Layar besar menampilkan rekaman kabur dari kamera satelit: sosok Iron Suit 1.1 yang digunakan Jagat di pelabuhan beberapa hari lalu.

Beberapa petinggi MSS duduk melingkar. Di ujung meja, Direktur Jenderal Liang Wei, pria paruh baya dengan wajah keras, mengetuk meja.

“Profesor Baskara,” katanya dengan nada berat. “Nama itu kembali muncul. Dan sekarang, putranya.”

Seorang analis muda menggeser layar, menampilkan profil Jagat. “Jagat Baskara. Usia 20. Mahasiswa. Putra satu-satunya Baskara. Diduga menguasai atau setidaknya memiliki akses ke teknologi armor eksperimental.”

Beberapa pejabat berbisik. Salah satu kepala departemen, Zhang Ming, mendesah. “Saya sarankan kita segera kirim tim ekstraksi. Ambil pemuda itu diam-diam, sebelum Amerika atau pihak lain lebih dulu.”

Tapi seorang wanita elegan dengan setelan abu-abu, Madam Xu, angkat bicara. “Itu tindakan gegabah. Jangan lupakan sejarah. Profesor Baskara dulu menerima dana riset dari kita. Banyak prototipe awal Robo Frame yang lahir dari fasilitas kita. Dalam arti tertentu, anak itu—Jagat—sudah bagian dari kita. Kita tidak perlu menculik. Kita cukup mengingatkan… bahwa dia punya keluarga besar di sini.”

Ruangan jadi hening. Semua menoleh pada Direktur Liang. Lelaki itu mengangguk pelan. “Xu benar. Jagat harus didekati, bukan dijadikan musuh. Kalau perlu, lindungi dia dari bayang-bayang CIA. Saya tunjuk agen lapangan kita, Li Meiyun, untuk tugas ini.”

Layar menampilkan foto Meiyun di kampus Indonesia. Direktur Liang melanjutkan:

“Tugasnya bukan sekadar memantau. Meiyun harus memastikan Jagat merasa aman. Kalau dia jatuh hati, biarkan. Kalau dia percaya, lebih baik. Intinya: Jagat harus melihat kita sebagai pelindung, bukan ancaman.”

Semua mengangguk. Laporan ditutup dengan kalimat dingin:

“Jagat Baskara bukan target. Dia aset.”

---

Rapat Internal CIA – Washington DC

Di sisi lain dunia, di sebuah ruang gelap Langley, Deputi Direktur Thomas Reed berdiri di depan layar. Foto yang sama—Jagat dengan Iron Suit—ditampilkan, hanya saja diberi tanda merah besar: PRIORITY TARGET.

“Listen up,” Reed membuka dengan nada keras. “Anak ini kunci. Teknologi ayahnya bisa mengubah keseimbangan militer dunia. Dan kalau jatuh ke tangan Cina, kita semua selesai.”

Seorang analis senior angkat bicara, “Lalu bagaimana dengan pemerintah Indonesia? Mereka sudah meningkatkan pengawalan. Presiden mereka tampaknya condong melindungi bocah itu.”

Reed menghentakkan telapak ke meja. “Indonesia kecil. Kalau perlu, kita tekan lewat diplomasi. Kita punya jalur di Menlu mereka. Kalau gagal, gunakan opsi B: covert extraction. Saya sudah siapkan tim, termasuk agen lapangan kita di sana, Melissa Carter.”

Foto Melissa—blasteran Indo-Amerika, wajah cantik dan tegas—muncul di layar. Reed menatap semua orang tajam.

“Mission simple. Bring the boy in. Alive. Whatever it takes.”

---

Kembali ke Kelas

Dosen Melissa mulai menjelaskan materi dengan suara jernih. Namun sesekali, tatapannya kembali ke Jagat.

bel kuliah baru saja usai. Jagat berjalan keluar kelas bersama Bimo dan Ardi. Bimo masih nyengir-nyengir karena tadi dosen menyinggung soal “proyek riset rahasia” di kampus.

“Eh, Gat,” Bimo bercanda, “jangan-jangan kamu diam-diam magang di NASA atau apa? Kok dosen keliatan ngerespon aneh waktu liat kamu tadi.”

Jagat hanya geleng kepala sambil senyum hambar. “Ngawur, aku sama kayak kalian. Mahasiswa kere, tugas numpuk.”

Di koridor, mereka disusul oleh dua sosok: Li Meiyun dengan langkah anggun, dan Ayunda, mahasiswi manis yang belakangan sering dekat dengan Jagat.

“Jagat,” sapa Meiyun dengan suara lembut. “Nanti kamu ada waktu luang? Aku ingin jalan-jalan di kota. Aku masih baru di sini, ingin lihat suasana lebih dekat. Bisa temani aku?”

Bimo langsung melotot, menepuk bahu Ardi. “Bro, jackpot lagi. Cewek cantik ngajak jalan.”

Jagat sempat terdiam, tapi sebelum ia menjawab, Ayunda menyelutuk sambil tersenyum lebar.

“Eh, kebetulan banget. Gat, aku pulang bareng kamu ya? Rumahku dekat rumahmu, Lagian aku nggak punya kendaraan. Nebeng aja. Maklum, mahasiswa dompet tipis.”

Satria dan Yudha yang kebetulan lewat langsung berhenti, bengong melihat dua cewek cantik itu sama-sama menatap Jagat.

“Ini… apa yang kita lihat sekarang?” bisik Yudha.

Satria mengangkat alis. “Kayak drama rebutan jodoh.”

Rani yang keluar belakangan dari kelas, melihat adegan itu. Wajahnya langsung masam, bola matanya berkilat marah. Tanpa sepatah kata, ia berbalik, berjalan cepat meninggalkan mereka.

Bimo mengangkat tangan, “Waduh, ada korban hati tuh. Gat, gimana nih? Cewek rebutan kamu, satu kabur marah.”

Jagat hanya menghela napas. “Sudahlah, jangan bikin ribut.” Tapi wajahnya merah padam.

Di dalam kepalanya, suara Nova terdengar datar:

“Jagat, fokus. Ingat, Meiyun bukan sembarangan. Ayunda juga bukan sekadar mahasiswi. Mainkan peranmu dengan hati-hati.”

Jagat menggertakkan gigi, mencoba tersenyum di luar. “Baiklah… mari kita lihat bagaimana badai ini bergulir.”

Mencari kos

Mereka berhenti sejenak di depan gerbang kampus. Meiyun menunjuk sebuah papan kecil bertuliskan “KOS-KOSAN DISEWAKAN” di seberang jalan.

“Eh, Jagat, aku kebetulan lagi cari tempat kos, ga enak di homestay. Kalau boleh tahu…dekat rumahmu apa ada kos kosan?” tanyanya polos, tapi tatapan matanya menusuk penuh maksud.

Ayunda langsung menyela, suaranya terdengar terlalu cepat. “Kos di dekat rumah ga ada, Yun. Adanya kontrakan. Kalo cari kos mending agak ke barat, banyak disana dan rata2 mahasiswa luar kota pada ngekos di sana.”

Meiyun tersenyum tipis, tak menyerah. “Ya nanti cari kontrakan gapapa, aku ga punya teman, mungkin dekat Jagat kan lebih aman. Ada teman kalau butuh bantuan. Aku masih baru di kota ini.”

Bimo nyaris meledak tertawa. “Waduh, ini sih terang-terangan. Gat, kamar di kobtrakan dikosin aja buat meiyun, dari pada kosong, biar di rumahmu lebih berwarna, dan aku akan sering kerumah nanti, hehehe” sambil nyengir kuda.

Ayunda melirik tajam, jelas tak rela Meiyun terlalu dekat. “Kalau butuh bantuan cari kos, aku bisa bantu. Tapi jangan repot-repot di rumah Jagat, rumahnya sempit.”

Suasana mendadak tegang, tapi Jagat buru-buru menengahi. “Eh… santai aja, nanti bisa dibicarakan lagi. Aku pulang duluan, ya.”

Ayunda "ayo gat, bareng".

Meiyun "Eh jagat boleh ikut ya aku mau caro rumah di swkitaran kampungmu, sekalian penhenalan jalan".

Jagat kebingungan "aku naik motor gimana barengnya sama kalian". Sambil garuk kepala yang ga gatal.

Ayunda langsung nyosor" aku bonceng gat, pokoknya harus" dengan gaya mimik memerintah.

Meiyun menjawab dengan wajah berat " ya udah aku naik taksi"

Jagat dengan wajah terpaksa" oke kalo begitu"

Di lokasi pertemuan cia dan bara hitam

Sementara itu, di sebuah gedung perkantoran yang tampak biasa saja di pusat Jakarta, ruang rapat bawah tanah sudah penuh. Layar besar menampilkan skema kota, titik merah menandai rumah Jagat, kampus, dan rute pulangnya.

Seorang pria berambut pirang rapi, Agent Daniel, menunjuk layar dengan laser pointer. “Besok pagi operasi dimulai. Tiga tim, semua harus bergerak serentak. Kegagalan bukan pilihan.”

Ia menoleh ke pasukan kontraktor bersenjata yang sudah siap dengan setelan hitam.

“Tim Alpha: target Jagat langsung. Tangkap hidup-hidup, gunakan armoured unit. Tim Bravo: culik ibunya, Ratna. Tim Charlie: adiknya, Nadia. Semua dilakukan bersamaan. Tim Delta akan mengganggu aparat Indonesia, menciptakan kebingungan. Bara Hitam sudah siapkan jalur mundur. Kita hanya punya waktu sepuluh menit sebelum pasukan reguler merapat.”

Salah satu anggota Bara Hitam, pria bertato di leher, menyeringai. “Santai, kami sudah atur logistik. Kalau ada yang berani mendekat, mereka bakal makan timah duluan.”

Daniel mengangguk puas. “Bagus. Amerika tidak bisa menunggu lebih lama. Teknologi Baskara harus jatuh ke tangan kita sebelum Cina mendekat lebih jauh.”

---

Markas MSS – Beijing

Di sisi lain benua, di Beijing, rapat berjalan lebih tenang. Layar menampilkan laporan lapangan dari Li Meiyun.

Seorang pejabat tua MSS, bermata sipit tajam, berbicara pelan. “Kami mendapat informasi CIA dan Bara Hitam akan bergerak besok. Tugas kita jelas: pastikan Jagat tidak jatuh ke tangan Amerika. Jangan bentrok frontal. Lindungi dari bayangan.”

Seorang agen muda bertanya, “Tapi kenapa? Bukankah lebih mudah kalau kita sendiri yang menculik?”

Pejabat tua itu mengetuk meja dengan kipas lipat yang dibawanya. “Ayahnya, Profesor Baskara, punya sejarah panjang dengan kita. Tanpa suplai teknologi dari Beijing dulu, proyek awalnya takkan pernah hidup. Jagat adalah warisan itu. Kita tidak boleh jadi pemangsa. Kita harus jadi perisai.”

Semua agen mengangguk. Nama Li Meiyun kembali muncul di layar. “Dia akan tetap berbaur di kampus, jaga kedekatan. Jangan ada yang tahu identitasnya. Biarkan CIA membuat kesalahan. Kita yang akan menuai hasilnya.”

---

Malam Hari – Rumah Jagat

Jagat tiba di rumahnya dengan Ayunda dan Meiyun masih ikut. Ratna menyambut dengan heran. “Lho, kok ramai sekali pulangnya?”

Jagat buru-buru nyengir. “Ini… temen kampus, Bu. Ayunda, tetangga juga. Kalau ini Meiyun, mahasiswa pertukaran dari Cina.”

Ratna tersenyum hangat. “Oh, senang sekali. Ayo masuk, jangan sungkan.”

Nadia muncul dari dalam sambil membawa buku. Matanya langsung melebar melihat dua gadis cantik berdiri di samping kakaknya. “Waduh, Kak Jagat… Tumben bawa temen cantik cantik, jadi seleb kampus, ya, biasanya cuma kak bimo dsn kak ardi, kak rani mana?”

Jagat menghela napas, wajahnya makin merah. “Bukan gitu, Ndik. Mereka cuma… kebetulan.”

Nova berbisik di kepala Jagat: Dua subjek wanita menempel terlalu dekat. Risiko infiltrasi meningkat 75%. Rekomendasi: batasi interaksi pribadi.

Jagat hanya menjawab dalam hati, Gampang lo ngomong, Nova. Aku yang pusing di sini.

---

Markas BIN – Jakarta

Di markas BIN, Tim Angsa Emas melapor. Komandan mereka, Kolonel Wisnu, berdiri di depan layar menampilkan satelit pengintai.

“Laporan: ada pergerakan aneh. CIA berkoordinasi dengan kelompok Bara Hitam. Kecurigaan rencana menculik: Jagat dan keluarganya.”

Kepala BIN, Rendra, mengangguk. “Kita tidak bisa biarkan ini berjalan. Siapkan pengamanan ekstra. Angsa Emas fokus ke Jagat. Induk Angsa jaga Ratna. Bayi Angsa lindungi Nadia. Kalau perlu, koordinasi dengan TNI dan Polri untuk pasukan cadangan.”

Kolonel Wisnu menambahkan, “Ada satu lagi, Pak. Elang — codename untuk agen dekat yang disusupkan ke kampus — sudah mulai membaur. Dia berhasil menempel di Jagat.”

Rendra tersenyum tipis. “Bagus. Kalau begitu, Jagat tak perlu tahu semua detail. Biarkan dia merasa hidup normal. Kita yang bekerja di balik layar.”

Malam semakin larut. Di balik jendela kamarnya, Jagat termenung. Dari luar, suara Ayunda dan Meiyun terdengar samar-samar masih bercanda dengan Nadia.

Jagat memejamkan mata sebentar.

"Perasaanku kok ga enak ya … Apa ada yang besar akan terjadi. Aku bisa merasakannya".

Di layar hologram kecil milik Nova, notifikasi merah muncul: “Deteksi: operasi berskala besar direncanakan. Probabilitas serangan dalam waktu dekat: 89%.”

Jagat menarik napas panjang. Ia belum tahu kalau tiga kekuatan — CIA, Bara Hitam, dan MSS — sudah menyiapkan panggung besar. Dan ia adalah pusat dari semuanya.

📊 Status Jagat – Akhir Bab 19

Nama: Jagat Baskara

Level: 12 → 13 (naik setelah intens interaksi & tekanan mental)

Class: Civilian Awakening → Hidden Tech Heir

HP: 100% (tidak ada luka fisik)

Stamina: 85% (capek mental karena tekanan agen & drama kampus)

Mental Focus: 70% (terpengaruh romansa + intrik agen)

Skill Aktif

Analisa Nova (Lv.2) – Memungkinkan Jagat membaca situasi & ancaman melalui AI.

Refleks Instingtif (Lv.1) – Insting bertahan meningkat saat ada bahaya.

Basic Combat Maneuver (Lv.1) – Hasil latihan bersama Tim Angsa.

Skill Pasif

Karismatik Tersembunyi (Lv.1) – Mulai menarik perhatian lawan jenis & orang berpengaruh tanpa disadari.

Teknologi Warisan (Lv.1) – Potensi terhubung dengan sistem Baskara dan modul armor.

---

🛰️ Nova Log – Evaluasi Situasi

Laporan Nova 19.3

> Analisa Sosial:

– Tiga elemen wanita dekat Jagat (Li Meiyun – MSS, Melissa – CIA, Ayunda – Agen Lokal/Elang).

– Risiko intervensi interpersonal sangat tinggi.

– Sahabat Rani menunjukkan tanda emosional cemburu → potensi konflik personal yang memengaruhi stabilitas mental host.

> Analisa Ancaman:

– CIA & Bara Hitam: 89% memulai operasi penculikan dalam 12–24 jam.

– Target bukan hanya Jagat, tapi juga keluarga (Ratna & Nadia).

– Operasi berskala besar → melibatkan kontraktor bersenjata & unit armor ringan.

> MSS:

– Meiyun dipastikan bagian dari unit MSS.

– Instruksi pusat: lindungi Jagat secara pasif, bukan menyerang.

> Status Pemerintah Lokal:

– BIN & Angsa Emas sadar ancaman meningkat.

– Presiden menyiapkan opsi pengawal pribadi penuh waktu (sudah disetujui rapat Bab 18).

> Rekomendasi Nova:

Host (Jagat) tetap jaga profil rendah, hindari membuka identitas armor.

Perluasan kontak dengan tim Angsa Emas → tingkatkan trust & koordinasi.

Siapkan Iron Suit 1.1 untuk darurat (hanya jika keluarga dalam bahaya langsung).

Waspada interaksi personal → jangan terjebak daya tarik agen asing.

Log end

1
Aanirji R.
Lanjutin si jagat
TeguhVerse: makasih, ini lagi kejar 20 bab, semoga klar 4 hari
total 1 replies
Grindelwald1
Duh, jleb banget!
Dani M04 <3
Suka alur ceritanya.
Bonsai Boy
Mengejutkan sekali!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!