NovelToon NovelToon
Kau Sakiti Kakakku, Ku Ambil Putrimu

Kau Sakiti Kakakku, Ku Ambil Putrimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Harem / Angst
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

Nayla Marissa berpikir jika pria yang dikenalnya tanpa sengaja adalah orang yang tulus. Pria itu memberikan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa sehingga Nayla bersedia menerima ajakan menikah dari pria yang baru berkenalan dengannya beberapa hari.

Setelah mereka menikah, Nayla baru sadar jika dirinya telah dibohongi. Sikap lembut dan penuh kasih yang diberikan suaminya perlahan memudar. Nayla ternyata alat buat membalas dendam.

Mampukah Nayla bertahan dan menyadarkan suaminya jika ia tak harus dilibatkan dalam dendam pribadi suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Nayla keluar dari kamar mandi sudah segar, isi perutnya juga sebagian telah hilang karena terpaksa ia muntahkan. Entah kenapa akhir-akhir ini dirinya merasa mual.

Nayla tak melihat suaminya di kamar, ia pun berkeyakinan jika Kavi sedang menemani Laura mengobrol.

Tak mau membiarkan Laura merebut suaminya, Nayla bergegas memakai pakaiannya dan segera turun ke lantai bawah.

Dan benar saja, Kavi dan Laura sedang asyik bersenda gurau di taman sembari menikmati jus jeruk dan aneka buah potong.

Nayla pun datang menghampiri keduanya dan ia duduk di sebelah suaminya. Mengambil sepotong buah nenas lalu memakannya, bukan hanya buah itu saja melainkan buah yang lain membuat Laura berdecak kesal karena kemunculan Nayla menjadi penghalang dirinya.

"Nay, kenapa kamu makan buahnya Laura?" tegur Kavi kepada istrinya.

"Ini rumah siapa?" tanya Nayla menatap suaminya sembari mengunyah potongan buah melon hijau.

"Rumah aku," jawab Kavi.

"Aku ini siapa kamu?" tanya Nayla lagi.

"Istri aku," jawab Kavi lagi.

"Berarti aku punya wewenang di rumah ini," kata Nayla.

"Laura 'kan tamu kita," ucap Kavi.

"Tapi, aku berhak menolak tamu yang tak aku inginkan!" tukas Nayla.

"Kavi, lihatlah dia. Baru beberapa bulan bertemu denganmu tapi dia seperti ingin menguasai kamu!" kata Laura.

"Memangnya kenapa? Dia juga sudah menguasai aku," ucap Nayla kini pandangannya pindah ke arah Laura yang berada di sisi kirinya. "Kami sudah bertukar napas dan tidur satu selimut!" lanjutnya. Ia sengaja berkata begitu supaya Laura semakin panas.

Jelas saja pengakuan Nayla membuat Laura semakin kesal dan marah.

"Nayla, kamu bicara apa?" Kavi menegur istrinya dengan suara pelan.

Tatapan Nayla berpindah ke arah suaminya, "Biar dia tahu kalau kamu adalah milikku!"

"Kavi, sepertinya aku harus pulang sekarang juga. Istrimu memang sengaja ingin membuat aku terpancing emosi!" Laura beranjak dari tempat duduknya.

"Ya sudah sana pergi, lagian kehadiran anda di sini juga tak diharapkan!" kata Nayla dengan senyuman seringai.

Laura kemudian berlalu dengan perasaan kecewa.

"Lihatlah yang sudah kamu lakukan kepadanya!" ucap Kavi.

"Oh, jadi kamu mau membelanya?" tanya Nayla dengan nada tinggi.

"Dia 'kan tidak menyakitimu atau melukaimu. Kenapa kamu membuat dia tak betah?" tanya Kavi.

"Memang dia tak menyentuhku, tapi kehadirannya membuatku cemburu," jawab Nayla dengan jujur.

"Ingat, ya, aku menikahimu bukan karena cinta!" tegas Kavi.

Nayla menggebrak meja dan beranjak berdiri, "Karena kamu cuma menginginkan tubuhku saja, 'kan?"

Kavi terdiam, baru kali ini ia melihat istrinya begitu sangat galak dan emosional bahkan sampai memukul meja dihadapannya.

"Selain karena dendam, kamu cuma mau tubuhku. Seharusnya jika kamu bermasalah dengan papaku, selesaikan masalah kalian berdua saja. Jangan libatkan aku di dalamnya!" kata Nayla dengan emosi.

"Kamu itu pria egois, menyukai wanita lain tapi malah menikahiku. Apa kamu tidak takut karma, hah?" Nayla bertanya dengan nada tinggi.

"Jika kamu pria yang bijaksana cari kebenarannya bukan hanya mendengar salah satu pihak saja. Bisa jadi kakakmu itu yang berbohong dan memfitnah papaku!" tukas Nayla.

"Kakakku tidak mungkin berbohong!" Kavi juga tak kalah meninggikan suaranya.

"Papaku juga tidak seburuk itu!" Nayla semakin meninggikan nada suaranya.

Kavi mengeraskan rahangnya.

"Kenapa? Mau pukul?" Nayla menatap suaminya dengan mendongakkan wajahnya.

"Aku akan semakin membuatmu tersiksa!" kata Kavi tegas.

"Aku harap jangan sampai kamu menyesal!" Nayla meninggalkan suaminya dengan membiarkan kursi yang didudukinya sampai terjatuh.

"Kenapa dia aneh sekali?" gumam Kavi heran.

Kavi cukup lama di taman, ia mengatur napasnya agar dapat meredakan emosinya. Selang 45 menit kemudian, ia masuk ke rumahnya.

Beberapa pelayan tampak mondar-mandir dari arah kamarnya sembari membawa nampan.

"Pesanan siapa makanan sebanyak itu?" tanya Kavi ketika melihat di nampan berisi dimsum ayam, sepotong ayam goreng dengan sambal, salad sayur dan 5 tusuk sate kambing.

"Ini pesanan Nyonya Nayla, Tuan." Jawab pelayan yang memegang nampan.

Kavi mengernyitkan dahinya, ia semakin heran dengan perubahan istrinya.

Di dalam kamar, Nayla sedang duduk di sofa sembari menikmati semangkok bakso kuah dengan kaki selonjoran dan seorang pelayan memijat kakinya. Di meja tampak berbagai makanan dan minuman serta buah-buahan.

"Kamu makan sebanyak ini?" tanya Kavi heran.

"Berdebat denganmu membuat tenagaku berkurang banyak, jadi aku perlu banyak makan!" jawab Nayla dengan santainya.

Jawaban Nayla membuat Kavi menggelengkan kepalanya. Ia memilih keluar kamar dan menemui Una.

"Sejak kapan dia makan sebanyak itu?" tanya Kavi kepada wanita itu.

"Hampir seminggu ini, Nyonya Nayla selalu minta makanan yang bermacam-macam, Tuan." Jawab Una.

"Apa kamu tidak merasa aneh?" tanya Kavi.

"Tidak, Tuan. Mungkin itu sebagai luapan emosi Nyonya Nayla," jawab Una lagi.

"Maksud kamu, kalau dia sedang marah pelariannya adalah makan?" tanya Kavi penasaran.

"Bisa saja, Tuan. Atau mungkin Nyonya Nayla sedang hamil!" jawab Una asal menebak.

Kavi tertawa getir mendengar kata hamil.

"Karena Nyonya Nayla pernah bilang kepada saya kalau bulan ini dia belum kedatangan tamu," kata Una.

"Tamu siapa?" tanya Kavi.

"Tamunya Nyonya Nayla, Tuan." Jawab Una kembali.

"Memangnya siapa tamunya?" Kavi semakin penasaran.

Una menarik napas sejenak lalu dihembuskannya.

"Apa kalian sengaja membiarkan orang lain masuk ke rumah ini?" tuduh Kavi.

"Bukan... bukan begitu, Tuan. Tamu Nyonya itu datang biasanya tiap bulan, hal biasa yang terjadi kepada semua wanita," jelas Una.

"Tidak usah berbelit-belit, siapa tamu bulanan itu?" Kavi mulai kesal.

"Menstruasi, Tuan. Setiap wanita mengalaminya selama belum menopause dan hamil," kata Una.

Kavi semakin bingung.

"Bagaimana, ya, saya harus menjelaskannya?" Una juga bingung.

"Saya akan cari sendiri penjelasannya!" kata Kavi kemudian berlalu.

Sesampainya di kamar, Kavi menyuruh pelayan yang memijat kakinya Nayla keluar kamarnya.

"Aku belum selesai dipijat, kenapa kamu malah menyuruhnya keluar?" protes Nayla karena suaminya mengganggu kesenangannya.

"Apa kamu hamil?" tanya Kavi.

Nayla terbengong mendengar pertanyaan suaminya.

"Nayla, apa benar kamu hamil?" tanya Kavi lagi.

"Aku tidak tahu," jawab Nayla.

"Kenapa tidak tahu?" tanya Kavi kesal.

"Apa kamu pikir aku pernah hamil?" protes Nayla kesal.

"Siapa tahu sebelumnya kamu pernah hamil!" celetuk Kavi asal.

"Hei, mulut itu dijaga, ya!" Nayla begitu marah dituduh pernah hamil sebelumnya. "Aku hanya tidur denganmu, jadi jangan menuduhku sembarangan!" lanjutnya mengomel.

"Biar tahu kamu hamil atau tidak, kita periksa ke rumah sakit!" kata Kavi.

"Baiklah!" ucap Nayla setuju.

-

Menjelang malam, Kavi dan Nayla tiba di rumah sakit. Mereka akhirnya bertemu dengan salah satu dokter kandungan. Nayla kemudian diperiksa dan benar saja, Nayla sedang hamil 4 minggu.

Perasaan Kavi benar-benar campur aduk, antara bahagia dan bingung. Ia mengaku tak mencintai istrinya tapi malah menanamkan benihnya. Awalnya ia ingin mempermainkan Nayla hingga membuat wanita itu semakin tertekan dan menderita. Sekarang, malah Nayla sangat nyaman hidup bersamanya.

"Aku lagi hamil, jadi kamu tidak boleh menyakiti perasaan aku. Ingat, kata dokter kalau istri yang sedang hamil harus diberikan kasih sayang yang besar!" kata Nayla menyindir setelah mereka keluar dari ruangan praktek dokter kandungan.

Kavi memilih diam.

"Jika kamu ingin calon anakmu sehat, jangan membuat ibunya bersedih!" kata Nayla lagi.

"Kenapa sekarang aku yang harus patuh padanya?" batin Kavi kesal.

Ketika hendak menuju parkiran mobil, Nayla melihat ibunya dan Dita sedang berjalan tergopoh-gopoh memasuki rumah sakit. "Mama!" lirihnya.

"Mau ke mana?" tanya Kavi yang juga melihat keberadaan ibu mertuanya.

"Aku mau bertemu dengannya," jawab Nayla berjalan cepat mengejar langkah ibu dan asisten rumah tangganya itu.

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!