Suami Pinjaman

Andin mulai mensugesti alam bawa sadarnya bahwa dia tidak ada artinya, pernikahan nya terjadi hanya karena kebaikan sahabatnya. Suami pinjaman yang sewaktu-waktu harus Ia kembalikan, siap atau tidak ini adalah kenyataan nya.

Seperti rutinitasnya setiap hari kini Ia berada di butik nya lagi. Raisha menatap Andin dengan tatapan miris. Apa Ia harus mengatakan pada Bos nya itu mengenai apa yang Ia lihat kemarin.

" Ndin, apa kamu baik baik saja "

Pertanyaan Raisha membuat kening Andin berkerut, tentu Ia baik baik saja. Tidak seperti hari hari sebelumnya yang mual melanda karena Ia tidak tahu apa penyebabnya, kini Ia sudah bisa mengantisipasi nya, apalagi resep pemberian Dokter kemarin, seperti nya sangat baik untuknya.

" Aku baik baik saja, memangnya kenapa "

" Ah ti---- tidak apa apa, syukurlah kalau kamu baik baik saja, aku hanya takut kamu kenapa kenapa dan kami tidak tahu "

Aneh sangat alasan yang Ia lontarkan, memangnya mereka harus tahu setiap permasalahan orang lain. Heh kurang kerjaan pikir Andin.

Setiap malam Ivan kembali kerumah larut malam dan mendapati Andin sudah tertidur pulas, begitulah hari berganti hari.

Terbangun dengan tanda tanya, kapan suaminya pulang, kenapa tidak membangunkan nya. Tidak ada kata mesra, kasih sayang bahkan hubungan yang intim. Apa suaminya itu tidak menginginkan nya lagi.

Andin bergerak pelan agar tidak membangunkan Ivan namun sayang Ivan ternyata sudah bangun sejak tadi dan memandang Istrinya yang nampak sedang melamun.

" Pagi sayang "

" Pagi juga Mas "Meski terkejut Andin mampu menguasai dirinya.

Ivan menarik tangan Andin ketika Istrinya itu hendak berdiri, hal itu membuat Andin jatuh kembali ke atas ranjang.

" Aw " Ringis Andin

Andin khawatir janinnya kenapa kenapa, ingin protes tapi bukannya suaminya belum tahu.

" Kamu kenapa sayang, apa ada yang sakit. Coba aku periksa dulu "

Ivan bangun lalu memeriksa bagian bagian tubuh Istrinya namun tidak menemukan apa pun, sampai Ia terhenti pada perut sang Istri.

..." Apa kamu sudah ada disana Nak " Batin Ivan....

Andin merasa gugup ketika Ivan menatap perutnya sangat lama.

" Ada apa Mas, apa ada yang salah "

Andin semakin gugup, Ia takut suaminya itu mencurigai kehadiran buah hati mereka disana. Meskipun belum nampak tapi tetap saja Ia khawatir.

Bukan maksud Andin untuk menyembunyikan kehamilannya tapi Ia masih meragukan suaminya itu, apa Ia akan menerima nya setelah tahu Ia hamil atau malah sebaliknya. Tapi yang paling Andin takutkan adalah kalau kalau Ivan hanya akan menginginkan anaknya dan menunggu anak itu lahir lalu menceraikan nya dan membawa anak mereka bersamanya.

Disisi lain juga mereka tidak punya waktu untuk sekedar berbicara berdua.

" Ah tidak apa apa, hanya saja aku ----- aku

Andin menunggu Ivan menyelesaikan ucapannya, namun suaminya itu malah nampak salah tingkah.

" Aku apa Mas, apa Mas ada masalah "

Andin ingin suaminya itu berbagi dengannya, menceritakan apa saja tentangnya dan Andin akan siap mendengarkan nya keluh kesahnya bukan dingin dinginan seperti yang terjadi belakangan ini.

" Aku--- aku ingin kamu, apa bisa " Ucap Ivan dengan mata yang sudah berkabut.

Akhirnya Ivan bisa menyampaikan keinginannya, melihat Andin yang nampak kebingungan semakin membuat Ivan tidak sanggup lagi menahan hasrat yang menggebu di dadanya. Sudah dua minggu ini dia puasa dan kini saatnya untuk berbuka.

" Kamu sudah nggak tamu bulanan kan " Ivan bertanya dengan hati was was.

Jauh di lubuk hatinya ketakutan kalau sampai Andin mengatakan tengah kedatangan tamu bulanan dan Ia harus meredam sendiri rasa panas dalam dirinya.

Andin menggeleng pelan karena memang Ia sudah tidak akan kedatangan tamu bulanan untuk enak bulan kedepan.

Melihat itu Ivan langsung sumringah, tanpa menunggu lama Ia langsung menyerang Andin dengan ciuman di bibir ranum nya. Ingin menolak namun jujur tubuhnya juga menginginkannya.

" Buka mulutnya sayang " Pinta Ivan dengan nafas memburu, Ia ingin menikmati seluruh miliknya tanpa ada yang terlewat.

Andin pun membuka mulut, ciuman yang lembut itu akhirnya menjadi ciuman yang panas karena keduanya sudah terbuai dalam birahi masing-masing.

" Sayang, apa kamu merindukan ku sama seperti aku merindukan mu " Bisik Ivan di sela sela aktivitas nya.

..." Rindu apa Mas, kamu bahkan meninggalkan aku tanpa kabar. Apa ini yang kamu katakan rindu, kamu sudah membuatku bingung dengan sikap mu " ...

Dari atas Ivan mulai turun ke bawah, tak lupa Ia meninggalkan tanda kepemilikannya. Andin mulai ikut terbuai atas perlakuan Ivan, Ia bahkan melenguh saat beberapa kali Ivan menyentuh titik titik sensitif di tubuhnya.

" Aku masuk ya sayang " Meski sudah di liputi birahi yang seakan ingin meledak, namun Ivan tak ingin berbuat seenaknya.

Andin mengangguk pelan dan menutup mata ketika benda sangat suami masuk ke **** ***** miliknya. Ia menggigit bibir bawahnya ketika benda itu memenuhi miliknya di bawah sana.

" Ah ---- " ******* keduanya bersamaan saat sama sama melewati tahap itu.

" Aku mencintaimu sayang " Bisik Ivan.

Andin hanya tersenyum lirih, andai saja pernikahan ini benar dan suaminya itu benar-benar mencintainya itu akan membuat dirinya bahagia.

Sayangnya Ia harus tetap siap siaga kalau suatu saat suami pinjaman nya itu akan di ambil kembali.

Kamar yang menggunakan AC itu mendadak panas seakan pendingin itu tidak berpungsi dengan baik. Keduanya sama sama melewati tahap demi tahap, Andin sudah beberapa kali mencapai puncak namun Ivan masih sangat buas.

Seakan tubuh Istrinya itu candu baginya, lagi dan lagi Ia lakukan. Ivan menyudahi aktivitas nya ketika Andin sudah tak sanggup lagi di ronde terakhir dan tertidur karena merasa semua tulang tulangnya akan lepas.

" Makasih sayang, maaf aku membuatmu lelah "

Ivan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sejak tadi ponselnya bergetar namun tidak di hiraukan nya karena Ia lagi menikmati sarapan paginya dalam versi Ivan yaitu sarapan di atas ranjang.