NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 20

Dokter Rina baru saja menyelesaikan pemeriksaan. Tangannya yang cekatan menyeka sisa gel dari perut Zamara, sementara senyum hangat masih mengembang di wajahnya.

Yassir berdiri di sisi ranjang, menatap lekat layar monitor yang kini sudah mati, tapi pikirannya masih tertuju pada detak halus yang tadi terdengar dari dalam rahim istrinya.

Zamara menarik napas dalam, menatap langit-langit ruangan putih itu, lalu mengalihkan pandangannya pada Yassir yang masih setia di sampingnya.

Tiba-tiba ia berkata pelan, nyaris seperti bisikan, “Kenapa Mas sangat mencintaiku padahal aku yang duluan lamar Mas waktu Mas ceramah di masjid. Kita nggak kenal sebelumnya, nggak pacaran juga. Aku bahkan nggak tahu wajah Mas jelas saat itu.”

Yassir tersenyum tipis, lalu menunduk sebentar. Tatapannya lembut saat kembali menatap mata istrinya.

“Karena cinta itu bukan soal siapa yang duluan atau gimana awalnya,” jawabnya tenang. “Tapi tentang rasa yang tumbuh karena Allah. Aku yakin Zamara adalah takdir yang ditulis untukku. Sekali aku terima lamaranmu, aku tahu hatiku nggak akan berpaling.”

Ia menggenggam tangan Zamara, menelusuri jemari halus itu dengan lembut, lalu menambahkan dengan suara lebih lirih, “Cintaku nggak akan berubah. Sampai maut misahin, dan kalau Allah izinkan aku mau bawa cinta ini sampai ke surga.”

Zamara terdiam. Senyumnya mengembang, tapi ada air tipis yang menggantung di pelupuk mata. Ia tahu, ucapan Yassir bukan sekadar gombal. Tapi janji. Dan justru karena itulah, hatinya terasa makin berat.

Dalam hatinya, ia bergumam lirih, "Maafkan aku, Mas... Aku nggak bisa cintai kamu seperti ini. Karena setelah anak kita lahir, aku akan pergi. Dunia kita terlalu berbeda, dan aku nggak bisa tinggal lebih lama di duniamu."

Namun, wajahnya tetap menampilkan senyum terindah siang itu. Senyum yang membuat Yassir berpikir semuanya baik-baik saja. Padahal di baliknya, Zamara menyimpan luka yang tak pernah ia bagi ke siapa pun.

Yassir mengecup puncak kepala istrinya, lalu berbisik di telinga Zamara, “Terima kasih sudah kuat. Terima kasih udah hadir dalam hidupku. Kamu dan anak kita adalah cahaya dalam dunia yang dulu cuma penuh logika buatku.”

Zamara hanya mengangguk, menatap layar monitor yang kini kosong. Tapi dalam pikirannya, bayangan anak mereka tumbuh tanpa suara, sementara dirinya perlahan menjauh dari semua ini.

Dokter Rina yang sempat meninggalkan ruangan, masuk kembali dengan beberapa lembar hasil cetak USG.

“Semua normal dan sehat. Alhamdulillah, bayinya aktif banget. Insya Allah dua cowok satu cewek, ya?” ucapnya ceria.

Zamara menjawab, “Iya, insya Allah.”

Yassir menimpali, “Mudah-mudahan dia bisa kayak ibunya, tangguh tapi tetap lembut.”

Zamara tersenyum kecil. Tapi dalam hatinya, ia berbisik, "Bukan cuma tangguh, Mas... Dia harus cukup kuat untuk hidup tanpaku nanti."

Dan siang itu, ruang periksa itu tetap dipenuhi kehangatan. Tapi tidak ada yang tahu, bahwa di balik tawa dan doa, ada rahasia yang sedang dijaga rapat oleh seorang perempuan yang terlihat sempurna di luar tapi diam-diam menyimpan luka di dalam.

Setelah keluar dari rumah sakit, Yassir langsung menggenggam tangan Zamara dan berkata ringan, “Mau langsung pulang atau belanja dulu?”

Zamara mengangkat alis. “Belanja dong. Perut udah kayak balon. Masa belum ada satu pun baju bayi lucu-lucu?”

Yassir terkekeh pelan. “Baik, Ibu Calon Mama Perfeksionis. Ayo kita obrak-abrik mall.”

---

Satu jam kemudian, keduanya sudah berdiri di salah satu butik bayi paling mewah di pusat perbelanjaan elit Jakarta. Ruangan penuh warna pastel, gantungan mungil, dan boneka raksasa bikin mereka nyaris lupa waktu.

Zamara memeluk setelan bayi warna sage. “Mas, ini gemes banget. Lihat yang ini! Bahannya kayak kapas dicium malaikat.”

Yassir mengambil baju bayi warna navy. “Kalau yang ini, kayaknya bakal cocok buat calon hafiz kecil kita. Syahdu.”

Petugas toko sampai kewalahan membawakan keranjang tambahan. Hampir tiap item di rak mereka sentuh dan bawa ke kasir.

Popok, selimut, alat mandi, botol susu, mainan sensorik, bantal menyusui, bahkan satu set box tidur portable semuanya masuk daftar.

Zamara nyengir, lalu bergumam, “Mas, kita belanja kayak orang habis dapat warisan mendadak.”

Yassir menjawab santai, “Bukan warisan. Ini tabungan cinta dua tahun terakhir.”

Zamara melirik, “Tabungan cinta atau hasil ceramah viral seminggu lalu, Pak Ustaz?”

Yassir tertawa geli. “Eh, itu efek kamu juga. Netizen tuh gampang baper liat dokter cantik bawa-bawa Al-Qur’an di story suaminya.”

Zamara mengangkat set kaus kaki bergambar alpaka mini, lalu berkata, “Mas, ini lucu banget. Nanti kita dandanin si kembar kayak lagi mau photoshoot majalah parenting ya?”

Yassir menyambut dengan nada menggoda, “Asal jangan kamu yang ikutan jadi model. Aku bisa jatuh cinta lagi dari awal.”

Zamara nyaris melempar bantal menyusui ke arah suaminya. “Mas, gombalnya udah kelewat batas. Aku laper!”

“Duh, maaf. Perut kamu yang dua, aku yang panik,” ucap Yassir sambil mengarahkan langkah ke arah lift. “Ayo cari makanan. Tapi abis itu kita balik lagi. Kayaknya tadi ada boneka gajah yang ketinggalan.”

Zamara mendesah lelah tapi senang. “Kamu tuh kalau bukan ustaz, pasti udah aku curigain jangan-jangan lagi kerasukan ibu-ibu arisan.”

Sepanjang perjalanan keluar dari toko, mereka berdua tertawa lepas. Tidak peduli orang lain memperhatikan. Tidak peduli harga-harga yang bikin dompet megap-megap. Yang penting, hari itu mereka menjadi dua manusia yang benar-benar bahagia menantikan tiga malaikat kecil.

Di tengah keramaian, Yassir menggenggam erat tangan Zamara dan berkata pelan, “Kalau kamu lelah, aku yang siap jadi pundak. Tapi kalau kamu bahagia, aku yang paling duluan sujud syukur.”

Zamara menatapnya lama, lalu menjawab dengan suara rendah, “Jangan baik terus, Mas. Aku takut nanti aku makin nggak bisa pergi.”

Yassir mengernyit bingung, tapi Zamara sudah lebih dulu berjalan ke arah eskalator, menutupi tatapan mata yang tiba-tiba meredup dalam senyuman manis.

Mobil melaju pelan menyusuri jalanan Jakarta yang mulai sepi menjelang senja. Lampu-lampu kota menari di kaca jendela, memantul di mata Zamara yang sedang memandangi langit dari kursi penumpang.

Yassir menyetir tenang, satu tangan tetap menggenggam jemari istrinya. Di balik dashboard, suara lantunan ayat suci mengalun pelan, mengisi ruang hening di antara mereka.

Tiba-tiba Zamara bersuara lirih, tanpa menoleh, “Mas... kalau suatu hari nanti aku pergi, ninggalin kamu hilang tanpa kabar Mas bakal gimana?”

Yassir langsung melirik sekilas ke arahnya. Alisnya naik sedikit. Tapi dia tidak langsung menjawab. Ia memperlambat mobil, lalu menepi ke sisi jalan yang tenang.

Ia mematikan mesin, memutar badan menghadap Zamara, menatap wajah perempuan yang kini sedang menggigit bibirnya sendiri.

“Kamu ngomong apa sih?” tanyanya pelan, hampir berbisik.

Zamara masih menatap lurus ke depan. Suaranya makin rendah, “Kalau aku nggak bisa lanjut hidup sama Mas. Kalau suatu saat nanti aku ngerasa dunia kita terlalu beda dan aku harus pergi.”

Yassir menghela napas panjang. Jemarinya mengusap pelan punggung tangan Zamara.

“Zam... aku mencintaimu karena Allah. Jadi kalau kamu pergi, aku akan tetap mendoakanmu. Nggak akan nyalahin. Tapi aku bakal nyari kamu sampai ke ujung dunia, kalau perlu. Karena aku nggak pernah berniat ninggalin kamu, apapun alasannya,” ujarnya tulus.

Zamara menunduk. Matanya berkaca-kaca, tapi senyum tipis masih tertahan di wajahnya.

“Aku cuma takut Mas terlalu baik buat aku. Terlalu lurus, terlalu suci. Sedangkan aku—”

Yassir memotong cepat, “Nggak ada istilah terlalu baik buat pasangan yang halal. Kamu udah jadi bagian dari hidupku. Kamu ibu dari anak-anakku. Apapun masa lalumu, aku nggak peduli. Yang aku lihat sekarang adalah perempuan kuat, cerdas, dan penyayang yang terus belajar jadi lebih baik.”

Zamara menahan napas. Dalam hatinya, kalimat itu seperti pelukan yang menyesakkan sekaligus menghangatkan.

Tapi tetap saja, ia tahu ada hal yang tidak bisa dijelaskan.

Ia menatap Yassir dengan sorot mata dalam lalu bergumam pelan, “Maaf, Mas... aku nggak bisa janji akan terus ada di sampingmu selamanya.”

Yassir mengangguk, menatapnya lembut. “Kalau kamu harus pergi, pergilah. Tapi jangan bawa hatimu. Titipkan di sini. Karena hatimu udah nyatu sama punyaku.”

Zamara tidak berkata apa-apa. Hanya diam, lalu menyandarkan kepala ke bahu Yassir. Mobil kembali menyala.

Mereka melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah megah yang sebentar lagi akan jadi saksi apakah kebersamaan ini akan tetap utuh, atau hanya singgah sebentar lalu hilang diam-diam.

Beberapa bulan kemudian…

Hari-hari menjelang persalinan menjadi momen paling sibuk dan emosional di rumah megah keluarga kecil itu. Dinding kamar bayi dicat lembut dengan gradasi biru dan peach.

Dua boks bayi kembar berdiri berdampingan, lengkap dengan kelambu renda dan boneka lucu di tiap sudutnya. Lemari mungil berisi pakaian bayi tertata rapi, semuanya serba baru.

Yassir hampir setiap hari mengusap perut Zamara, membacakan ayat suci sambil menunggu dua anaknya datang ke dunia. Sementara Zamara lebih banyak diam.

Wajahnya tetap ramah, sikapnya manis seperti biasa. Tapi sorot matanya menyimpan sesuatu yang dalam dan tak bisa ditebak siapa pun.

Di luar kamar, suasana rumah lebih ramai dari biasanya.

Pak Mahmud dan Bu Sarah duduk di ruang tamu sambil berbincang ringan.

“Alhamdulillah, sebentar lagi kita kedatangan cucu kembar,” ujar Pak Mahmud sambil tersenyum lebar.

“Iya, semoga semuanya lancar. Zamara perempuan hebat. Diam-diam, dia yang lebih kuat dari yang terlihat,” timpal Bu Salamah yang sedang menyusun bingkisan kecil untuk nanti dibagikan setelah kelahiran.

Sementara di sisi lain rumah, adik-adik angkat Yassir berkumpul di taman belakang. Faris dan Gilang bermain catur, Bayu sibuk mengecek daftar belanja perlengkapan tambahan.

Annisa dan Aliyah membungkus kado untuk calon bayi. Salsabila dan Salwa sibuk mendekor meja kecil berisi bunga dan mainan edukatif.

Di tengah hiruk pikuk itu, Zamara berdiri di depan jendela kamarnya. Ponsel di tangan, jemarinya mengetik pesan singkat yang sudah beberapa kali ia pikirkan ulang.

“40 hari lagi aku akan kembali. Persiapkan segala sesuatunya.”

Ia kirim pesan itu ke sebuah kontak tanpa nama. Tanpa foto profil hanya inisial L dan A.

Setelah itu, ia menonaktifkan notifikasi dan menghapus jejak percakapan.

Tak ada satu pun yang tahu. Bahkan Yassir, yang paling percaya padanya, tak pernah curiga. Ia tetap memeluknya setiap malam, mencium keningnya penuh syukur, memanggilnya cahaya hidup di setiap doa.

Zamara memejamkan mata. Dalam diam, ia menahan napas.

"Maafkan aku, Mas. Setelah bayi kita lahir, aku harus pergi. Karena ada dunia lain yang harus kutuntaskan. Dunia yang bahkan kamu tidak boleh tahu."

Namun saat Yassir masuk ke kamar dengan wajah ceria, membawa dua botol jus segar, Zamara langsung tersenyum manis seperti tak pernah terjadi apa-apa.

“Sayang, nanti malam kita ajak semua salat berjamaah, ya. Kita doa bareng minta kelancaran lahiran kamu,” ucap Yassir sambil duduk di sisi ranjang.

Zamara mengangguk pelan. “Iya, Mas. Terima kasih udah jadi rumah paling tenang yang pernah aku rasain.”

Yassir memandang lekat wajah istrinya, lalu membelai pipinya dengan lembut.

“Kamu juga jadi takdir terbaikku.”

Zamara membalas senyum itu dengan mata yang berkaca-kaca. Tapi tak ada satu pun air mata jatuh. Karena untuk yang terakhir kali ia harus kuat.

Sebesar apa pun cintanya pada Yassir, ada bagian dari dirinya yang tidak bisa ia tinggalkan. Dan hitungan 40 hari terus bergerak pelan menuju takdir yang belum siap diungkapkan.

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!