Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 8. Pertunangan Ruby dan Tuan Herison.
Tak ada gunanya lari karena keluarganya akan tetap mencari.
Pertunangan bersama Tuan Herison sudah merupakan titik paling bergunanya hidup Ruby bagi keluarga Sanders. Menikah dengan pria tua kaya raya akan memberikan keuntungan yang begitu besar.
Tak perduli bagaimana perasaan Ruby—gadis itu akan menjadi beban Tuan Herison. Namun, dalam setiap hembusan napasnya, Ruby akan terus memberikan keuntungan pada keluarga Sanders saat berstatus sebagai istri dari pria tua yang kaya raya.
Itulah yang diinginkan keluarganya.
"Akhirnya aku menemukanmu juga. Dasar anak tidak berguna, bisanya hanya merepotkan saja."
Cakra sudah berdiri dengan bersedekap dada tepat di depan kost Airis. Ia tersenyum remeh dan langsung mendekat pada Ruby—ingin mencekal adiknya itu dan segera menyeret pulang ke kediaman keluarga Sanders.
"Jangan menyentuhku!"
Cakra terkejut saat Ruby menepis tangannya. Hal yang tak pernah Ruby lakukan selama ini.
Wajahnya terlihat tenang. Namun, tatapannya tak bisa berbohong—Ruby menatap Cakra begitu tajam.
"Berani kau melawanku, hah? Aku ini kakakmu!" Cakra marah pada Ruby. Baru seperti itu sikap adiknya, ia sudah tak bisa menahan bara kemarahan dalam hatinya.
Lalu bagaimana dengan Ruby selama ini?
Ruby tersenyum kecil. Kakak kata Cakra? Kakak gila mana yang rela menyerahkan adiknya seperti benda yang tak berharga pada temannya?
Di saat Roger tak bisa melindungi Ruby, bukankah seharusnya Cakra yang melakukan hal itu sebagai kakak laki-lakinya?
Tapi ini tidak. Cakra mengambil posisi paling depan untuk memberikan luka yang dalam pada Ruby, juga bersama orang-orang yang merupakan bagian dari keluarganya sendiri.
"Kau ingin aku pulang ke rumah, kan? Mintalah padaku?" Suara Ruby terkendali, tak ada getar meski dadanya bergemuruh saat ini.
Cakra berdecak, ia sudah lelah dan pusing karena mencari Ruby seharian. Jika Rachel tidak memberi tahu bahwa Ruby memiliki sahabat. Mungkin sampai malam pun Cakra tidak akan pernah bisa menemukan Ruby.
Sekarang Ruby malah bertingkah aneh-aneh di hadapannya. Cakra tidak mendengarkan permintaan adiknya itu, ia kembali mendekat dan mencekal tangan Ruby.
Begitu juga Ruby. Ia terus menepis lebih dulu tangan Cakra sebelum pria itu berhasil menggenggam erat pergelangan tangannya. Kali ini, ia tidak ingin mengalah dan takkan pernah mau mengalah.
Ruby menatap datar Cakra. Membalas sorot mata merah yang kini menghunusnya karena marah—Ruby berhasil membuat Cakra kian kesal.
"Pulang sekarang! Atau Daddy akan menghancurkan tempat ini!' ucap Cakra akhirnya.
Ruby tersenyum kecil. Tanpa menunggu lama ia langsung melangkah sendiri masuk ke dalam mobil Cakra. Gadis itu duduk di kursi penumpang bagian belakang.
Cakra berteriak meminta Ruby pindah ke depan-ia bukanlah supir Ruby. Namun, Ruby mengabaikannya. Gadis itu menuli, terus duduk diam dan tenang, memaksa Cakra mau tak mau menjalankan mobilnya sesegera mungkin.
Ruby masih sempat tersenyum kecil pada Airis yang raut wajahnya penuh kekhawatiran saat melepas kepergian Ruby kembali ke kediaman keluarga Sanders.
Airis begitu cemas karena tahu bahwa Ruby akan menghadapi banyak kesulitan di sana. Terlebih Ruby yang akan dinikahkan dengan pria tua. Airis tak dapat membayangkan bagaimana kehidupan Ruby kian hancur jika hal itu sampai terjadi.
Dan Airis akan selalu siap kapanpun Ruby meminta bantuannya. Sahabat Ruby itu akan selalu mendukung Ruby.
*
*
*
Di kediaman keluarga Sanders. Tuan Herison masih berada di sana. Ia menunggu gadis—putri dari keluarga Sanders yang akan menjadi istrinya.
Namun, sudah cukup lama ia menunggu, Tuan Herison tak jua kunjung melihat sosok Ruby.
"Kau berniat menipuku, Tuan Roger?" tanya Tuan Herison menatap Roger tajam. Ia sudah menunggu hampir dua jam lamanya. "Mana putrimu yang kau bilang cantik itu? Jangan mempermainkanku. Aku bisa dengan mudah mematahkan kakimu!"
"Maaf, Tuan Herison. Aku tidak bermaksud membuatmu menunggu seperti ini apalagi hendak menipumu. Ruby sedang kuliah, tapi sekarang kakaknya-Cakra sudah menjemputnya," ucap Roger lancar. Ia berusaha bersikap sesantai mungkin di hadapan Tuan Herison.
"Emmm...Pertunangan ini juga begitu mendadak. Aku sudah memberi tahu Ruby sebelumnya. Mungkin anak itu lupa hingga tetap pergi kuliah hari ini." Roger terus berkelit. Ia bisa melihat tatapan Tuan Herison yang mulai berbeda.
Tuan Herison diam ketika asistennya membisikan sesuatu. Roger dan Shinta saling pandang karena hal itu. Mereka cemas dan terus berharap Cakra lekas membawa Ruby ke hadapan Tuan Herison.
"Aku ingin melihat foto Ruby."
Roger sempat terkejut mendengar permintaan Tuan Herison. Ia menoleh pada istrinya.
Foto Ruby? Apakah mereka memilikinya?
Di kediaman keluarga Sanders sama sekali tak terpajang foto Ruby. Hanya ada foto-foto Rachel dan Cakra.
Roger mengangguk pada Tuan Herison. Ia akan memperlihatkan foto Ruby. Roger pun segera meminta Shinta untuk mengambilnya.
"Coba kau cari di kamarnya," bisik Roger pada Shinta sebelum pergi meninggalkan ruangan. Mungkin Ruby memiliki fotonya sendiri, pikir Roger.
Hingga setelah beberapa saat menunggu, Shinta akhirnya kembali. Ia menyerahkan foto Ruby, yang diterima oleh asisten Tuan Herison sebelum sang tuan menyambut dan memperhatikan foto itu.
Tuan Herison tampak tersenyum saat melihat bagaimana cantiknya sosok Ruby dari foto yang ada di tangannya.
"Aku tidak berbohong, kan Tuan. Ruby adalah gadis yang sangat cantik. Ia juga sangat menurut," ucap Roger seperti bangga karena memiliki putri yang begitu cantik.
Tuan Herison mengangkat wajahnya, senyuman saat ia memperhatikan foto Ruby sudah sirna kala melihat wajah Roger.
"Kau tidak memaksanya, kan?"
Deg!
Roger tercekat. Ia terlihat gugup.
"Tentu tidak, Tuan. Ini bukan lagi zamannya perjodohan paksa. Ruby sudah tahu akan pertunangan ini. Dan ia menerimanya." Roger terkekeh, menyembunyikan kegugupannya karena berhasil dibuat terkejut dengan pertanyaan Tuan Herison.
"Baguslah." Tuan Herison segera berdiri dari duduknya, disusul oleh sang asisten. "Aku tidak bisa menunggunya lebih lama. Katakan padanya, dia bisa meminta apa saja yang ia inginkan pada asistenku. Semuanya akan dia dapatkan."
Pesan Tuan Herison pada Roger, yang membuat netra Roger seketika membiru cerah.
Setelahnya, pria tua itu segera beranjak pergi tanpa menunggu tanggapan Roger. Ia memiliki jadwal kunjungan bisnis ke luar negeri setelah ini. Urusan Ruby, Tuan Herison anggap selesai. Tinggal menunggu hari pernikahan mereka. Dan itu akan terjadi, saat Tuan Herison sudah selesai dengan semua pekerjaannya di luar negeri.
"Huft!" Roger menghela napas panjang setelah mengantar kepergian Tuan Herison. "Untung dia tidak membatalkan perjodohan ini karena tidak bertemu dengan anak penyakitan itu."
"Tuan Herison tidak mungkin membatalkannya, Dad. Apalagi setelah dia melihat foto Ruby." Shinta tersenyum manis pada suaminya yang mengangguk. "Jika Tuan Herison tadi bertemu langsung dengan Ruby, bisa jadi dia akan langsung meminta pernikahan hari ini juga." Shinta terkekeh lagi.
"Dan membuang anak itu setelah tahu dia penyakitan," lanjut Shinta dengan tawanya yang lebih besar.
"Biar itu menjadi urusannya nanti. Pokoknya kita hanya perlu membuat Ruby segera menikah dengan Tuan Herison. Dia sudah menjanjikan padaku sejumlah saham jika sudah menikah dengan Ruby."
Roger tersenyum membayangkan sejumlah saham yang akan ia terima setelah menikahkan Ruby. Begitu juga dengan Shinta, netranya kian berbinar. Mereka berdua berpelukan setelah merasa sukses dengan pertunangan Ruby meski tidak dihadiri oleh Ruby sendiri.
*
*
*
Plak!
Wajah cantik itu seketika tertoleh ke samping setelah berhasil menerima satu tamparan keras dari tangan besar daddynya sendiri.
Rasa panas yang ada tak hanya menjalar di wajahnya. Namun, mulai merayap jauh, menyentuh hati yang kini sepenuhnya telah mati.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃