"Apakah kamu pernah mencintaiku sebagai seorang wanita?" langkah laki-laki didepannya terhenti, tapi tak kunjung membalik badannya
"Tidak" jawaban singkat yang membuat sang wanita menunduk menahan isak tangis. Jawaban yang sudah ia duga, tapi tetap membuatnya sakit hati
Belasan tahun hanya cintanya yang terus terpupuk, keajaiban yang ia harapkan suatu hari nanti tak kunjung terjadi. Pada akhirnya, berpisah adalah satu-satunya jalan atas takdir yang tak pernah menyatukan mereka dalam rasa yang sama.
"Selamat jalan Kalanza, aku harap kamu bahagia dengan pilihan hatimu"
Dari sahabat sampai jadi suami istri, Ishani terlalu berpikir positif akan ada keajaiban saat Kalanza tiba-tiba mengajaknya menikah, harapannya belasan tahun ternyata tak seindah kisah cinta dalam novel. Kalanza tetaplah Kalanza, si laki-laki keras kepala yang selalu mengatakan tak akan pernah bisa jatuh cinta padanya.
"Ishani, aku ingin melanggar janji itu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerai?
"Ayah akan bercerai" Ishani tak percaya apa yang sedang didengarnya. Bercerai? Yang benar saja. Padahal kurang satu bulan lalu saat ayahnya pergi ke rumah, hubungan pernikahannya terlihat baik-baik saja
"Apa yang membuat ayah mengambil keputusan seperti ini sekarang?. Kalau memang karena memikirkan aku, maka tidak perlu ayah pikirkan. Aku sudah punya keluarga sekarang. Lagipula, aku sudah mencoba berdamai dengan apa yang sedang terjadi dalam rumah itu"
"Maafkan ayah yang juga terlambat menyadari itu nak, seharusnya ayah sadar kalau kamu mulai menunjukkan ketidaknyamanan padahal ayah tau putri ayah bukan orang yang seperti itu. Tapi ayah justru seperti kebanyakan orang, yang lebih memilih menyalahkan keluarganya daripada orang lain"
"Tapi alasan ayah bukan hanya itu sekarang, ada satu hal yang membuat rasa kecewa ayah rusak"
"Kenapa?"
"Wanita itu tega meracuni Ayah, Ishani. Ia menambahkan bubuk arsenik dalam minuman yang ayah minum. Walau dosisnya kecil tapi itu terjadi secara terus menerus. Untungnya itu cepat dideteksi kemarin setelah ayah coba untuk cek darah. Racun itu larut bersama darah. Ayah pikir bagaimana bisa?.Kamu tau sendiri bagaimana ayah menjaga pola makan dan memperhatikan segala sesuatu dengan baik. Ayah juga tak pernah pergi ke tempat pertambangan yang memungkinkan racun itu terhirup" jangan tanya bagaimana ekspresi Ishani saat ini. Wajahnya menegang tak percaya, ia pikir wanita itu hanya berani jahat padanya saja. Ia tak pernah berpikir kalau ia juga melakukan hal yang sama pada ayahnya
"Aku pikir wanita itu benar-benar mencintai ayah" Ishani menunduk, ia tak tau bagaimana mengekspresikan wajahnya sekarang. Ingin menangis tapi juga lega karena pada akhirnya ayahnya tau bagaimana sifat asli mereka
"Ayah tak mempermasalahkan itu, karena sedari awal ayah juga tak pernah mencintainya. Kehadirannya tak lebih agar kau merasa punya teman, tapi ayah malah memberimu musuh dan luka. Ayah pikir setidaknya rumah tidak lagi terasa sepi, tapi ternyata wanita manapun memang tak bisa menggantikan cerewetnya ibu" air mata Ishani menetes saat ia kembali teringat pada ibunya. Apakah wanita itu sedang kecewa disana? Ataukah sedang menangis?
"Darimana ayah benar-benar tau bahwa dia yang melakukan itu?"
"Sebuah CCTV di area dapur. Ayah pikir benda itu sudah lama mati karena sudah sangat lama disana. Kamu ingat? Ayah dulu memasangnya saat kamu baru sembuh dari kecelakaan agar ayah bisa terus memantaumu. Ayah takut kamu melakukan hal nekat. Ketika beberapa kali ia bertanya soal benda itu, ayah selalu bilang kalau itu sudah rusak karena ayah memang berpikir demikikan"
"Tapi kemarin setelah hasil pemeriksaan dokter keluar, ayah mencoba melihat lagi dan ternyata memang masih berfungsi karena dokter yang bilang itu kemungkinan berasalah dari makanan. Bagaimana teganya ia melarutkan bubuk itu dalam minuman yang ia beri pada ayah"
"Sedari awal aku sudah bilang, dia bukan orang baik ayah"
"Ayah pikir kamu mengatakan itu karena masih belum mengerti apa-apa. Maafkan ayah, ayah egois" Ishani menghela nafasnya berat, mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi sekarang
"Lalu, bagaimana kondisi ayah? Dokter pasti bisa menyembuhkan ayahkan?"
"Kabar buruknya tidak ada obat khusus untuk keracunan ini" Ishani tersentak, walau mungkin ia kecewa tapi ia tak punya siapa-siapa lagi kalau ayahnya pergi
"Ayah..."
"Kabar baiknya, racun itu belum terikat dengan jaringan, dokter bilang bisa membuang arsenik lewat cuci darah. Selain itu ada beberapa terapi yang bisa membantu mengikat racun itu agar bisa keluar dari urine"
"Apa yang membuatnya tega melakukan itu pada Ayah?"
"Ayah juga tidak tau, tapi setidaknya ayah tau kalau dia bukan orang baik"
"Apa ayah sudah memikirkannya dengan matang? Bagaimana dengan Kak Rehan dan Lusi?" Pria baruh baya itu terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan putrinya
"Apa kamu pernah menganggapnya saudara?"
"Di awal-awak mereka baik, sering mengajakku bermain, tapi entah kenapa setelah tiba-tiba wanita itu memanggil keduanya masuk, semua langsung berubah. Apa ayah bayangkan bagaimana rasanya disalahkan atas kesalahan yang tidak kita lakukan tapi justru hukumannya dilimpahkan kepada kita. Tak ada yang mau mendengarkan penjelasan yang sebenarnya meskipun sudah terisak dan lelah membela diri tak bersalah"
"Aku tak pernah memukul siapapun kecuali Kalan, Lusi jatuh sendiri dari sepeda saat itu tapi ayah malah percaya ia berbohong kalau aku yang sengaja mendorongnya. Kak Rehan juga benar-benar berkelahi dengan temannya saat itu, tapi Ayah malah lebih percaya ucapan ibunya yang bilang itu untuk melindungiku. Kalau ayah tanya, maka aku akan jujur menjawab aku tidak tau. Dulu mungkin aku akan merasakan sakit, tapi perlahan aku mulai berdamai. Kalau terus memendam, maka aku yang akan hancur" Laki-laki paruh baya itu tak menjawab, ia malah membawa putrinya kedalam pelukannya. Sesuatu yang tak pernah hampir sepuluh tahun, tanpa bisa ditahan air mata itu jatuh begitu saja
"Ishani capek, Ishani kecewa sama ayah, Ishani marah sama ayah, tapi Ishani nggak bisa benci sama ayah"
"Maafkan ayah, maafkan ayah sayang" untung belum jam istirahat jadi taman dibelakang gedung itu tak ramai, tapi Ishani yakin jarang juga ada pegawai yang mau kesini kecuali memang benar-benar butuh waktu untuk sendiri
"Datanglah ke rumah malam ini, kita selesaikan semuanya. Ajak juga Kalan bersamamu"
"Apa Ayah benar-benar sanggup melakukan itu?"
"Kenapa Ayah harus mempertahankan orang seperti itu sayang?"
"Tapi, Ayah bakalan kesepian di rumah"
"Ayah sudah kesepian sejak Ishani tak pernah tinggal lagi di rumah, kesepian sudah menjadi teman ayah sejak ibu pergi"
"Maaf"
"Bukan putri ayah yang salah disini, jadi tidak usah meminta maaf lagi" Ayah Arga menghapus air mata di pipi putrinya dengan jari tangannya.
"Kamu akan segera menjadi ibu, tanggung jawabmu akan semakin besar. Ayah masih menganggapmu seperti anak SMP yang masih belum dewasa, Ishani selalu terlihat kecil di mata ayah. Maafkan ayah"
Kata andai akan selalu menjadi kata pertama setelah penyesalan melingkup dalam dada. Rencana yang sudah kita susun begitu apiknya, dengan mudah Tuhan mengubahnya. Ishani berpikir ayahnya kesepian, ia menolak kehadiran mereka. Tapi ia mulai berpikir tak boleh egois. Sesuatu datang disaat yang tepat, setidaknya dengan begitu mereka belajar banyak hal
Maaf banget teman-teman. Alurnya lambat banget menurut author, harusnya dari awal sesuai judul dan author pakai alur maju mundur. Tapi udah terlanjur begini, author lanjutin aja. Udah terlalu jauh buat dirombak lagi. Konfliknya akan segera datang
Terima kasih ya teman-teman yang sudah mau baca🙏⚘️
ingat istri dan calon anakmu.. nanti kamu menyesal