GADIS PEMILIK LESUNG PIPI

“Lama seklai!”

“Victor! Dimana rumah si Meera itu? Kenapa lama sekali? Di pikir waktuku hanya untuk  menunggunya saja..!” kesal Rumi membentak asisten pribadinya.

“SIAP.. maaf Den, memang rumah Mbak Meera jauh dari sini dan dia tidak memiliki kendaraan pribadi untuk berangkat kesini” Ucap Victor Memberi keterangan jujurnya.

“Apa dia semiskin itu? Hanya sepedah motor juga tak punya?” Tanya heran Rumi.

“SIAP.. sepertinya iya Den, karena Bapak juga kemarin meminta Darso untuk menjemputnya kerumah, mungkin dia gak punya ongkos..” Ucap Victor sedikit nyeleneh.

“Kalo kamu sudah tau, kenpa kamu gak bilang saya?! Sudah satu jam begini dia belum juga datang itu ya keterlaluan..” ucap Rumi penuh kekesalan.

“Sudahlah, kita kembali saja ke kantor! Aku tidak ingin papa menganggap aku main-main lagi dan mencabut semua yang baru saja di kembalikan.

Victor mengikuti langkah demi langkah atasannya yang arogan itu, sesaat sebelum mereka akhirnya masuk kedalam mobil Victor terhenti langkahnya, ia melihat sosok Ameera yang baru saja turun dari sebuah motor yang di yakini adalah ojeg online.

“Den.. Itu Mbak Meera” Kata Victor.

“Terus kamu pikir saya mau menemui dia? Tidak!”Tegas Rumi menolak, ia memilih masuk kedalam mobilnya.

Victor yang bertubuh kekar berwajah garang namun berhati hello kity pun merasa kasihan jika Ameera harus sia-sia tidak bertemu dengan Rumi..

“Maaf Den, Bagaimna kalian mengobrol saja disini? Saya akan tunggu di luar” Ucap Victor sedikit bernegosiasi.

“Jika tidak begitu, akan utuh waktu lagi untuk bisa berbincang dengan Mbak Meera..” Ucap Victor.

“Lagi Pula Den-----”

“Jangan banyak omong!” Cela Rumi memotong ucapan Victor.

“Hemm.. bawa dia kesini dan kamu tunggu di luar mobil saja, jangan mencoba menguping.. atau koping dan belalaimu aku akan potong!” Ucap Rumi dengan sangat kejam membuat Victor bergegas menjalankan tugasnya.

Tak lama berselang Ameera masuk kedalam mobil itu dengan perasaan gugupnya, entah apa yang akan di ucapkan oleh Rumi, ia juga tidak tahu tentunya.

“BACA!” Rumi sedikit memberi hentakan pada tangannya ke arah Ameera sambil memegang sebuah map berwarna hijau.

Ameera merasa kesal, namun ia tidak ingin banyak berkata-kata.. dengan cepat ia mengambil map itu, membuka dan membaca beberapa lembar file yang di berikan oleh Rumi.

Ameera mengerutkan keningnya membaca beberapa poin yang justru membuatnya tercenang bingung..

“Mas Rumi… ini kamu tidak salah ya menulis ini semua?! Tanya Ameera pelan.

“Tidak!” Tegas rumi menjawab.

“Tapi, mana ada rumah tangga yang seperti ini? Dosa Mas,”

Ucap Ameera. “Maksud kamu apa? Kamu ingin membatasi pergaulan aku di luar sana? Kamu ingin mengaturku? Ohh Tidak Bisa!!” Ucap Rumi sambil meremehkan Ameera.

“Baik.. kalo begitu aku juga minta permintaan..!” Ucap Ameera tegas.

“Apa?!”

“Aku ingin bebas dalam bergaul, terutama dengan kedua sahabatku..!” pinta Ameera.

“Bacalah di poin ke tujuh, apa yang kamu ingin lakukan harus dengan izinku dan atau izin dari Victor .. jelas? Jika jelas pergilah.. banyak urusanku yang terbengakalai karena menunggu kamu yang terlalu lama..” Kesal Rumi, merasa cukup kesal Ameera akhinya memutuskan untuk keluar dan pergi meninggalkan Rumi begitu saja.

Ameera merasa sakit pada kepalanya karena terlalu lelah dalam perjalanan yang ia tempuh hampir satu setengah jam menggunakan ojeg online, biaya yang ia keluarkan juga  tidak sedikit di tambah sikap Rumi yang semakin membuatnya kesal.

“Belum menjadi suami saja sudah begini, bagaimanananti saat sudah menjadi suami..” Ucapnya menggerutu kesal. Ameera semakin lemas karena terik matahari yang cukup menyengat, di tambah polusi udara yang membuat udara semakin tak enak untuk sirkulasi udara saat itu.

Suara klakson mobil membuat Ameera menoleh ke arahnya..

“Astagfirullah, kak Argha..” Ucapnya pelan melihat mobil yang snagat ia kenal.

“Ameera, naiklah.. ayok.. sebelum aku di teriaki masa karena berhenti..” Ucap Argha berteriak dengan cukup kencang dari mobilnya.

Ameera melihat beberapa antrean mobil di belakang mobil argha, tidak ingin membuah kericuhan akirnya Ameera berlari kecil untuk masuk kedalam mobil Argha.

“Dari mana kamu? Kok sendirian? Kenapa nomer ponselku kamu block?” Tanya Argha membuat Ameera bingung menjawab segala pertanyaan dari Argha.

Ameera terdiam..

“Kenapa diam? Kamu bilang kamu janji tidak akan menjauhiku, kamu bilang kamu juga ingin berubah dan menjadi Ameera yang layak di miliki oleh Argha? Ini kok malah menghilang, kamu membiarkan aku gelisah setiap saat, membiarkan aku bersama orang yang tidak membuatku nyaman itu tidak enak, Meera..”

Entah seperti apa perasaan Argha saat ini, di pertemuannya kali ini dengan Ameera justru membuatnya mempu mengungkapkan segala isi hatinya.

Ameera tidak mampu berkata-kata, ia hanya diam sambil menikmati juga rasa sakit

berada jauh dari Argha..

Andai kamu tahu betapa tersiksanya aku, kak.. mungkin kamu tidak akan melontarkan ragam pertanyaan itu padaku.. – Batin Ameera merasakan kepedihan itu sendiri.

“Kenapa kamu diam? Tidak adakah yang ingin kamu jelaskan padaku?”

Tanya Argha lagi yang merasa belum puas jika tidak mendengar segala penjelasan Ameera.

“kak.. Aku minta maaf.. tapi aku harus katakan jujur” Ucap

Ameera dengan serius.

“katakan saja..” Ucap Argha sambil fokus mengendarai mobilnya.

“Maaf kak, akhir pekan ini aku akan menikah..” Ucap Ameera.

Seketika Argha menginjak pedal rem nya, suara klakson bersahutan menegur Argha karena mengerem mobilnya secara mendadak.

“Astagfirullah… kak..!” tubuh Ameera terhuyung maju kedepan.

Argha merasa konsentrasinya sedikit buyar mendengar ucapan Ameera kala itu, ia langsung menepikan mobilnya scara perlahan sambil menerima beberapa ucapan pedas dari pengendara lain.

“Ameera, tolong jagan membuat lelucon yang tidak lucu seperti ini..” Ucap Argha..

“Aku minta maaf, kak.. tapi ini benar adanya, aku akan

menikah dengan seseorang yang sudah di jodohkan oleh almarhum mama.. aku tidak bisa menolak, aku anggap ini sebagai salah satu baktiku terhadap beliau… dan untuk kak Argha, kaka juga bisa membahagiakan mama kaka dengan menikahi pilihan mama kaka, pasti ibu kaka akan senang..” ucap Ameera menahan tangisnya.

“Aku tidak mencintai dia, aku hanya mencintai kamu..” Ucap Argha di rasa sangat sakit ucapannya itu.

“Aku tahu, dan aku juga merasakan hal itu.. tapi aku mencoba menyakinkan diriku, belajar mencintai saja itu hal yang aku rasa paling mudah untuk aku lakukan demi kebahagiaan..” Ucap Ameera semakin membawa luka pada hati Argha.

“Meer. Apa kita tidak bisa sama-sama berjuang.. kita bisa yakinkan mamaku bersama..” Ucap Argha.

“Maaf Kak, aku rasa itu hanya akan membawa masalah baru.. aku tidak mau..” Ucap Ameera.

“Kak aku pamit saja, aku naik angkutan umum saja ya.. terimakasih..” Ameera bergegas membuka pintu mobil itu sambil menahan tangisnya.

“Ameera..tungguu, Meerrrrr” Teriak Argha mencoba menahan kepergian Ameera namun nampaknya sangat sia-sia, Ameera bergegas pergi dan langsung masuk kedalam angkutan umun yang tengah berhenti persis di belakang mobil Argha.

Maafkan aku, kak Argha.. sejujurnya aku masih sangat mencintai dirimu, masih sangat ingin berada di sampingmu..

Ammera membatin penuh kepedihan dalam hatinya..

*

*

Haii Terimakasih sudah manbeca Karyaku..

Salam Cintaku,

Mei..❤️