NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Diselingkuhi

Jodoh Setelah Diselingkuhi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

"Aku mau kita putus!!"

Anggita Maharani, hidup menjadi anak kesayangan semata wayang sang ayah, tiba-tiba diberi sebuah misi gila. Ditemani oleh karyawan kantor yang seumuran, hidupnya jadi di pinggir jalan.

Dalam keadaan lubuk hati yang tengah patah, Anggita justru bertemu dua laki-laki asing setelah diputuskan pacarnya. Jika pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, kalau ini malah tak kenal tapi berujung perjodohan.

Dari benci bisa jadi tetap benci. Tapi, kalau jadi kekasih bayaran ... Akan tetap pura-pura atau malah beneran jatuh cinta?

Jangan lupa follow kalau suka dengan cerita ini yaa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JSD BAB 20

Anggara memutuskan untuk pulang tak seperti biasanya yang sampai malam hari hanya karena ada asisten pribadi baru. Dikendarai oleh Ragil, mobil mewahnya sampai di pelataran rumah. Seorang asisten bernama Elvino Prasetya mengendarai motor sendiri dan parkir tepat di belakang mobil Anggara.

Ragil pun turun lebih dulu dan membukakan pintu mobil untuk Anggara. "Silahkan, Pak."

Usai keluar, Anggara menoleh ke belakang. "Vino, mari masuk ke rumah saya," ajaknya.

"Baik, Pak. Terima kasih."

Elvino Prasetya, laki-laki yang mengaku berusia 23 tahun itu mulai melangkah mengikuti jejak Anggara masuk ke rumah.

"Bawa tas saya ke dalam, setelah itu Pak Ragil ke sini lagi ya. Saya mau bicara," perintah Anggara.

Ragil mengangguk sambil menerima tas kerja milik Anggara. "Baik, Pak. Permisi."

"Vino, silakan kamu duduk. Jangan sungkan, ya. Anggap saja seperti di rumah sendiri, tapi tetap menjaga sikap. Karena saya tidak suka memiliki asisten yang suka bertindak seenaknya."

Di dalam ruang tamu dengan sofa mewah dan empuk Vino mendaratkan bokongnya. Tubuhnya tetap tegak karena ia menghormati sang pemilik rumah sekaligus bos.

"Sebelumnya kamu pernah bekerja di mana, Elvino? Oh iya, kamu biasa dipanggil apa?"

"Sebelumnya saya belum pernah bekerja menjadi asisten seperti ini, Pak. Namun, saya pernah bekerja sebagai orang suruhan."

Tepat saat Vino menjawab pertanyaan itu. Bersamaan pula dengan kedatangan Ragil yang ikut duduk. "Orang suruhan? Apa kerjaan kamu itu halal?" tanya Anggara sedikit curiga.

Sedangkan Pak Ragil sejak awal duduk terus memperhatikan Elvino. "Halal, Pak. Karena saya juga tidak melakukan tindakan kekerasan atau hal-hal berbahaya," jawab Elvino.

"Maaf, Mas Elvino. Saya ingin bertanya, apakah boleh?" Bukan Anggara, melainkan Pak Ragil yang mengajukan pertanyaan secara tiba-tiba.

Vino sontak menatap ke Pak Ragil. Matanya terlihat dingin, itu yang dirasakan oleh asisten utama dan tangan kanan Anggara bernama Ragil.

"Boleh,"

"Mengapa Mas Vino ingin bekerja dengan Pak Anggara?"

••••••

Hari yang mulai petang kondisi jalanan masih ramai, Shinta ketakutan bukan main ketika melihat Ridho berdiri di depannya berusaha menjaga dari tiga preman.

Meski sebenarnya Shinta memiliki sedikit nyali untuk melawan, tapi jika berurusan dengan benda tajam, Shinta takut.

"Romantis banget kalian, kayaknya seru gak sih kalau kita keroyok?" Orang itu tak lain adalah Regar.

Dan dua orang di sebelahnya tentu Nino serta Bayu. Di saat kondisi sedang waspada, Ridho tak menyangka jika tiga temannya berani seperti itu.

"Lo gak usah cari gara-gara! Atau lo bertiga mau gue habisi sekarang!?" sentak Ridho sampai membuat Shinta semakin takut.

"Rid, udah ... Mending kita jauhin mereka. Mereka bawa benda tajam loh, gue takut ada apa-apa nanti gimana."

"Lo di belakang gue aja, gak usah takut karena gue akan terus jagain lo."

Regar tersenyum tipis saat melihat Ridho bersikap seperti Widi terhadap Anggita. Sedangkan Nino dan Bayu, tanpa lama langsung menghajar Ridho habis-habisan.

Shinta mundur dengan cepat. Tak ingin ketakutan sendiri, perempuan itu teringat Widi. Buru-buru ia menghubungi Widi sekaligus Anggita.

"Halo, Wid! Tolongin, ini Ridho dikeroyok sama tiga preman! Gue takut, gue gak mau ngeliat Ridho dikeroyok gini."

Di lokasi yang lumayan jauh, Widi menanggapi kekhawatiran Shinta dengan ucapannya. "Oke, lo jangan diem aja. Preman tiga kan? Itu pasti tiga temen gue, lo gak usah mikirin Ridho. Lo kabur sekarang! Cari tempat aman, kalau gak lo sembunyi di sebuah lapak. Ada lapak yang sore ini sepi."

Shinta memegang ponsel di samping telinganya sambil celingukan gelisah. "Lapak apa? Hah? Lapak mana, Wid ... Gue udah tremor banget ini, masalahnya mereka bawa sajam ...."

"Ini gue udah jalan ke sana, lo nyebrang jalan tapi hati-hati karena ramai. Lapak orang pada kumpul, biasanya buat main burung dara. Lo ke sana aja, ada gubugnya!"

"Anjir, gue mana ngerti, Wid! Gue gak berani kalau jalanan aja se-ramai ini. Gue lewat mana?"

"Udah, lo noleh ke sisi kanan. Ada jembatan gak?" tanya Widi, suaranya bercampur dengan keadaannya yang menaiki motor berangkat menyusul Shinta.

"Hah? Oh, jembatan itu ya? Oke, terus gimana?"

"Kolong jembatan itu ada bagian daratannya. Gak kena air kok, lo bisa lari ke sana!"

Setelah perintah tegas dari Widi, sambungan telepon seketika terputus secara sepihak. Shinta sekilas menatap Ridho yang nyaris kewalahan, tapi posisi dirinya juga terancam.

Tidak ada pilihan lain, Shinta secepat kilat meraih tasnya lalu berlari sekencang mungkin ke arah sisi kanan gubug es dawetnya.

••••

"Bu, Mas Widi ribut sama siapa lagi, ya? Soalnya tadi Shinta katanya nelpon dan kondisi lagi gawat," ucap Anggita berulangkali bolak-balik seraya menggigit jari telunjuknya.

Sarah keluar dari kamarnya berjalan menghampiri sang menantu. Tangan dengan kulit yang telah keriput menyentuh bahu sebelah kanan Anggita. Memberikan ketenangan walau itu tak sepenuhnya.

"Kamu jangan khawatir, ya, Nak. Widi dan mereka berdua pasti baik-baik saja. Yang terpenting kamu jangan lari ke mana-mana ya. Karena posisi kamu sedang dicari oleh musuhnya Widi," tutur Sarah lembut.

Anggita menoleh pelan. Menatap mata Sarah yang berusaha menguatkan. Padahal jelas Gita merasakan bahwa mertuanya juga mengkhawatirkan anaknya sendiri.

"Kenapa semuanya harus kayak gini sih, Bu?" tanya Gita lirih.

"Sabar ya, Nak. Semua pasti akan ada jalan keluarnya. Apa pun caranya nanti."

Kembali di rumah mewah milik Anggara, Pak Ragil masih menunggu jawaban dari Elvino yang sedari tadi diam. Tak memberi kata apa pun.

"Saya hanya ingin bekerja dan mencari pengalaman baru, Pak."

Kalimat yang dilontarkan oleh Vino membuat Pak Anggara dan Pak Ragil menarik napas. Bukan lelah, mereka hanya merasa alasan itu tidaklah seperti para asisten yang lain saat pertama kali ditanyakan.

"Baik, kalau begitu kamu sudah bisa kerja tapi besok. Dan untuk tugas kamu adalah mengantar jemput anak saya yang bernama Anggita Maharani."

Lagi dan lagi, Ragil menatap Anggara dengan raut yang tampaknya tidak begitu setuju. Lalu, asisten paling utama di keluarga Anggara tersebut juga memperhatikan Elvino.

"Terima kasih, Pak. Dan terima kasih juga untuk Pak Ragil atas bantuannya. Semoga kami bisa bekerja dengan baik dan menjadi teman kerja yang profesional," ujar Elvino.

Ragil kembali melirik Vino setelah apa yang diucapkannya. "Non Gita harus diberitahu. Dia harus berhati-hati dengan supir baru ini. Aku akan selalu jaga Non Anggita, dan sepertinya Mas Widi juga perlu tahu tentang ini." Itulah suara hati Ragil.

1
Lonafx
kacau banget cwok kayak Arya, gak modal😅

hai kak, aku mampir, cerita kakak bagus💐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!