Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Kamu Berada Dalam Perintah Saya!
Mobil Excel sudah tiba di depan pintu gerbang. Zinni segera menuruni mobil, meskipun awalnya Excel yang akan membuka kunci gembok pagar rumah.
Zinni membuka pagar rumah lebar-lebar, agar Excel bisa segera memasuki rumah.
"Zinni, mengenai ciuman pipi tadi di rumah teman saya, saya harap tidak kamu anggap serius. Anggap saja ini sebagian dari pekerjaan kamu," ujar Excel setelah mereka sudah berada di dalam rumah.
"Saya paham, Pak. Kan Pak Excel sudah menjelaskan dari awal. Oh, iya. Mengenai bajunya, nanti akan saya kembalikan sama Pak Excel setelah saya cuci dulu. Takutnya bau," balas Zinni menunduk.
"Kenapa harus dikembalikan? Baju itu untuk kamu. Lagian kalau dikembalikan, memangnya baju itu untuk siapa, tidak akan ada yang memakai lagi?" tukas Excel menatap Zinni sekilas.
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi," balas Zinni seraya membalikkan badan lalu pergi.
"Zinni." Excel memanggil. Zinni menahan langkahnya tanpa membalikkan badan. "Terimakasih untuk malam ini," ucap Excel.
"Iya, Pak, sama-sama," sahut Zinni seraya berlalu meninggalkan Excel di ruang tengah.
Zinni masuk ke dalam kamarnya. Setelah pintu kamar ditutup, Zinni berdiri di balik pintu, ada hati yang terasa hampa dengan sikap Excel yang langsung berubah ketika di dalam rumah. Beda ketika di luar rumah, pada saat tadi di pesta ulang tahun salah satu temannya, sikap Excel hangat dan kadang terlihat mesra.
Zinni menghampiri ranjang, lalu menduduki bibir ranjang, dia termenung di sana. Ciuman Excel pipinya tadi saat menerima hukuman, masih terbayang jelas di pelupuk matanya. Kecupan itu hangat, sentuhan jemari Excel juga begitu hangat dan penuh gairah.
"Apa ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama pada pria dewasa?" ujarnya lirih. Bahkan ciuman di pipi tadi merupakan ciuman pertama dari pria dewasa. Meskipun sebelumnya Zinni pernah pacaran saat SMA dulu, akan tetapi Zinni belum pernah dicium pacar yang masih dianggap cinta monyetnya itu.
Ciuman tadi merupakan ciuman pertama dari Excel, pria dewasa yang selalu hangat apabila melakukan sandiwara di depan mantan istri sirinya.
"Sadar Zinni, kamu itu hanya kekasih palsu persis yang dikatakan perempuan bernama Erni tadi," gumamnya menyadarkan diri sendiri.
Zinni berdiri lalu melihat dirinya di cermin, ia pandangi wajah dan tubuh langsingnya itu. Meskipun kulitnya tidak terlihat putih, tapi Zinni merasa dia tidak terlalu jelek.
"Apa Pak Excel tidak tertarik sama aku?" gumamnya bertanya di hadapan cermin.
"Huss, bodoh kamu Zinni, kenapa malah berpikiran begitu? Kamu ini hanyalah kerja pada Pak Excel, jangan berharap lebih," cegahnya pada diri sendiri.
"Ya ampun, kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkan Pak Excel. Pak Excel yang tampan, wangi, jutek, kadang perhatian, kadang romantis walaupun hanya pada saat bersandiwara. Tapi,aku suka," gumamnya lagi meracau persis orang gila.
"Ya ampun, waras Zinni. Waras." Zinni menonjor kepalanya sendiri sebagai bentuk menyadarkan dirinya yang sudah kelewatan berkhayal.
"Pak Excel tidak mungkin membuang waktu mencintai gadis sederhana seperti aku."
Zinni membuka gaunnya yang masih melekat di tubuh, dia tidak ingin kembali memikirkan perasaannya terhadap Excel. Sebab, dirinya di mata Excel hanyalah seorang pembantu.
Pagi menjelang, Zinni kembali berkutat di dapur. Kali ini dia menyiapkan sarapan ala barat, yakni roti isi selai.
Secangkir air putih hangat dan dan dua potong roti isi selai sudah terhidang di atas sebuah piring keramik.
Excel pun sudah terlihat dengan menggunakan PDL nya. Pinggangnya sudah bersangkur belati. Excel membuat Zinni terkagum-kagum. Entah kenapa pria dewasa dan mapan berkharisma itu, membuat Zinni merasa jatuh cinta.
"Ya ampun Pak Excel gagah dan tampan banget. Coba kalau aku bisa kesampaian menikah dengan anggota, kayaknya keren," gumam Zinni dalam hati.
"Zinni, ini sarapan saya?" Excel menatap kearah Zinni yang menatap ke arahnya.
"Zinni," tegur Exel menyadarkan Zinni yang terkagum.
"Ya ampun, jangan katakan kamu sedang mengagumi saya," tukasnya mengingatkan.
"Baik, Pak. Euhhh, tadi Pak Excel mau katakan apa, saya lupa?" gugupnya. Sejenak Excel berdecak kesel.
"Di piring ini sarapan saya?"
"Iya, Pak," jawab Zinni sembari membalikkan badan.
"Zinni, kenapa kamu pergi?" tahan Excel.
Zinni menahan langkahnya. "Maaf, Pak, saya mau ke belakang dulu, mau nyapu halaman bunga belakang," alasannya.
"Biarkanlah dulu itu, temani saya sarapan."
"Tapi, Pak."
"Sudahlah, kamu berada dalam perintah saya. Anggap saja ini bagian dari pekerjaan kamu," tekan Excel. Terpaksa Zinni kembali dan menduduki kursi berhadapan dengan Excel. Mereka sarapan pagi bersama tanpa sepatah kata dari bibir Zinni.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan