Fracture Luigi von Rosario, atau yang lebih dikenal dengan nama Frac, merupakan seorang pemuda yang dibesarkan dalam sebuah keluarga bangsawan pihak ibunya yang keras dan dingin, keluarga Rosario. Di sepanjang hidupnya, Frac merasa ada sesuatu yang salah di dalam dirinya—kekuatan aneh yang muncul saat emosinya sedang tidak stabil, mimpi-mimpi aneh yang terus berulang seperti sebuah memori yang menghantui. Frac akhirnya mengetahui sebuah kebenaran saat dirinya berulang tahun yang ke-21. Karena muak dengan segala konflik di dalam keluarga Rosario dan kebenaran akan dirinya sendiri, Frac melarikan diri dari dunia bangsawan. Dalam pelariannya, dia bertemu dengan seorang wanita Elf, pewaris Hutan Suci Priestess Elsie, Araya Khavira Lizie. Penasaran dengan kisah lengkapnya? Ikuti terus cerita novel Hidden.
Novel ini menciptakan nuansa hangat, konflik dingin antara politik dan keluarga, romansa fantasi menyentuh sekaligus gelap, serta beberapa hal yang tidak cocok untuk anak di bawah umur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon иⱥиⱥツ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(19) - Kembali Dengan Selamat
Saat melihat sosok Gadis Elf itu, Frac merasa sangat hangat. Detak jantungnya berdentum keras, mengguncang seluruh dunia ilusi itu. Dia mengepalkan jemarinya. Dia merasa ada sesuatu yang tumbuh di dalam dirinya, membuatnya tegas dan merasa sangat hidup.
Frac perlahan berdiri. Dia menatap datar ke arah Marigold dengan sisa genangan air mata di pelupuk matanya. "Kau bukan ibuku!"
Sosok ilusi Marigold perlahan retak, tapi semuanya belum berakhir. Sosok ilusi Marigold yang retak tersenyum dan berubah menjadi sosok Raya yang berlumaran darah. Dia bergerak menjauh dan berlutut di atas sebuah altar dengan pedang yang menancap menembus jantungnya. Ada suara yang menggema dari seluruh penjuru. "Inilah akibat jika kalian melawan jalan takdir yang sudah ditentukan. Kalian akan menghancurkan satu sama lain. Salah satu dari kalian akan terbunuh."
"Cukup!" Frac berteriak marah. Dia mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku jemarinya memutih. "Kau salah memilih lawan. Jika benar di masa depan kami akan menghancurkan satu sama lain, Semesta tidak akan mempertemukan kami berdua."
Frac tiba-tiba saja tercebur ke dalam air. Dia membiarkan dirinya tenggelam, yang kemudian perlahan-lahan mengambang ke permukaan. Saat dia membuka matanya, dia sudah mengapung di atas kolam Mata Air Suci Quochre. Napasnya memburu. Yang tadi itu sangat menegangkan! serunya di dalam hati.
Setelah berhasil mengalahkan ilusi dari Silvervix, tubuhnya yang mengapung di atas air terasa sangat rileks. Pikirannya terus dipenuhi oleh wajah Raya yang tersenyum. Pandangan matanya menembus langit yang mulai diwarnai cahaya jingga senja. Ternyata seperti ini perasaan Ayah di mimpi-mimpiku. Aku mengira bahwa dia sedang melebih-lebihkan, batinnya.
Tiba-tiba saja tubuh Frac terangkat dari air, kemudian dia meluncur jatuh ke dalam kolam. Untungnya dia sudah menarik napas panjang. Saat dia berada di dalam kolam, dia bisa melihat dengan sosok ular bening bermata tiga, Silvervix. Pemuda itu tidak panik, dia hanya menatap makhluk itu dalam diam sembari membiarkan tubuhnya perlahan-lahan mengambang lagi ke atas. Saat tubuhnya sudah berada di permukaan, dia langsung membalikkan badannya, terlentang, dan menarik napas panjang.
"Kau mirip sekali dengan seseorang yang kukenal," kata Silvervix dari dalam air. Suaranya menggema.
"Siapa? Spirus Imperial?" tanya Frac.
"Kau ternyata tahu tentang Ayahmu," ucap Silvervix. "Dia lebih santai dari dirimu. Tapi, karena kau sudah berhasil melewati semua tantangan yang kuberikan, maka aku akan memberikan berkat penyucian dari Semesta kepadamu."
Silvervix menyentuh kening Frac dengan ekornya. Ada cahaya yang muncul saat makhluk magis itu memberkati Frac, "Aku, Silvervix, sebagai saksi dari sejarah yang terus berganti dan penjaga Mata Air Suci Quochre, memberkati Fracture Luigi von Rosario Imperial, untuk memudahkan jalannya menikahi pewaris tunggal dari Hutan Suci Priestess Elsie. Semoga kalian saling menjaga satu sama lain, baik dalam suka maupun duka. Semoga kalian berbahagia di sepanjang hidup kalian."
Setelah memberi berkat, Silvervix perlahan mundur dan menghilang di dasar kolam, meninggalkan Frac di dalam keheningan dan kolam yang kini dipenuhi oleh cahaya kunang-kunang, serta langit yang mulai menggelap.
Frac berenang menuju daratan ketika dia sudah merasa tidak capek. Dia mengambil air dari air terjun yang mengalir di sana menggunakan wadah dari bambu. Dia akan memberikan air itu kepada Raya.
Semuanya telah selesai, misi Frac juga sudah selesai. Dia mengucapkan satu hal sebelum pergi, "Terima kasih karena sudah memberikan berkatmu."
Saat Frac kembali ke depan gerbang dari batu magma hitam, Yurai masih menunggu di sana. Raut wajahnya sangat khawatir, tapi langsung lega ketika melihat pemuda itu berjalan mendekat.
"Kau berhasil," Yurai berbisik lega.
Frac hanya mengangguk kecil. Mereka pun pergi dari sana.
Malam itu, langit benar-benar cerah. Bulan purnama dan bintang-bintang menggantung tinggi di atas langit, mengirimkan cahaya mereka ke seluruh penjuru wilayah Ochre. Angin sepoi-sepoi juga berhembus lembut, membawa bisikan gemersik dedaunan yang bergoyang dan aroma dari bunga-bunga teratai biru yang sedang bermekaran.
Di dalam Paviliun Biru, Raya terduduk di bingkai jendela yang menghadap ke kolam teratai biru dan menunggu kedatangan Frac. Tadi, Nila sudah memberitahunya kalau pemuda itu sedang melakukan penyucian di Mata Air Suci Quochre. Dia hanya merasa sedikit khawatir.
Walaupun Raya baru saja bertemu dengan Frac selama 3 hari, entah kenapa dia merasa sangat familiar dengan pemuda itu, seolah mereka adalah teman lama.
Raya menatap ke arah bulan yang bersinar terang. Bulan purnama, sepertinya Semesta sangat merestui hubungan ini, batinnya.
Gaun putih keunguan yang dikenakan olehnya dan rambut hijaunya yang terurai berkibar tertiup angin sepoi-sepoi. Musim panas yang indah seakan menjadi saksi dari perasaan seorang Araya Khavira Lizie kepada Fracture Luigi von Rosario Imperial.
Tak lama setelah Raya meratapi perasaan rindunya terhadap Frac, telinganya yang panjang menangkap suara pemuda itu di kejauhan. Saat dia berdiri dan berjalan ke arah pintu paviliun untuk membukanya, pintu paviliun itu dibuka dari luar, menyisakan wajah Frac, Nila, dan Yurai yang sedang bercengkrama.
Raya sedikit kaget, akan tetapi di wajahnya tampak jelas kelegaan karena Frac pulang dengan selamat, tanpa luka sedikit pun.
"Selamat malam, Nona," goda Frac sembari mengedipkan satu matanya. "Apakah kau merindukanku?"
Raya langsung merinding seketika. Dia buru-buru menutup pintu paviliun yang tadinya terbuka. Ada apa dengan anak itu? Apakah kepalanya terbentur saat berada di tempat Mata Air Suci tadi? batinnya.
Di luar, Nila dan Yurai berusaha menahan tawanya. Sebenarnya, itu adalah usulan mereka untuk bersikap lebih manis kepada Raya, tapi mereka sendiri juga tidak menyangka kalau si Gadis Elf akan bersikap tidak nyaman.
Frac langsung memasang wajah cemberut. Dia melirik sinis ke arah dua orang yang sedang menahan tawa, lalu menghela napas panjang. Dia tidak seharusnya mendengarkan usulan aneh itu.
Kali ini, pintu paviliun dibuka dari dalam. Raya keluar setelah menenangkan diri dari 'serangan' Frac yang tiba-tiba. Dia tidak membenci godaan itu, dia hanya tidak terbiasa dan hanya menganggap sikap Frac sedikit aneh. Dia tahu itu pasti merupakan usulan dari kakak-beradik Wahyu Bay.
"Untukmu," kata Frac sambil menyodorkan wadah bambu yang berisi air dari Mata Air Suci Quochre. Setelah menyerahkannya kepada Raya, dia langsung masuk ke dalam paviliun.
Sementara itu, Raya mematung di depan pintu, dengan tangan yang memegang pemberian dari Frac, sambil memicingkan mata ke arah Nila dan Yurai.
"Apa yang sudah kalian berdua usulkan?" tanya Raya menginterogasi.
"Tidak ada!" jawab Nila.
"Kami hanya mengusulkan kepada Tuan Muda Imperial untuk tidak terlalu kaku. Tapi, kami tidak menyangka kalau kamu tidak menyukainya," ujar Yurai sambil terkekeh kecil.
Raya menggelengkan kepalanya. "Jangan usulkan hal aneh lagi. Aku lebih suka sikap dia yang natural. Jikalau pun dia ingin memperlakukanku dengan manis, aku yakin dia punya caranya sendiri. Dan, kalian berdua, aku akan menghukum kalian jika kalian melakukannya lagi. Apa kalian paham?"