Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.
* 4 tahun berlalu.*
Rey sudah hampir gila setelah empat tahun lamanya tidak bisa menemukan Aisha. Bahkan sedikit kabar tentang Aisha pun tidak ia dapatkan sama sekali. Sebenarnya dimana Aisha bersembunyi? Atau apakah benar Aisha memang sudah tidak ada di dunia ini?
Kenapa rasanya Ia tidak percaya saat semua orang menyebut bahwa Aisha sudah tidak ada lagi? Kenapa ia masih memiliki keyakinan bahwa Aisha masih hidup dan sedang menjalani hidupnya yang baru?
Rey hanya bisa menghela nafas panjang setelah beberapa kali gagal menemukan Aisha. Padahal ia sudah mencari kemana pun ia bisa mencarinya, namun hasilnya selalu nihil dan membuat Rey semakin stres dibuatnya.
"Ayah, Rafka lihat ibu." Ucap Rafka yang kini sudah berusia empat tahun lebih beberapa bulan. Rey sedang pergi bersama Rafka mengendarai mobil untuk mencari hiburan.
"Ayah tahu kamu sangat ingin bertemu dengan ibu. Tapi, bukan berarti harus menyebut sembarang orang dengan sebutan ibumu." Kata Rey. Rafka sudah beberapa kali menyebut banyak wanita sebagai ibunya.
"Tapi, kali ini pasti benaran ibu." Jawab Rafka.
"Rafka, jangan membuat ayah malu! Ibumu mungkin tidak akan senang mendengarnya." Kata Rey.
"Tapi, tadi benaran ibu. Ibu pakai masker, berambut panjang dan sedang berjalan di trotoar." Ucap Rey.
"Orang lain juga bisa seperti itu, Rafka." Kata Rey.
"Ibu punya tanda lahir yang besar di tangan kanannya kan?"
Rey mengerem kendaraannya dengan mendadak. Darimana Rafka bisa tahu? Sebelumnya ia tidak pernah menunjukkan hal itu pada Rafka.
"Dimana kamu melihatnya?" Tanya Rey.
"Di dekat supermarket." Jawab Rafka.
Rey segera putar balik dan menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh Rafka. Semoga saja itu memang Aisha. Semoga kali ini Rafka tidak salah lagi mengenali orang. Dalam hati Rey terus berdoa agar pencariannya selama ini segera berakhir dengan sebuah pertemuan kembali Antara dirinya dengan Aisha.
Rey sampai di tempat dimana Rafka tunjuk. Ternyata tidak ada siapa-siapa disana. Hanya ada beberapa pegawai supermarket yang sedang berlalu lalang saling bertukar sif kerja siang itu.
"Dimana? Mana ibu Rafka?" Tanya Rey. Anak itu tampak bingung dan menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tadi ibu berdiri di sana." jawab Rafka sambil menunjuk tiang lampu penerangan jalan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Tapi, Dimana dia sekarang? Apa kamu sengaja melakukan ini?" Tanya Rey. Rafka menggelengkan kepalanya cepat
"Aku benar-benar lihat. Itu adalah ibu." Jawab Rafka.
"Rafka, kita pulang saja. Jika itu benar-benar ibu, pasti dia akan datang menemuimu." Kata Rey.
"Tapi, kapan ibu pulang? Aku ingin bertemu ibu." Kata Rafka mulai merengek.
"Nanti pasti pulang." Jawab Rey.
Dengan sedikit bujukan, Rafka yang selama ini merupakan anak penurut pun akhirnya mau diajak pulang oleh Rey. Sebenarnya sejak awal Rey memang berharap orang yang dilihat Rafka benar-benar Aisha. Sekarang ia jadi kecewa seperti Rafka.
......
"Bibi. Aku tadi melihat ibu." Ujar Rafka sambil berlari menghampiri Art sekaligus pengasuhnya.
"Benarkah? Dimana?" Tanya Wanita tua itu.
"Di dekat supermarket. Tapi, ibu tidak ada lagi saat kami datang untuk melihatnya." Kata Rafka.
"Oh, mungkin itu seseorang yang kebetulan mirip sama ibumu. Jika itu ibumu, dia tidak akan pergi saat tahu Rafka mencarinya. Ibumu sangat menyayangimu." Kata wanita itu lagi.
"Tapi, tadi benar-benar ibu." Ujar Rafka tetap pada pendiriannya.
"Ya sudah, Rafka tunggu saja di kamar sambil beristirahat, ibu pasti akan datang menemui Rafka." Kata wanita itu.
Rafka menganggukkan kepalanya dan berlari menuju ke kamarnya, ia tidak sabar menunggu Aisha datang untuk memeluknya. Selamanya, meskipun itu membutuhkan waktu selamanya untuk menunggu, Rafka akan tetap menunggu hari itu tiba.
"Tuan, apakah benar yang dikatakan tuan muda kecil?" Tanya wanita itu pada Rey.
"Entahlah. Saya juga tidak tahu. Rafka yang melihatnya. Saya tidak melihatnya." Jawab Rey.
"Lalu, apa rencana tuan? Tuan muda kecil tidak akan tinggal diam begitu saja. Dia pasti akan terus menanyakan nyonya Aisha." Kata Wanita itu lagi.
"Mungkin saya harus mencari seseorang yang benar-benar mirip dengan Aisha untuk dijadikan teman Rafka." Kata Rey.
"Orang yang mirip dengan nyonya? Itu pasti sangat sulit." Kata wanita tua itu lagi.
"Harus dicoba dulu. Aisha memang tidak ada duanya. Tapi pasti ada jalan untuk membuat Rafka senang." Kata Rey.
"Baiklah, tuan. Saya pergi ke dapur dulu untuk membuat makan siang." Ucap wanita itu.
"Ya, bi." Jawab Rey kemudian pergi ke kamarnya.
Di dalam kamar, Rey masih penasaran dengan apa yang dilihat Rafka. Apakah benar Aisha? Jika ia kenapa tidak langsung pulang dan menemuinya? Kenapa harus menghindar? Apa karena sikapnya terakhir kali pada Aisha yang membuat Aisha enggan kembali? Aisha sangat menyayangi Rafka, mana mungkin akan meninggalkan Rafka begitu saja tanpa peduli dengan anak yang ia rawat sejak bayi.
Tapi, jika itu bukan Aisha, kenapa kata Rafka ia memiliki tanda lahir yang sama dengan Aisha?
"Sebenarnya dimana kamu? Kenapa tidak pulang juga?" Gumam Rey sambil menatap foto pernikahannya dengan Aisha yang dulu pernah diganti dengan foto pernikahan nya dengan Rena.
Rena.
Mengingat nama itu, membuat Rey merasa kesal. Bahkan sampai sekarang, Rey masih saja melihat tampang wanita itu bersama ibunya. Kenapa wanita itu tidak pergi sejauh mungkin agar Rey tidak kesal hanya karena tidak sengaja melihatnya?
Bahkan apapun yang ada di dalam rumah yang berkaitan dengan Rena pun tak luput dari pengawasan Rey, Rey membuang semuanya. Hanya ada peninggalan Aisha yang masih tertata rapi, termasuk pakaian dan juga barang-barang sederhana milik Aisha yang ada di dalam kamarnya.
"Besok, adalah hari ulangtahun pernikahan kita. Apa kamu tidak ingin pulang dan merayakannya?" Gumam Rey lagi. Ia menatap wajah polos Aisha waktu itu, wajah polos yang tertutup make up pengantin. Sangat cantik dan natural. Andai ia tidak bodoh waktu itu, sampai sekarang wanita cantik itu pasti masih dalam pelukannya.
"Ayah." Panggil Rafka setelah beberapa saat Rey melamun menatap foto dirinya bersama Aisha. Rey menoleh dan mendapati Rafka sedang berdiri di pintu kamar.
"Ada apa?" Tanya Rey membuka kedua tangannya untuk menerima pelukan dari putranya.
"Ayah jangan bersedih lagi ya? Ibu pasti akan pulang. Jangan khawatir! Ibu sangat mencintai Rafka, dia tidak akan melupakan Rafka." Kata Rafka.
"Ya, ayah percaya. Ayah tidak bersedih. Hanya tidak sabar saja menunggu ibumu pulang." Jawab Rey.
"Ya, mulai sekarang, ayah jangan bersedih lagi. Rafka tidak bersedih. Kata bibi jika Rafka jadi anak yang baik, ibu pasti pulang. Mulai sekarang, Rafka mau jadi anak yang lebih baik lagi, buat ibu bangga." Kata Rafka.
"Benar, ayah saja sudah bangga padamu. Apalagi ibumu." Kata Rey memberikan semangat pada putranya. Ia mendekap tubuh Rafka seakan ia merasa takut kehilangan Rafka sama seperti saat ia kehilangan Aisha. Rasanya sangat menyakitkan, bahkan ia tidak sanggup meskipun hanya membayangkannya saja.
.......
Bersambung ....