Elara Vienne menyadari dirinya masuk ke dalam novel yang baru-baru ini ia baca. Tapi kenapa justru menjadi tokoh antagonis sampingan? Tokoh yang bahkan tidak bertahan lebih dari lima bab dalam cerita.
Tokoh antagonis ini benar-benar menyedihkan—tidak diakui oleh keluarga aslinya, dibenci oleh netizen, dan bahkan pacarnya direbut oleh sang putri asli.
Ketika bangun dia bahkan sudah kehilangan kesuciannya, sungguh Elara sangat terkejut. tapi kenapa laki-laki ini begitu mencintainya?
Let’s start the story.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly-Ra?, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Setelan jas hitam membalut tubuhnya yang tegap, memancarkan aura misterius dan karisma dingin, di meja marmer kecil terdapat papan catur yang tengah dimainkan. Tangan kirinya memegang segelas wine, sementara yang lain menggeser bidak kuda yang terbuat dari logam perak.
Senyum tipis terpancar di wajahnya, lalu berkata penuh arti dengan pria didepan yang sebagai lawannya, "Aku sudah sejauh ini, bukan sekadar untuk memenangkan permainan catur."
Aksen bahasa Inggrisnya begitu enak didengar, sulit dipercaya dia bukan orang asli kota ini. Dengan perhitungan yang matang. Dia menatap lawannya tajam, dan menempatkan bidaknya sesuai institusi.
"Tapi untuk mengingatkan, siapa yang benar-benar mengendalikan papan ini."
Tidak membutuhkan waktu lama ada teriakan frustasi dari lawannya, penuh kemarahan dan ketakutan. dia mengangkat alisnya sedikit, menyunggingkan senyuman tipis yang nyaris tidak terlihat. Lalu menyesapi wine dari gelas kristal yang berada ditangan kirinya.
Matanya beralih menatap ponsel yang menyala diatas meja, sulit dimengerti jika pria tenang, dingin dan misterius ini memperhatikan acara seperti ini. Dilayar ponselnya menampilkan variety show yang bernama kabin cinta.
Dalam bayangan gelapnya, terdapat senyuman licik ketika pria yang berada dalam program terlihat didepan matanya. mata penuh perhitungan itu membuat keputusan setiap saat. Seakan satu langkah salah bisa menghancurkan segalanya.
Dia tidak menonton, tapi mengamati gerakannya, seakan menunggu momen tepat untuk menghancurkan.
Jika ada Elara disini, dia pasti akan menampilkan wajah terkejut. Karena karakter ini adalah protagonis utama dalam novel yang akan jadi lawan Arkan.
Leonard Evan Pramudita, Kakaknya Niko Pramudita.
**
"Emang benar-benar gak sibuk, kamu ikut acara ini?" tanya Keenan kesekian kali kepada adiknya.
Jika pertanyaan tadi dibawah hanya untuk bercanda, tapi kali ini Keenan serius. Daffa yang melihat itu menatap kakaknya serius.
Daffa lalu membuka mulutnya guna menjelaskan, "Sebenarnya aku kesini karena khawatir sama Ayla. Makanya aku datang."
"Emang apa yang perlu dikhawatirkan?" Keenan membuat ekspresi heran.
"Khawatir Ayla bakal dijebak oleh Elara."
Alis Keenan terangkat satu, dia samar-samar pernah mendengar kalau Elara selalu memarahi Ayla, tapi karena dia terlalu sibuk. Dia tidak mau mengambil pusing apapun.
"Sebenarnya aku heran sama kamu Daffa," pernyataan itu berhasil membuat Daffa mengerutkan alisnya, menatap bingung kearah kakaknya.
"Yang kamu khawatirkan itu Ayla atau Elara? Atau kamu gak suka dua-duanya? kamu cuman suka identitasnya? walaupun keluarga mereka terbilang biasa saja, tapi ada manfaatnya kan?"
Sebagai kakaknya, Keenan mengetahui pikiran halus adiknya. walaupun dia tidak pernah peduli bagaimana Daffa bisa mendapatkan posisi ini. Tapi terkadang sesuatu yang terasa salah akan membuat orang lain tidak nyaman selamanya.
Pertanyaan bertubi-tubi itu berhasil membuat Daffa diam membeku, dia tidak menjawab atau dia tidak mau menjawab. Karena dirinya pun tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
Jika hal-hal yang dilakukannya salah, dia akan menanggungnya sendiri. Sampai dia menyadari sendiri kalau apa yang dilakukannya itu salah. Walaupun dalam dirinya dia tidak pernah merasa bersalah.
Keenan menepuk pundak adiknya, sambil menghela nafas dia berkata, "Pikirkanlah baik-baik, hal sederhana terkadang bisa menghancurkan mu. Bahkan juga bisa menghancurkan kakak, walaupun kakak tidak masalah dengan itu."
Ada harga yang harus mereka bayar jika menikmati hal yang salah, dan mereka berdua tidak tahu, kapan hal itu akan terjadi.
**
Malam ini kota A diguyur oleh hujan, tidak ada petir ataupun angin yang terasa kencang. Hanya kesejukan air yang mendinginkan tulang.
Elara berjalan menuruni tangga dengan langkah kecilnya, terdapat dua tamu sudah menunggu di meja makan untuk makan malam. Hanya tersisa dirinya, Keenan, Daffa, dan Ayla yang belum datang.
"Kemana yang lain?" tanya santai Elara kepada Alira, sembari menarik kursi yang berada disebelahnya.
Sebelum Elara bisa duduk, ada tangan lain yang menggenggam pergelangan tangannya erat, dan ditarik untuk berjalan menuju sisi yang lain, ia ditempatkan untuk duduk disampingnya.
Membuat Elara sekali lagi, tidak diberi kesempatan untuk berekspresi.
Alira tertawa kecil melihatnya, "Entahlah, mereka bertiga sepertinya memang ada urusan. Mereka bilang untuk makan terlebih dahulu."
"Jangan memikirkan mereka, makanlah jika kamu ingin makan," ucap Arkan menimpali, menatap istrinya dengan lembut.
Lagi-lagi penonton dibuat jantungan, dengan operasi kecil yang dilakukan Arkan kepada Elara.
"Gula ini terlalu manis kan? Bagaimana bisa tuan Arkan menarik Elara untuk duduk disampingnya."
"Kalian lihat bukan? Tadi saat berduaan dengan Alira di meja makan, Mr A terlihat sangat dingin, tidak suka bicara, dan tidak mudah didekati! tapi saat ada Elara suasananya berubah."
"Elara ini kenapa selalu mendapatkan pria yang baik, setelah putus dengan Daffa lalu mendapatkan Arkan? HEI TIDAK ADIL SEKALI."
"Aku tidak percaya! Aku tidak mau percaya!"
"Akhhh, kenapa vas tidak berguna ini lebih berbakat mendapatkan pria daripada hal lain?"
"Ukh, wajah yang cantik ternyata gunanya seperti ini."
"Kenapa rasanya variety show cinta ini, hanya untuk menampilkan kasih sayang Arkan dan Elara? Sial! Kekuatan uang Mr A terlalu menakutkan bukan?"
Alira, Arkan, dan Elara makan terlebih dahulu. Mereka jelas sudah lapar walaupun makanan yang diberikan kru program ini sederhana, itu sudah cukup untuk mengganjal perut.
Lalu para tamu yang tersisa sudah kembali, terlihat mereka berbincang-bincang kecil dengan gembira, yang membentuk dunia kecil mereka sendiri dan tidak bisa diganggu oleh orang lain.
Alira yang melihat itu tersenyum sarkasme, "Keenan, jika kamu masih mengobrol aku akan memakan habis semuanya." dia paling suka menganggu kesenangan orang lain.
Mendengar hal itu, Keenan melangkah dengan cepat, dan segera duduk disebelah Alira, "Alira kamu semakin kejam! jelas aku tidak melakukan apapun."
Keenan tidak pernah meremehkan apa yang dikatakan Alira, gadis ini selalu suka melakukan apa yang dikatakannya.
"Aku hanya suka menganggu kesenanganmu, tidakkah kalian keberatan Tuan Daffa dan Ayla?" tanya Alira disengaja, tidak ada rasa takut sama sekali.
Daffa tertawa kecil, "Tidak masalah Nona Alira, lagipula kami yang harusnya minta maaf karena sudah datang terlambat."
Alira mengangguk, "Tuan Daffa cukup masuk akal."
Diam-diam Ayla mengerutkan keningnya karena kesenangannya diganggu, tapi dia tidak berbicara secara bebas sekarang. Ayla harus memainkan perannya dengan sempurna.
"Kak Daffa, coba lauk ini, sepertinya enak," Ayla menyajikan lauknya di piring Daffa, dengan sengaja dia memamerkan kemesraan depan Elara, yang tidak pernah dia dapat dari Daffa.
"Terimakasih Ayla, kamu juga makan yang banyak ya, jangan diet lagi. Nanti kamu sakit," ujar Daffa memberikan perhatian dengan senyuman lembut, matanya tidak pernah lepas dari Ayla.
"Kak Daffa jangan gitu, aku lagi bentuk tubuh yang ideal."
Suara Ayla yang genit dan riang, membuat Daffa semakin melembutkan ekspresinya. Bahkan Keenan terkekeh kecil melihat interaksi mereka berdua.
Hanya Alira yang tidak peduli sekitar dan fokus memakan makanannya, sedangkan Arkan dan Elara mereka diam-diam saling memperhatikan satu sama lain.
Sekilas suasana makan malam itu terasa harmonis, dan menyenangkan.
Penonton pun puas melihatnya
...----------------...