Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20
Setelah selesai mandi, Amara mencari satu gaun yang di bawa Ibunya pemberian dari Rebbeca dulu. Karena tidak ada pilihan lain Amara mencoba mengenakan, dan ia berdiri di depan cermin. Pas sekali dengan ukuran tubuhnya karena perawakan Rebbeca dengan Amara hampir sama.
Dengan sedikit memoles wajah, Amara berhias diri di cermin seperlunya. Ia memilih menggerai rambutnya dengan separuh kanan dan kiri rambutnya di pelintir ke belakang, membuatnya terkesan sangat anggun malam ini, terlebih gaun hitam yang ia kenakan, membuat kontras kulitnya yang begitu putih, mulus dan bersih.
Amara memilih naik taxi karena hari sudah malam, terlebih waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh, sedangkan acaranya di mulai pukul tujuh malam.
Mars di bar bersama teman temannya, seperti tahun tahun sebelumnya, ia hanya merasa biasa saja di dalam hari bahagiannya. Sebenarnya hari ulang tahunnya adalah hari yang ia benci, karena hari itu, selalu mengingatkan tentang masa lalu dimana orang tuanya berpisah.
Hanya untuk melupakan kisah menyedihkan itu, Mars selalu menggelar pesta ulang tahun di bar, karena dengan pesta, hura hura dan alkohol l, bisa melupakan kesedihan yang ia rasakan sebenarnya.
Di pukul setengah delapan, ketika pintu hendak di tutup, Mars menatap ke tangga arah semua orang menuruni karena itu akses utama mereka masuk, karena bagian tempat Bar itu berada di lantai bawah lantai dasar, sehingga setiap orang masuk harus menuruni tangga tersebut.
"Tunggu sebentar lagi Bro, feelingku Amara pasti datang." bisik Bara.
"Kamu pasti sudah gila sama seperti diriku, mengharapkan sesuatu yang mustahil." jawab Mars sambil tersenyum seakan menertawakan dirinya sendiri.
"Hey Bro... Tunggu apalagi ayo masuk. Pintu sudah mulai di tutup." ucap Clara, karena dua pria sahabatnya masih berdiri diambang pintu masuk bawah tangga.
Mars, Clara berbalik begitu pun dengan Bara, namun karena penasaran Bara kembali menoleh, ia masih merasa jika Amara pasti datang. Dan benar saja, Bara tersenyum melihat seorang gadis yang sangat cantik mengenakan gaun hitam, dengan rambut di gerai di belakang.
Bara menepuk pundak Mars, karena Bara berada di belakang Mars posisinya. Mars pun menoleh kepada Bara, dan kemudian perlahan mendongakkan kepala menatap mengikuti arah mata Bara.
Mars begitu terkesima dengan penampilan seorang gadis, yang sedang ia nantikan kedatangannya. Tatapan matanya pun tak lepas dari raut wajah Amara, ia merasakan debaran hati itu semakin keras tatkala Amara berjalan semakin mendekat ke arah dirinya.
"Ku bilang juga apa,, felling gue kuat bro." bisik Bara, di telinga Mars yang sedang terus memandang Amara.
Gaun yang di kenakan Amara sangat pas di badannya, dadanya berisi terlihat menambah daya tarik setiap Pria yang melihatnya. Di tambah dengan gaunnya yang hanya sebatas lutut tanpa lengan, membuat Mars merasa Amara sangat berbeda malam ini. Karena setiap harinya selalu memakai pakaian kasual, celana panjang dan kaos, dan untuk pertama kalinya Mars melihat Amara memakai gaun, sehingga membuatnya begitu takjub dan tidak bisa menyembunyikan perasaan takjub itu.
"Kamu begitu cantik Amara.." kata Mars begitu Amara sampai di dekat mereka.
Hal itu berbeda dengan Clara, ia merasa sangat kesal melihat Amara ada di antara mereka. Wajahnya yang semula sangat riang, kini berangsur pudar. Ia melihat Amara dari atas sampai bawah dengan wajah sinis.
"Jadi sejak tadi Amara yang kalian tunggu, jadi untuk apa masih disini. Bukankah putri Amara sudah datang, jadi kenapa masih diam di sini." kata Clara dengan nada seakan menyimpan rasa kesal namun disembunyikan, karena ia melihat Mars yang tidak memutuskan pandangan matanya dari Amara, sedangkan Amara seperti tersipu dan malu malu, pemandangan itu bagi Clara sangat menjengkelkan untuk di lihat.
"Selamat datang Amara, selamat bergabung bersama kami." ucap Bara dengan merentangkan satu tangan memberi jalan, mempersilahkan Amara dan Mars untuk jalan lebih dahulu, di ikuti Clara dan Bara yang melihat perubahan raut wajah Clara begitu melihat Amara.
Mars membawa Amara pada satu meja, di sana ada satu kue ulang tahun besar memperlihatkan lilin dengan angka dua puluh tahun. Di usia yang sudah menginjak remaja, dimana ia sudah bukan lagi di katakan anak remaja.
Sebelum memulai acara pesta, Mars mengajak semua sahabatnya untuk mendoakan dirinya, sedangkan dia sendiri sebelum meniup lilin, memejamkan mata dan meminta satu permohonan,dan hanya Mars yang tahu permohonan itu.
Tepuk tangan riuh terdengar di pesta itu, Mars memotong kue itu dan menaruh di piring kecil. Hal yang membuat semua heran, karena biasanya Mars memotong dua kue, dan memberikan secara bersamaan pada Bara dan Clara.
Tapi kali ini Mars memotong satu saja, dan hendak memberikan pada Amara, namun ia kembali mundur. Clara berharap kue itu untuknya karena ia berada di samping Mars saat ini. Namun ternyata Mars hanya mengambil sendok dan menyuapkan pada Amara. Begitu Amara membuka mulut dan memakannya,tepuk tangan riuh kembali terdengar. Banyak juga yang berbisik menanyakan siapa gadis yang barusan di suapi oleh Mars, karena para sahabat Mars yang satu angkatan itu tidak mengetahui kedekatan antara Mars dan Amara, terlebih kaum hawa melihat Amara dengan seksama.
Begitu menyuapi Amara, Mars kemudian memotong dua kue barulah memberikan secara bersamaan pada Bara dan Clara dan mereka seperti biasa berciuman pipi sama pipi dan berpelukan, walau terlihat Clara kecewa dengan apa yang di lakukan Mars barusan, ia masih tetap terlihat tersenyum, walau sebenarnya ada sakit dan sesak di dalam dadanya yang ia rasakan saat ini.
Sejak tadi Amara menyimpan sebuah pertanyaan dalam hati, 'Dimana orang tua Mars', kenapa Mars tidak memberikan pada orang tuanya, kue pertama yang ia potong tadi, dan justru disuapkan untuk dirinya. Namun Amara memilih menyimpan pertanyaan itu di dalam hati saja.
Namun sebuah pertanyaan yang sempat Amara simpan tadi akhirnya terjawab juga, ketika datang seorang Pria paruh baya yang masih terlihat gagah, tampan dan terlihat berwibawa mendekat kearah mereka.
"Selamat ulang tahun Putraku." kata Pria itu, seraya mendekat kearah Mars, dan Mars pun berdiri dan mereka saling berpelukan.
"Tahun lalu, hadiah ulang tahun dariku, kamu hancurkan dalam hitungan bulan saja. Tahun ini hadiah apa yang kamu minta, Tuan muda Wilson?" tanya Papanya tanpa mendapat jawaban dari Mars, karena justru seakan Mars malas bertegur sapa dengan papanya.
Amara yang melihat pemandangan, hubungan antara ayah dan anak ini pun merasa heran, karena tanpa permintaan maaf karena hadir terlambat, rasa bersalah pun tidak ditunjukan oleh Papa Mars. Mungkin karena Amara belum mengetahui semua tentang Mars saat ini, karena yang ia tahu hanya Mars adalah anak tunggal pengusaha terkenal Mark Wilson.
Bersambung....