Judul buku "Menikahi Calon Suami Kakakku".
Nesya dipaksa menjadi pengantin pengganti bagi sang kakak yang diam-diam telah mengandung benih dari pria lain. Demi menjaga nama baik keluarganya, Nesya bersedia mengalah.
Namun ternyata kehamilan sang kakak, Narra, ada campur tangan dari calon suaminya sendiri, Evan, berdasarkan dendam pribadi terhadap Narra.
Selain berhasil merancang kehamilan Narra dengan pria lain, Evan kini mengatur rencana untuk merusak hidup Nesya setelah resmi menikahinya.
Kesalahan apa yang pernah Narra lakukan kepada Evan?
Bagaimanakah nasib Nesya nantinya?
Baca terus sampai habis ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Selama lima belas menit dalam perjalanan Nesya dan Evan tak saling bicara, hingga tiba di sebuah tempat yang mereka sebut dengan Rumah Besar.
Nesya turun dari mobil tanpa di bantu oleh siapapun, tidak seperti Evan yang di bukakan pintunya dari luar oleh sang supir. Sejak dalam perjalanan tadi, Nesya terus kepikiran pada sang ibu, apakah benar ibunya datang ke villa? Jika benar, pasti kedatangan sang ibu adalah untuk menjemput dirinya.
“Cepat sedikit kalau jalan.” Evan menegur Nesya yang malah diam termenung.
Sambil menahan kesalnya itu, Nesya tetap menurut dan mempercepat langkah kakinya untuk mengejar Evan, wajahnya yang di tekuk tak luput dari perhatian Evan.
“Ingatlah apa yang sudah pernah aku katakan,” ucap Evan, ketika Nesya sudah berada di sampingnya.
“Apa?” Tanya Nesya dengan malas.
“Agar menjadi istri yang baik, setidaknya di depan kedua orang tuaku,” jelas Evan dengan suara beratnya, wajahnya pun kelihatan sangat serius.
“Tidak mau,” tolak Nesya dengan ketus.
“Nesya!” Evan pun menjadi geram.
Nesya terkejut ketika untuk pertama kalinya mendengar Evan menyebut namanya, dan itu terdengar aneh di telinganya.
“Jika kamu ingin aku menjadi istri yang baik maka pertemukan aku dengan ibu ku,” ucap Nesya yang masih terus kepikiran pada kedatangan sang ibu di villa tadi.
Mendengar ancaman dari istri kecilnya itu Evan pun tersenyum licik, satu tangannya terangkat untuk mengusap pipi Nesya yang mulus. “Tidak ada siapapun yang bisa bernegosiasi denganku, jika malam ini kamu tidak menurut, maka aku akan kembali mengunci pintu menara itu.”
GLEK!
Nesya menelan ludahnya, baru saja hari ini dia bisa merasa bebas dan dia tidak ingin itu di renggut kembali. Evan benar-benar cerdik dan berhasil membuatnya kesal setengah mati.
“Evan, kamu sungguh licik,” desis Nesya penuh amarah, namun apalah amarah itu di mata Evan.
Lelaki itu malah terus menarik tangan Nesya untuk masuk kedalam rumah besar yang menjadi tempat tinggal dari orang tua Evan. Mereka berdua langsung di sambut oleh beberapa orang pelayan yang terlihat ramah di mata Nesya.
Ketika sudah berada di dalam rumah itu kehadiran Farrel menyita perhatian Nesya.
“Kak Farrel!” Seru Nesya, wajah yang awalnya di tekuk langsung berubah cerah seketika.
Melihat perubahan signifikan di wajah Nesya membuat Evan berdecih, dia pun menundukkan wajahnya kearah Nesya lalu berbisik dengan tajam. “Kamu hanya memanggilku dengan nama sedangkan Farrel kamu panggil ‘Kak’? Sepertinya kamu memang suka kalau diberi hukuman.”
Setelah berkata seperti itu, Evan melenggang meninggalkan Nesya yang tertegun setelah mencoba memahami ucapan Evan tadi.
“Apa dia juga ingin ku panggil ‘Kak’?” Gumam Nesya bertanya-bertanya.
“Nesya, ada apa?” Farrel menghampiri Nesya dengan wajah yang cerah, penampilannya tak kalah tampan dengan setelan jas berwarna hitam, Nesya pun memuji di dalam hati.
“Tidak, aku hanya tak menyangka bisa bertemu dengan kakak disini. Apa Kak Farrel tinggal disini?” Tanya Nesya.
Dari kejauhan Evan memperhatikan interaksi Nesya dan Farrel, keduanya terlihat akrab padahal baru sekali bertemu. Meski tahu bagaimana perasaan Farrel terhadap Nesya, namun Evan tetaplah pemenangnya, sebab dia adalah suami Nesya.
“Evan, dimana istrimu?” Baskara datang menghampiri Evan bersama Rosaline yang menggandeng lengannya. Pasangan suami istri itu terlihat sangat serasi sekali meski Baskara bukan merupakan ayah kandung Evan.
“Dia ada disana,” jawab Evan, sambil menengok kearah Nesya dan Farrel yang saat itu sudah berjalan mendekat.
Baskara langsung melayangkan senyuman lalu menyapa Nesya dengan manis. “Selamat datang, menantuku. Kamu cantik sekali, tak salah Evan memilihmu,” pujinya.
Nesya pun membalas senyuman itu, namun saat melihat bagaimana raut datar di wajah Rosaline, lagi-lagi membuat Nesya harus sadar diri bahwa dirinya berbeda kasta. Apalagi ketika itu Rosaline menatap Nesya dan Farrel bergantian, seperti curiga pada mereka berdua.
“Selamat malam Tuan dan Nyonya.” Farrel menyapa Baskara berikut juga dengan Rosaline. Kali itu Rosaline tampak menyambut Farrel dengan baik.
“Farrel, kamu itu terlalu formal. Kita langsung menuju ke ruang makan saja,” ajak Rosaline yang rupanya bisa tersenyum juga.
Baskara dan Rosaline memimpin langkah paling depan, di belakang mereka berdua ada Evan yang berjalan seorang diri namun saat itu Nesya bergerak menyusul dirinya dan tiba-tiba saja menggandeng lengan Evan sehingga membuatnya terkejut dan menengok kearah Nesya di sebelah kanannya.
Saat itu Nesya hanya memberikan senyuman tipis, biar bagaimanapun, menurut Nesya dia memang harus bersikap baik di hadapan mertuanya. Sebab masalahnya dengan Evan tidak ada hubungannya dengan Baskara maupun Rosaline.
Farrel yang berada paling belakang pun harus pasrah dan menahan gejolak di dalam hatinya, ingin cemburu namun dia bukanlah siapa-siapa bagi Nesya.
Makan malam saat itu berjalan cukup baik, Nesya pun sudah banyak belajar untuk menggunakan sendok makan yang ada banyak macamnya itu selama ia berada di menara sehingga tak lagi membuatnya kesulitan.
Beberapa kali terdengar pembicaraan antara Baskara dan Evan sedangkan Farrel hanya terus fokus pada santapannya.
“Aku sudah selesai,” ucap Rosaline kepada suaminya, sesaat setelah mengelap mulutnya dengan lap khusus, kemudian ia beralih menatap Nesya. “Nesya, setelah ini ikutlah denganku, aku ingin mengobrol sebentar denganmu. Pelayan akan mengantarkanmu ke sisi rumah ini, tempat yang nyaman untuk menyicipi segelas teh hangat.”
“Baiklah.” Meski kaget mendapatkan undangan dari Rosaline secara langsung, namun Nesya berusaha menyiapkan diri. Menurutnya hal seperti itu mungkin saja terjadi, sebab saat itu dia sedang berada dirumah mertuanya. Tidak mungkin setelah selesai makan dan mereka hanya akan pulang begitu saja tanpa mengobrol.
Rosaline berdiri lebih dulu lalu beranjak meninggalkan meja makan dengan gaya anggunnya. Tak lama setelahnya Nesya pun menyelesaikan makan malamnya.
“Eum, Evan bolehkah aku menyusul… Ibu?” Lidah Nesya terasa kelu untuk mengucapkan kata ibu untuk Rosaline.
Perkataan Nesya yang seperti meminta izin kepada Evan itu cukup membuat suaminya terkejut sekaligus sedikit senang, Farrel pun sama kagetnya namun hanya diam menatap Nesya dari seberang meja.
“Pergilah dan jangan tersesat.” Meski senang karena Nesya meminta izin padanya namun Evan masih saja mencibir.
Sambil berdecak dalam hati Nesya pun mulai berdiri dari duduknya, dan entah mengapa Farrel juga ikut berdiri dan berpamitan pada Baskara. Melihat itu Evan curiga kalau Farrel ingin mengikuti Nesya sehingga membuatnya tak suka.
Saat Nesya sudah mulai berjalan ke arah pintu keluar dari ruang makan tersebut, Evan pun bergerak menyusul istrinya sehingga dirinya memotong langkah Farrel yang berada tak jauh di belakang Nesya.
“Sayang.” Evan menarik lengan Nesya dari arah belakang hingga tubuh gadis itu berputar menghadapnya, ketika keduanya saling berhadapan, Evan pun menarik kepala Nesya dari belakang menggunakan satu tangan besarnya dan mencium bibir Nesya secara mengejutkan.
Di belakang Evan itu Farrel menatapnya tak percaya dan memilih untuk segera memalingkan muka. Sedangkan Baskara tertawa senang melihat kemesraan dua sejoli tersebut.