NovelToon NovelToon
Unwritten Apologies

Unwritten Apologies

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Model / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:93.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.

Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.

Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.

Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.

Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah sakit

Hujan masih mengguyur deras, membasahi seluruh jalanan dan menutup pandangan dengan kabut tipis. Kilat menyambar sekali lagi, lalu menyisakan dentuman petir yang menggetarkan udara malam. Di dalam mobil yang ringsek itu, suasana justru semakin sunyi. Seolah dunia luar tak lagi penting bagi dua orang yang masih terjebak dalam keheningan emosional.

Ha Joon tetap memeluk Ruby erat, meskipun tubuhnya sendiri mulai merasakan nyeri semakin tajam di bahu kirinya. Tapi rasa sakit itu tak ada artinya dibandingkan kepanikan yang terus mendera dadanya, ketika melihat wajah Ruby pucat dan matanya kehilangan cahaya.

"Apa kau terluka?" tanya Ha Joon pelan, ia memeriksa wajah dan tangan Ruby, tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Seperti luka goresan atau bengkak. Ruby juga menggelengkan kepala. Meski ia merasa kakinya perih sekali, ia tidak mengatakan apapun pada Ha Joon.

Beberapa menit kemudian, lampu sorot kendaraan lain muncul dari kejauhan. Suara sirene polisi dan ambulans mulai terdengar, memecah kesunyian. Sopir membuka pintu dan berlari keluar, melambaikan tangan memanggil bantuan.

Petugas segera menghampiri mereka. Pintu mobil dibuka dengan hati-hati, dan angin malam yang dingin menyergap masuk. Ruby langsung menggigil, tapi Ha Joon merapatkan pelukannya, menutupi tubuhnya dengan jaketnya sendiri.

Petugas medis mendekat.

"Apakah kalian bisa berjalan? Kami harus membawa kalian ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut."

Ha Joon mengangguk, lalu beralih menatap Ruby.

"Kau bisa jalan?"

Ruby mencoba bangkit, tapi lututnya gemetar hebat. Ha Joon langsung menopangnya, lalu tanpa ragu mengangkatnya dalam gendongan.

"Aku bisa," Ruby berusaha menolak, tapi Ha Joon memotong cepat.

"Diamlah." katanya.

Ruby tak lagi protes. Kepalanya bersandar di dada Ha Joon, mendengar detak jantungnya yang cepat, hangat, dan nyata. Sesuatu dalam dirinya merasa tenang meskipun tubuhnya masih gemetar.

Begitu mereka tiba di ambulans, Ha Joon enggan melepaskan Ruby sampai petugas sendiri yang memintanya turun agar gadis itu bisa diperiksa. Ia berdiri di luar ambulans dengan tangan mengepal, wajahnya menegang.

Ha Joon berdiri terpaku di bawah guyuran hujan, pakaian dan rambutnya sudah basah kuyup. Tapi ia tak bergeming. Pandangannya tak lepas dari Ruby yang kini sedang diperiksa oleh petugas medis di dalam ambulans. Hatinya sesak. Bukan hanya karena nyeri yang semakin menusuk di bahu kirinya, tapi karena ... Entahlah, ia bingung dengan pikirannya sendiri sekarang.

"Pak, Anda juga harus diperiksa. Bahu Anda tampaknya terkilir atau mungkin retak." suara seorang petugas medis menyadarkannya. Ha Joon menoleh perlahan, lalu mengangguk singkat.

Ia dipapah menuju ambulans kedua, tapi langkahnya sempat terhenti ketika mendengar suara lirih Ruby memanggilnya,

"Ha Joon …"

Refleks, ia menoleh. Mata mereka bertemu sejenak. Ruby tampak pucat, tapi kini ada sedikit warna kembali di pipinya. Matanya berkaca-kaca, penuh ketakutan.

"Aku di sini," ucap Ha Joon pelan, nyaris tak terdengar, namun Ruby mengangguk kecil, seolah itu cukup untuk menenangkannya.

Di dalam ambulans, petugas membersihkan luka-luka kecil di tubuh Ruby dan memeriksa kakinya yang ternyata terkilir. Ia meringis pelan saat pergelangan kakinya disentuh, tapi tak bersuara. Ia hanya memikirkan Ha Joon. Pria itu keras kepala, dingin, suka menyakitinya dengan kata-kata tajamnya, namun tetap, di saat genting seperti ini, sikap lembutnya membuat Ruby merasa seperti rumah.

Tak lama kemudian, mereka dibawa ke rumah sakit. Ha Joon ditempatkan di ruang observasi sementara Ruby di rawat di ruang sebelah. Begitu selesai diperiksa dan bahunya dibebat, ia memaksa bangkit. Petugas sempat menahan, tapi akhirnya membiarkannya lewat setelah melihat kekerasan tekad di matanya.

Ia membuka pintu ruang rawat Ruby perlahan. Gadis itu sedang berbaring, matanya tertutup, ia tertidur.

Ha Joon melangkah masuk perlahan, takut suara langkah kakinya membangunkan Ruby. Lampu redup menyinari wajah gadis itu yang tampak jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Meski pucat, napasnya teratur, dan dada kecilnya naik turun perlahan. Ada selimut menutupi tubuhnya hingga dada, dan di samping tempat tidur terletak perban bekas digunakan serta sebotol air mineral yang belum terbuka.

Ha Joon mendekat, lalu menarik kursi dan duduk di sisi ranjang. Ia tak tahu berapa lama ia hanya diam memandangi wajah Ruby, wajah yang dulu pernah membuatnya jatuh hati, marah, kecewa dan menyimpan dendam. Tapi sekarang... entah kenapa, justru membuat dadanya terasa sesak oleh sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Ha Joon terus meyakinkan dirinya kalau dia masih menyimpan dendam kepada gadis ini, tetapi saat melihatnya terluka seperti ini, rasanya ia tidak tega.

Tangan kanannya yang tidak cedera, perlahan terangkat, hampir menyentuh rambut Ruby. Tapi ia urungkan. Ia hanya mengepalkan tangan dan meletakkannya di pangkuan.

"Andai saja waktu itu kau tidak menyakitiku dengan setiap hinaan yang kau ucapkan dari mulutmu, kita berdua tidak akan seperti ini. Aku tidak yakin seperti apa perasaanmu padamu sekarang, tapi aku benar-benar belum bisa melupakan kenyataan pahit bahwa kau telah amat sangat menyakitiku dulu. Aku tidak tahu bagaimana cara harus menghadapimu." gumam Ha Joon tak memalingkan wajahnya sedetik pun dari Ruby.

Ha Joon menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, menatap langit-langit kamar rumah sakit yang sunyi. Hanya suara detak mesin monitor dan hembusan AC yang terdengar. Tatapannya kembali turun ke wajah Ruby yang masih terlelap.

"Aku mencoba membencimu, setiap hari," bisiknya, nyaris seperti mengadu pada dirinya sendiri. "Aku pikir, kalau aku cukup lama menyakitimu, semua luka di hatiku akan sembuh. Tapi ternyata tidak."

Ia mengusap wajahnya dengan tangan satu-satunya yang masih bebas.

"Kau tahu, setiap kali aku melihatmu tertawa, tersenyum, atau bahkan hanya diam ... hatiku selalu kacau. Aku benci itu. Aku benci karena aku tidak bisa berhenti memikirkanmu."

Ruby bergerak sedikit dalam tidurnya, dan Ha Joon refleks menunduk, memperhatikan apakah ia terbangun. Tapi gadis itu hanya menggumam pelan dan kembali tenang.

Ha Joon mengembuskan napas panjang, kemudian berdiri. Ia berjalan ke arah meja kecil di sudut ruangan, mengambil gelas dan menuangkan air dari botol yang belum terbuka. Dengan hati-hati, ia kembali duduk dan meletakkan gelas itu di meja di samping tempat tidur Ruby.

"Kalau kau bangun dan mendengarku... mungkin kau akan mengira aku sudah mulai lunak," katanya lirih.

"Tapi tidak, Ruby. Aku hanya lelah. Lelah menyimpan amarah ini sendirian."

Ia menatap tangan Ruby yang terlipat di atas perutnya, lalu menunduk.

"Kenapa kau ke sini? Bukankah hidupmu sudah sempurna di New York? Dulu kau punya pacar yang memiliki segalanya. Kapan kau putus dengannya? Apa laki-laki itu mencampakkanmu? Bagaimana dengan impianmu? Bukankah kau ingin menjadi seorang pianis?"

Ha Joon terus bicara sampai ia lelah sendiri.

1
Deasy Dahlan
mudahan ini awal yang baik...yang dapat membuat hubungan mereka lebih dekat lagi.....pelan tapi pasti
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
walaupun benci TPI perhatian ya
Nur Lela
kereeeen
anonim
selangkah lebih baik permusuhan Ha Joon dan Ruby masih ada getar-getar rasa di hati mereka berdua
Santi Nuryanti
lnjt thorr
Rosna Marleni
senengnya dapet perhatian ya Ruby...
Rita
alhamdulillah ada kemajuan
Rita
😂😂🤦‍♀️😅
*Septi*
karena ada rasa tak biasa 😁
Srie Handayantie
asyikkk mulaii perhatiann , sama2 salting dan gugup. ayolahh cinta lama bersemi kembali segerakan lah🤭😅😅
Aras Diana
lanjut thor
Yuliana Purnomo
lanjuuuuttt
@arieyy
yahhhhh itulah cinta😩
Dian Rahmawati
ha joon perhatian nih
🔵🎀🆃🅸🅰🆁🅰❀∂я 👥️
wah yg dapat perhatian ..dag dig dug dong rasanya... jadi ikut dag dig dug 🤣🤣
mang tri
Marah tp masih perhatian ya joon_ ☺️😍
Heni Mulyani
lanjut
dyah EkaPratiwi
sebenarnya cinta ha joon lebih besar dari benci nya
yuning
semoga Joon ah , segera meleleh ya Ruby
Dwi Winarni Wina
Cie-cie perhatian kecil dr hajoon membuat hati ruby menghangat, hajoon sangat perhatian skl sampai mengobati luka memar dikaki ruby...

Detak jantung ruby sangat kencang skl berdebar deg-degan dkt sm hajoon jarak dekat skl, tanpa disadari sorot mata hajoon dan ruby penuh cinta dan kerinduan, krn ketutup dendam dimasalalu jd salahpaham....

Hajoon berusaha membentengi dirinya ke ruby penuh dendam dan kebencian....
Ruby demi kebaikan bersama sebaiknya berkata jujur kehajoon biar gak salahpaham terus....

lanjut thor....
semangat selalu.....
sehat selalu.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!