Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Brangkas
"Kamu hebat Lila, para direksi sudah menyampaikan berita baik ini kepada ku." ujar Husein seraya menarik kursi.
"Semua ini berkat bantuan tuan." ujar Lila mengucapkan terima kasih.
Dengan rapi Lila merangkai kata-kata pujian, dia mengatakan, kalau Husien merupakan sosok yang bisa menginspirasi seseorang dan membawa pengaruh positif pada siapapun. Husien tertawa senang mendengar ucapan Lila.
"Untuk merayakan keberhasilan ini, saya memasak menu spesial kesukaan Tuan."
Lila memang sangat pandai mengambil simpati Husien, Lila sepertinya sangat menikmati perannya sekarang, dia mengeluarkan dua ekor ikan gurame bakar kemudian sengaja meletakkan ikan itu di piring yang berbeda, alasannya untuk Husien tidak terlalu asin, pada hal bagian Husien sudah dibubuhi sesuatu, hanya Lila yang tahu.
"Silakan tuan." Lila menyodorkan piring berisi ikan gurami yang menggugah selera ke hadapan Husien.
"Hem.. Aroma masakan mu benar-benar menggoda." ujar Husien.
Husein tersenyum melihat Lila yang penuh perhatian padanya. dia pun berkhayal seandainya Yura yang menyajikan menu masakan seperti ini, alangkah bahagianya dia.
"Andai saja Yura seperti Lila pasti sangat menyenangkan."batin Husien membayangkan wajah Yura.
Sebenarnya Husien sudah sangat merindukan Yura, hanya saja untuk kali ini, dia akan memberikan pelajaran kepada anak manja itu, agar Yura bisa memahami bahwa kehidupan itu bukan hanya tentang senang.
"Ayo Tuan! dimakan." ujar Lila membuyarkan lamunan Husien.
Selain ikan gurame bakar Lila juga membawa capcay sayur kesukaan Vito. Husein dan Vito menikmati masakan yang disuguhkan Lila.
"Kenapa kamu tidak ikut makan?" tanya Vito saat melihat Lila hanya melayani mereka.
"Saya lagi diet Tuan! tadi sore sudah makan Jadi malamnya tidak makan lagi." jawab Lila memberi alasan.
"Diet buat apa?" tanya Vito seraya melirik tubuh Lila yang terlihat sangat ideal.
"Buat jaga penampilan. Agar tak malu-maluin jika saya beriringan dengan Tuan." ujar Lila seraya menuang air putih ke dalam gelas dan meminumnya.
"Makan sedikit tidak akan mempengaruhi penampilanmu." ujar Vito.
Walaupun Vito setengah memaksa Lila untuk makan, Namun dengan halus dia menolaknya.
Beberapa menit kemudian tidak ada lagi percakapan yang terdengar, hanyalah bunyi sendok dan garpu yang saling bersahutan. Sementara Husein dan Vito menyantap makan malamnya Lila ke dapur mengobrol dengan sumi.
"Bik! apa Non Yura tadi menemui Tuan?" tanya Lila ingin tahu.
"Iya! tapi tuan tidak mau menemuinya."
"Kenapa?" tanya Lila lagi.
"Mungkin Tuan masih marah!"
"Apa Nona Yura tidak berusaha membujuk Tuan Husein?" tanya Lila lagi.
"Sudah! Bahkan Nona Yura berkali-kali meminta maaf pada tuan Husien. Namun tuan Husien tak memperdulikannya." Sumi menjelaskan.
"Apa Tuan Husien pernah semarah ini dengan Nona Yura?" Lila kembali bertanya.
"Tidak selama ini tuan Husien terlalu memanjakan nona Yura dan selalu memaklumi kesalahan yang dilakukan oleh Nona Yura." ujar Sumi lagi.
Sumi tahu betul bagaimana karakter Yura yang selalu egois, arogan dan pemarah, selama Sumi menjadi pembantu di rumah Husien, Yura tidak pernah memperlakukan Sumi dengan baik, makanya Sumi lebih senang kalau Yura tidak ada di rumah.
"Oh.." hanya itu yang keluar dari mulut Lila. Dia pun kemudian beranjak ke ruang makan, menemui Husien dan Vito yang sudah menyelesaikan makan malamnya.
"Biar saya saja yang bereskan. Non!" ujar Sumi, saat melihat Lila ingin mengangkat piring kotor bekas makan Husien dan Vito.
Lila menghentikan gerak tangannya, kemudian mengikuti langkah Husien dan Vito menuju ruang kerja. Mereka bertiga membahas proposal yang akan diajukan ke Tuan Alex investor dari Singapura.
Lila menyampaikan proposal yang sudah dibuatnya, kemudian dilanjut dengan langkah-langkah dan program-program unggulan yang nanti akan disampaikannya saat pertemuan dengan CEO group Alexsa. Husien sangat terkesan dengan proposal dan program yang disampaikan oleh Lila.
Sambil mendengarkan penjelasan Lila, Husin berkali-kali menguap, matanya memerah dia seperti menahan kantuk yang sangat berat, padahal waktu baru menunjukkan pukul sembilan, melihat gelagat Husein, Lila hanya tersenyum obat yang dibubuhkan nya dalam ikan gurame pasti sudah beraksi.
"Tuan! Jika Tuan mengantuk lebih baik tuan istirahat saja yang dipaksakan, nanti kesehatan Tuan terganggu." ujar Lila.
"Iya Pa! Biar aku dan Lila yang menyelesaikan PPT untuk presentasi besok." Vito ikut memberikan pendapat.
"Baiklah." ujar Husein dia pun berdiri.
Saat berdiri tubuh Husein oleng, karena rasa kantuk dan pengaruh obat yang dibubuhi Lila membuat keseimbangan tubuh Husien tidak stabil dengan cepat Lila bangkit dari duduknya.
"Tuan! saya antar tuan Husien dulu ke kamarnya." ujar Lila seraya menahan tubuh Hisien dan membimbingnya masuk ke kamar dan naik ke tempat tidur.
"Tuan! Berapa nomor kode berangkas?" tanya Lila bisik pelan.
"881288." jawab Husien sebelum dia terbaring dan akhirnya terlelap.
Lila mengambil ponsel di kantong roknya kemudian mencatat angka yang baru di sebut Husien. sebelum keluar dari kamar Husein sekilas Lila menatap kamera pelacak yang ada di meja rias, Lila kemudian membuka kacamata yang dipakai Husien, memasukkan ke dalam kotak kacamata dan meletakkannya tepat di depan kamera pelacak itu.
"Aman." batin Lila, jika dia masuk lagi ke kamar Husien dia tidak akan terdeteksi oleh cctv.
Setelah memastikan semuanya sudah dalam keadaan aman Lila beranjak meninggalkan kamar Husien, sebelum menjauh dari kamar Husien, dia menutup pintu kamar, kemudian kembali lagi ke ruang kerja Husein menemui Vito.
"Begitu sampai di ruang kerja Husien, Lila melihat Vito pun menguap berkali-kali rasa kantuk juga menyerangnya.
"Keduanya sudah terperangkap." batin Lila.
"Tuan! lebih baik tuan istirahat." ujar Lila.
"Tapi kita belum selesai membahas proposal proyek itu."
Vito masih berusaha untuk melek. Namun matanya terlalu berat untuk dibuka kepalanya pun merasa sedikit pusing karena menahan kantuk.
"Besok masih ada waktu tuan." ujar Lila.
"Aku tidur sebentar ya, nanti setelah bangun kita bahas kembali." ujar Vito.
Vito beranjak dari duduknya menuju sudut ruang kerja Husien, kemudian dia merebahkan tubuhnya di kursi goyang milik Husein di ruang kerja. beberapa menit kemudian dia pun sudah terlelap tidak tahu apa-apa lagi.
"Saatnya beraksi." batin Lila.
Setelah memastikan Vito tertidur lelap, Lila keluar dari ruang kerja Husein kemudian matanya menatap ke kiri dan ke kanan melihat apakah situasi sedang aman.
Suasana rumah Husien sepi dan sunyi jam dinding baru menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit. Namun penghuni rumah besar bertingkat tiga ini sudah terlelap semua, termasuk Sumi dan suaminya. Karena kedua pembantu itu juga ikut melahap masakan Lila. Dan Lila bisa memastikan nasibnya sama dengan Husien dan Vito.
Perlahan Lila kembali ke kamar Husein, kemudian menatap ke arah Husien yang tidur pulas dalam mimpinya. Lila beranjak ke sudut kamar, lalu menguakkan pintu lemari yang kemarin sempat dibukanya.
"Aku harus berhasil menemukannya malam ini." gumam Lila.
Lila mengamati brankas yang terlihat sangat kokoh, kemudian dia memakai sarung tangan dan menekan tombol angka yang telah diberikan Husein 881288. pintu brankas terbuka, di dalam brangkas berlantai tiga itu, paling atas terdapat uang cash, lantai tengah ada beberapa emas batangan dan kotak perhiasan, sementara di lantai paling bawah ada sebuah brankas kecil.
"Mungkin di brankas kecil ini." gumam Lila, kemudian dia menurunkan brankas kecil itu ke bawah.
Lila tidak menginginkan uang dan emas dia mencari sesuatu yang lebih berharga dari itu. Ditatapnya brankas kecil yang sekarang ada di tangannya brankas itu terkunci dan ada simbol sidik jari.
"Maaf ya tuan Husien." batin Lila.
Lila beranjak mendekati tempat tidur Husein, kemudian perlahan mengangkat tangan Husien dan meletakkan jempol ibu jarinya di logo sidik jari di atas brankas kecil. brankasnya tidak terbuka Lila mencoba lagi sampai ke sepuluh jari Husien ditempelkannya di logo sidik jari namun brankas tetap tidak terbuka.
"Kenapa tidak bisa terbuka, apakah kuncinya menggunakan sidik jari Farah." gumam Lila sedikit khawatir.
"Aku tidak boleh putus asa akan ku coba lagi." batin Lila
Lila meraih selembar tisu kemudian dia mengelap jempol kanan Husien setelah itu dia mencoba kembali meletakkan jempol tangan Husien ke atas logo sidik jari dan akhirnya brankas kecil itu pun terbuka.
"Akhirnya." gumam Lila seraya mengeluarkan isi brankas itu.
Semua sertifikat properti Husien kini berpindah ke tangan Lila, Lila kemudian menutup kembali brankas kecil yang sudah kosong, memasukkannya kembali ke brankas besar dan meletakkan ke posisi semula.
Setelah memastikan semua beres dan tidak ada hal yang mencurigakan, Lila kembali ke ruang kerja Husien, dia duduk di depan laptop seakan tak ada yang terjadi melanjutkan kerjanya yang tertunda.
*******
Apa rencana Lila selanjutnya?
Baca kelanjutannya di part 21
Jangan lupa tinggalkan jejak like komentar dan hadiahnya
Terima kasih sudah membaca novelku
Love you sekebon cabe ♥️♥️♥️
thanks you