Tek ketek tek ketek tek ketek ketek ketek
'Lagi-lagi suara itu! Ingin ku buang mainan berbentuk dua onde-onde yang saling digantung pake tali dengan bunyi yang merusak panca indera ku itu. Bisa-bisanya orang seumurannya menyukai hal absurd begitu!!
"Shanuuuuuum maiiin yuuuuuk" Teriak pemuda itu terdengar tanpa dosa sudah mengganggu hari minggu indahku!
"Minggat sana! Shanum lagi ke Dubai jualan karpet terbang bareng Aladin!!!"
Bukannya pergi laki-laki itu malah duduk menunggu di depan kostku! Sumpah ya, entah kesalahan dan dosa apa yang aku lakukan di kehidupan yang lalu sampai dipertemukan dengan orang gaje super nyebelin kayak Abyan itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Masih di klinik
"Kamu tahu.. Saat kamu terpejam seperti ini, bulan saja malu karena kalah pesonanya dengan mu.."
"Dan, sinarnya seakan meredup karena cahaya sesungguhnya ada di netra indah mu."
"Caramu tersenyum dan tersipu seperti ini, membuat kaum mu minder jika bersanding denganmu."
Kalimat yang Abyan ucapin nggak bikin aku terbuai tapi malah membuat ku mual, hahaha.. Aku nggak biasa dikasih grojokan tatih tayang dengan cara seperti itu.
"By, Kamu tuh ngerti ga... kita yang berdiri di bawah guyuran hujan ini aja udah salah kaprah. Jangan paksa aku buat nampol palamu karena kekonyolan gombalan yang kamu omongin tadi ya." Aku ingin pergi dari lokasi itu. Hari ini cukup lah main bucin-bucinannya.
"Ke sana aja Num, makin deres hujannya." Ajaknya. Tanpa membahas protes ku tadi.
Aku dan dia berjalan menuju emper parkiran klinik, karena hujan makin deras emperan itu mayan rame dipake orang untuk berteduh. Kami salah satunya dari mereka.
Aku perhatikan setiap orang yang berteduh bersamaku di tempat itu, rata-rata mereka sibuk dengan ponsel masing-masing. Aku nggak ngerti, mereka ini punya ilmu apa sampe berani nantang petir. Gila bray.. Ujan-ujan main hape, baek-baek geledek nggak mampir buat nyapa mereka.
Aku memilih mundur agak menjauh dari mereka. Nyaliku nggak sebanyak itu nyampe nantang malaikat maut buat main cilukba.
"Gimana pulangnya ini hmm.." Aku bergumam sendiri.
"Hoodienya dipake Num, biar nggak dingin." Abyan baru bersuara lagi setelah tadi sempat tak protes karena kalimat kalimat bucinnya bikin aku sedikit mual.
Sengaja ku turuti keinginannya dengan memakai hoodie yang masih di tangan ku, tadinya aku pengen kembaliin.. Tapi si empunya tak nak pun! Yo dah, sikat bray..!
"Sini.." Apa ini? Dia menarik ku ke dalam pelukannya. Serius, ini di emper klinik lho. Aku tahu meski para manusia lain sibuk dengan ponsel mereka tapi sejatinya.. Dalam hati mungil mereka lagi hujat aku nyampe titik terendah.
"Hmm By.. Kita nggak usah kayak gini deh. Enggak etis aja, kita kan di tempat umum." Mulut boleh menolak tapi tubuhku merespon yang sebaliknya, bisa-bisanya malah diem aja kek kena lem besi. Tahu lem besi?
Dulu aku masa bodoh dengan kehadiran Abyan. Dia yang sering nyamperin dan ngejogrok di depan kost ku buat aku risih. Ya, nggak tahu kenapa.. Sekarang cara ku melihat dia udah lain. Di mataku, sekarang dia bertransformasi cowok gentle.
Aku anak terakhir, meski begitu keluarga ku menyamaratakan kasih sayang mereka untuk setiap anak, kita mendapat porsi yang sama. Padahal dibalik itu lho, aku tuh pengen kan dimanja manja aduhai gitu..
Ada Abyan sekarang ini, sedikit banyak mengobati dahaga seorang yang pengen dimanja manja kayak diriku ini. Hahaha bahasanya aneh ya?
"Kita pulang aja ya Num. Pakai motorku, nanti motor Dieska biar dibawa temenku."
"Temen kamu kan sakit, mana bisa naik motor? Nanti kalau kenapa-napa gimana By?"
"Siapa? Reno? Dia nggak bakal kenapa-napa Num, buatnya tuh naik motor udah kek ngemil kuaci.. Sambil merem juga bisa dia."
"Bisa? Bisa nyungsep maksudnya? Aku nggak khawatir sama temen mu lah By tapi ke motor Dieska."
Abyan mengambil ponselnya. Menghubungi seseorang, aku nggak tahu siapa.
"Ren, aku pulang duluan sama Shanum ya.. Kamu nanti pulangnya bawa motor scoopy putih di parkiran timur. Hmm K 212 WS, oke. Jangan dibikin lecet tuh motor, ku kuliti kamu nanti kalau motornya sampai ngadu udah kamu naikin nggak pake perasaan." Abyan memasukkan kembali ponselnya.
Aku bisa menebak siapa yang dia hubungi tadi, yupz temennya. Ya udah deh, aku modal percaya aja sama dia. Kalau nanti si putihnya Dieska kenapa-napa, biar Abyan yang tanggung jawab.
Dia menggiringku mengikutinya. Kayaknya gerimis masih betah berlama-lama mengguyur bumi, mau ditunggu nyampe pagi juga keknya dia yang menang. Nggak mau berhenti barang sebentar.
Kami meninggalkan klinik dengan gerimis yang mendominasi langit. Menetes secara keroyokan mengenai kepala kami yang nekat pulang meski masih hujan.
Kelian pernah nonton pilem Dilan 1990? Kalau pernah pasti tahu adegan pas Dilan boncengin Milea dengan syahdunya di atas kuda besi dengan elegan! Jangan bayangin aku kek gitu.. Posisi ku malah kek orang-orang jaman dulu jika naik motor. Yupz, tanganku malah sibuk pegangan belakang motor.
Abyan sih diem aja, nggak ada ngasih respon yang gimana gimana. Aku juga sebenarnya masih kagok sama status baru kami, ya kali model bonceng ku langsung nemplok ke punggungnya kayak tokek gelantungan gitu?! Plis deh!
Semua itu tak berlangsung lama, karena dia dengan skill mengendarai motor model rem gas rem gas nya berhasil membuatku mengalah dan pegangan ke perutnya. Aku udah ngomel berkali-kali, dia bawa motornya sengaja banget biar dadaku bisa silaturahim tipis-tipis ke punggungnya! Dasar mesum! Perlu dicatat, semua cowok itu mesum gengss! Bedanya, tergantung mereka menyalurkan kemesuman itu dalam bentuk apa dan bagaimana.
"By, ingetin aku untuk nggak lagi naik motor mu! ini terakhir kalinya aku mau naik motor sama kamu! Yang bener aja kamu, bawa motor kayak ngangkut kambing. Sakit tahu nggak!" Protes ku menongor keras pundaknya saat motor itu sudah berhenti di depan kost.
"Auuw.. Sakit lah Num, iya maaf.. Lagian kalo nggak gitu kamu nggak mau pegangan. Aku takut kamu jatuh. Jatuh dari motor tuh sakit Num, yang nggak sakit cuma jatuh ke pelukanmu aja.." Bisa aja sih Bwaaang!
"Eh kamu apanya yang sakit? Maaf ya.." Lanjutnya. Aku langsung mundur jaga jarak! Nggak mungkin aku kasih tunjuk ke dia kalau dadaku yang sakit kan?
"Apaan! Udah sana pulang!" Hardik ku.
"Masuk dulu sana. Aku di sini sampai kamu masuk kost." Dia masih duduk di atas motornya.
Pengennya sih langsung masuk ke dalam kost, tapi saat melihat wajah lelahnya aku malah datang menghampirinya.
"Mau masuk dulu nggak?"