Ibu,,, aku merindukanmu,, airmatanya pun berderai tatkala ia melihat seorang ibu dan anaknya bercanda bersama. Dimanakah ibu saat ini,, aku membutuhkanmu ibu,,,
Kinara gadis berusia 18thn yang harus menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian kedua orang tuanya yang mengejar bahagia mereka sendiri, hingga ia harus merelakan harga dirinya yang tergadai pada seorang CEO untuk kesembuhan sang adik,,apakah bahagia akan hadir dalam hidupnya atau hanya derita dan derita,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Liliana *px*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20 pamit
Waktu terus bergulir, tak terasa sudah hampir 3 bulan sejak kesadaran Rana pulih. Kini mereka bertiga tinggal di Mansion Raffi yang berada di pulau terpencil yang hanya Raffi, dan Rendra serta asistennya yang tau. Semua dilakukan Raffi untuk menjaga ketiganya dari jamahan Mamanya.
Sedangkan Cindy pun sudah tersadar dari komanya, namun yang sangat di sayangkan, ingatannya sebagian telah hilang, hingga ia hanya mengingat kisah sepuluh tahun yang lalu. Saat Cindy dan Raffi masih saling mencintai. Dan itu membuat dilema bagi Raffi. Karena ia tak bisa menceraikan Cindy dalam keadaan seperti itu. Apa lagi Ibu Suri sangat menyayangi menantu idamannya itu.
Raffi hanya bisa menemui Nara saat weekend saja, itupun dengan alasan anak perusahaan di negara A, atau B dan C sedang mengalami masalah, dan semua memerlukan peninjauan dia secara langsung. Itulah alasan yang selalu di berikan Raffi kepada Cindy.
Raffi pun jarang pulang ke rumah, ia lebih nyaman tinggal di kantor untuk menghindari Cindy, karena dengan itu Cindy akan percaya kalau ia benar benar sibuk.
Mulanya Cindy merasa curiga, jika ada wanita lain di hati suaminya, karena sikap Raffi yang dingin terhadapnya. Jangankan untuk berhubungan intim, sekedar menyentuh tubuhnya saja Raffi tak mau. Seakan dia orang asing bagi Raffi.
Namun setelah ia menyewa detektif terhandal di kota itu dan tidak menemukan apa apa, ia baru percaya kalau Raffi benar benar sibuk dengan pekerjaannya seperti sebelumnya, saat ia belum mengalami kecelakaan.
Dan hari ini, seperti biasa, setelah melakukan meeting dengan beberapa klien dan menuntaskan semua pekerjaannya. Raffi pun menyuruh asistennya untuk menyiapkan jet pribadinya. Mereka akan menuju ke tempat yang selalu dirindukan oleh Raffi, yaitu tempat di mana putri kecilnya tinggal bersama dengan kedua adiknya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam dengan jet pribadinya, akhirnya Raffi pun sampai di tempat tujuannya.
Malam telah menjelang ketika jet pribadi itu sampai di Mansion Raffi. Tanpa menunggu lama segera ia turun dari jet pribadinya, lalu melangkah ke dalam mansion diikuti oleh Rendra juga asistennya. Karena Rendra akan melakukan pemeriksaan rutin utk Rana, juga Nara.
"Kalian istirahat aja dulu, besok pagi baru lakukan pemeriksaan."
Ucap Raffi tanpa menoleh kearah Rendra juga asistennya.
Ia mempercepat langkahnya, kerinduannya pada Nara juga buah hatinya sudah mencapai puncaknya. Dia ingin segera melepaskan rasa rindu yang terasa begitu menyiksa di dadanya.
Rendra dan Tian pun pergi ke kamar mereka masing masing. Lalu merebahkan diri mereka diatas tempat tidur dan tak begitu lama, mereka pun terbuai dalam mimpi.
Raffi yang baru saja masuk ke dalam kamarnya, tak menjumpai Nara di tempat tidur. Ia pun mencari istri kecilnya itu. Matanya menyapu keseluruh ruangan, dan berhenti tepat di atas sofa yang nampak kepala sedang tertidur disana.
"Kebiasaan kamu kenapa belum hilang sih sayang,,,"
Raffi pun mengambil buku yang berada diatas dada Nara. Sekilas senyuman tersungging di bibir Raffi. Ia pun membelai rambut Nara lalu mencium keningnya.
"Terima kasih sayang, kamu sudah menjadi istri dan calon Mama yang baik buat anak kita kelak."
Raffi pun mengangkat tubuh Nara dan membaringkan diatas tempat tidur. Meskipun sudah 3 bulan namun perut Nara belum juga terlihat membesar. Dibelainya perut Nara lalu menciumnya. Membuat empunya harus terbangun dengan sentuhan Raffi.
"Kak,,, kapan kau datang?"
Nara berusaha bangun dari tidurnya namun di tahan oleh Raffi.
"Baru saja, kulihat kamu tertidur lagi dengan buku yang melihatmu tidur,, he,, he,, he,,"
Raffi pun terkekeh sambil membelai pipi Nara.
Membuat Nara cemberut mendengar ucapannya barusan.
"Aku kan sedang belajar menjadi Ibu yang baik untuk anak kita kelak Kak,,"
"Iya sayang,,, aku tahu, buku segitu banyaknya hanya tentang ibu hamil, cara mengurus baby, dan anak anak, kau benar benar siap sayang menjadi seorang Ibu,,"
Raffi pun mendekatkan wajahnya pada Nara.
"Terima kasih sudah menjadi bagian hidupku sayang, memberi warna yang indah di hidupku, aku sangat mencintaimu istri kecilku,,,"
Raffi pun mencium lembut dan menuntut bibir Nara, menumpahkan semua kerinduan yang telah menggunung selama seminggu ini.
Nara pun mulai pandai mengimbangi permainan suaminya, hingga mereka meleburkan semua perasaan mereka dalam penyatuan yang membuat mereka semakin . ikatan batin keduanya. Berdua mereguk indahnya madu asmara yang membuat keduanya terlena, hingga manisnya madu itupun mereka raih dalam indahnya syurga dunia hingga mencapai klimaksnya.
"Sayang,,, maafkan aku, untuk dua minggu ini aku tak dapat menemuimu, karena kantor cabang di negara S, sedang dalam masalah, dan harus aku sendiri yang menanganinya, kau mengertikan sayang, tapi Rendra akan menemui kalian tiap minggunya."
Raffi membelai rambut Nara yang kini dalam pelukannya.
"Iya Kak, aku mengerti, jangan khawatirkan aku, disini juga ada Naya dan Rana, aku pasti baik baik aja Kak,,"
Nara semakin mengeratkan pelukannya, jauh di lubuk hatinya, ia takut jika ini adalah pelukan yang terakhir untuk mereka. Entah dari mana rasa itu muncul. Namun Nara sangat khawatir jika yang dia rasakan itu menjadi kenyataan.
"Kak,, berjanjilah untuk cepat kembali, aku sangat takut Kak,,, ini adalah pelukan terakhir kita."
Tiba tiba saja air mata Nara tak bisa terbendung lagi, mengalir dengan sendirinya membasahi pipinya.
Raffi yang mengetahui jika Nara menangis pun mengangkat wajah Nara menghadap kearahnya.
"Aku berjanji akan secepatnya kembali, kamu jaga baik baik anak kita ya sayang,,,"
Raffi menghapus air mata Nara lalu membawanya dalam pelukannya.
"Tidurlah sayang,, aku akan menjagamu sampai kau terlelap."
Nara pun mengikuti perkataan Raffi, dalam beberapa menit, ia pun sudah masuk ke alam mimpinya.
Raffi tersenyum lalu merebahkan kepala Nara diatas bantal. Lalu tidur disamping Nara, mengikutinya masuk dalam dunia mimpi yang terasa panjang untuknya kelak.
Malam telah berganti dengan sinar surya yang telah menyinari bumi. Hembusan sang bayu yang masuk menyelinap dari tirai yang terbuka. Perlahan Nara mengerjabkan matanya. Lalu ia pun bangun dari tidurnya. Saat menoleh kearah samping, ia terkejut karena Raffi sudah tidak ada di tempatnya.
Seperti orang gila ia mencari Raffi di setiap sudut kamar dan kamar mandi, namun tak dapat menemukan suaminya itu.
Nara tanpa memperhatikan penampilannya yang hanya memakai pakaian tidurnya segera berlari ke luar kamar dan menuruni tangga, semua yang melihatnya merasa khawatir jika Nara terjatuh, begitu juga Raffi yang baru saja selesai olah raga paginya. Ia pun segera menyongsong tubuh Nara yang berlari ke arahnya.
"*Kakak jangan pergi,, hikksss,, hiikksss,,,"
bersambung 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹*