NovelToon NovelToon
Kaisar Dingin Mengejar Cinta

Kaisar Dingin Mengejar Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta pada Pandangan Pertama / Fantasi Wanita / Reinkarnasi
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Yun Sia, gadis yatim piatu di kota modern, hidup mandiri sebagai juru masak sekaligus penyanyi di sebuah kafe. Hidupnya keras, tapi ia selalu ceria, ceplas-ceplos, dan sedikit barbar. Namun suatu malam, kehidupannya berakhir konyol: ia terpeleset oleh kulit pisang di belakang dapur.
Alih-alih menuju akhirat, ia justru terbangun di dunia fantasi kuno—di tubuh seorang gadis muda yang bernama Yun Sia juga. Gadis itu adalah putri kedua Kekaisaran Long yang dibuang sejak bayi dan dianggap telah meninggal. Identitas agung itu tidak ia ketahui; ia hanya merasa dirinya rakyat biasa yang hidup sebatang kara.
Dalam perjalanan mencari makan, Yun Sia tanpa sengaja menolong seorang pemuda yang ternyata adalah Kaisar Muda dari Kekaisaran Wang, terkenal dingin, tak berperasaan, dan membenci sentuhan. Namun sikap barbar, jujur, dan polos Yun Sia justru membuat sang Kaisar jatuh cinta dan bertekad mengejar gadis yang bahkan tidak tahu siapa dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32 — Malam yang Terlalu Ramai untuk Disimpan Sendiri

Setelah jawaban Yun Sia menggema di aula, sesuatu yang aneh terjadi.

Istana yang biasanya kaku tiba-tiba berubah seperti rumah besar yang baru saja mendapatkan kabar bahagia. Para pelayan yang berdiri rapi mulai saling melempar senyum, beberapa tamu berbisik dengan mata berbinar, bahkan para penjaga yang terkenal dingin terlihat sedikit lebih longgar berdiri.

Permaisuri Lang mengusap pipinya yang basah diam-diam, lalu menoleh ke Kaisar Lang.

“Anak kita… tumbuh jadi anak yang dicintai orang lain,” bisiknya.

Kaisar Lang menarik napas panjang, “Dan aku bersyukur… aku tidak perlu bertanya apakah dia bahagia,” jawabnya pelan.

Di sisi lain aula, Kaisar Tua Wang Dan menepuk pundak A-yang dengan gaya bapak khasnya, agak keras.

“Berkah hidupmu cukup keras sampai kau layak bahagia, anakku. Kalau kau menyia-nyiakan gadis itu, aku sendiri yang akan melemparmu ke sungai.”

A-yang tersenyum kaku.“Ayah… sungai itu dingin.”

“Bagus. Supaya otakmu segar.”

Putri Wang Jia menyeret Yun Sia ke sudut ruangan dengan tangan yang semangatnya tidak bisa ditolak.

“Sekarang resmi ya! Kamu itu kakak iparku! Kita harus punya kode rahasia!”

“Kode rahasia?”

“Iya! Misal kalau gege menyebalkan, kamu angkat alis kiri tiga kali dan aku langsung lempar sepatu ke arahnya.”

Yun Sia tertawa terbahak.

“Kenapa bukan kamu saja yang langsung lempar sekarang?”

“Karena ini hari bahagia,” jawab Jia anggun… lalu mencubit A-yang dari belakang.

A-yang berbalik.“Kau mau mati?”

“Coba saja.”

Liyan menyikut Mochen sambil menonton.

“Adik Kaisar Wang ganas juga.”

Mochen mengangguk singkat.“Aku menyukainya.”

Malam belum selesai.

Justru baru mulai.

Kaisar Lang mengangkat tangan, memberi isyarat pada seluruh aula.

“Pesta ini dilanjutkan,” katanya lantang. “Bukan hanya untuk Putri Mahkota… tapi juga untuk lamaran.”

Sorak sorai langsung pecah.

Musik kembali dimainkan, kali ini lebih riang.

Para penari masuk lagi, kali ini dengan warna-warna yang lebih cerah.

Yun Sia kembali ke kursinya, namun sekarang ia merasakan sesuatu yang berbeda…

Kursi itu tidak terasa besar.

Tidak terasa berat.

Terasa… hangat.

A-yang duduk di sisinya.

Tidak terlalu dekat.

Tidak terlalu jauh.

Tapi dekat enough untuk jari kelingking mereka bersentuhan.

Dan itu… entah kenapa lebih berisik dari gong.

Yun Sia menoleh.

Mendapati A-yang sedang memandangi penari… tapi pikirannya ke mana-mana.

“Ayang.”

“Hm?”

“Kamu gugup ya.”

A-yang menoleh.

“Kelihatan sekali?”

“Kelihatan,” jawab Yun Sia sambil tersenyum miring. “Tanganmu kaku seperti papan.”

A-yang menarik napas.

“Ini lebih menegangkan dari perang.”

“Berarti aku lebih berbahaya dari tombak?”

A-yang menatapnya.

“Kau lebih berbahaya dari segalanya.”

Yun Sia terkekeh kecil.

“Aku cuma gadis hutan.”

“Kau gadis yang membuat kaisar lupa takhta.”

Yun Sia mendengus.“Bohong.”

“Boleh kugenggam tanganmu?” tanya A-yang tiba-tiba.

Nada suaranya bukan seperti kaisar.

Lebih seperti lelaki...

Yang takut ditolak.

Yun Sia mengulurkan tangannya tanpa berpikir.

Genggaman itu hangat.

Sedikit gemetar.

Di meja lain, Ibu Suri Agung Wang memperhatikan mereka dengan senyum penuh perhitungan seorang ibu.

“Anak itu jatuh sebelum dia sadar,” katanya pada Permaisuri Lang.

“Yang mana?” tanya Permaisuri.

“Dua-duanya.”

Putri Wang Jia kembali datang membawa sepiring kue.

“Jie jie, coba ini! Ini kue khas istana Wang! Kalau kamu tidak suka, aku akan menyalahkan juru masaknya seumur hidup.”

Yun Sia mengambil satu dan menggigit.

“Enak.”

Jia menghela napas lega.

“Aku kira kamu akan muntah dramatis.”

A-yang mengambil satu juga.

Menggigit.

Diam.

“Ini asin,” katanya datar.

Putri Wang Jia menoleh.

“Bohong!”

Ia merebut kue itu.

“Eh? Kok iya?”

Yun Sia tertawa.

“Biasanya kamu masukkan apa?”

“Gula.”

“Yang ini?”

“…garam.”

Mochen yang lewat berhenti.

“Mungkin itu simbol. Hidup berumah tangga tidak selalu manis.”

Liyan menyamber.

“Kadang asin, kadang pedas, kadang gosong.”

Putri Wang Jia memasang wajah serius.

“Aku tidak akan pernah menikah.”

Semua menoleh.

Yun Sia berkata lembut, “Nanti juga berubah pikiran.”

“Tidak! Aku hanya akan hidup dengan kuda dan keju.”

A-yang mengangguk setuju. “Pilihan yang masuk akal.”

Permaisuri Lang yang mendengar hanya menggeleng sambil menahan tawa.

Beberapa saat kemudian, Kaisar Tua Wang Dan berdiri.

Mengangkat cangkir.

“Untuk Yun Sia,” katanya lantang, “yang menemukan keluarga… bukan karena darah, tapi karena hati.”

Sorak sorai kembali pecah.

Yun Sia merasa pipinya panas.

Tak terbiasa jadi pusat perhatian.

A-yang mencondongkan badan sedikit.

“Maaf,” bisiknya. “Sepertinya hidupmu tidak akan sepi lagi.”

Yun Sia membalas bisikan.

“Selama kamu ada… aku tidak keberatan.”

Liyan mengintip dari samping.

“Kalian tahu? Kalian terlalu manis. Aku bisa kena diabetes.”

Mochen mengangguk serius.

“Kondisi yang fatal.”

Setelah beberapa jam, pesta mulai mereda.

Tamu satu per satu berpamitan.

Musik menjadi lebih lambat.

Lentera-lentera dinyalakan.

Langit di luar sudah penuh bintang.

Yun Sia berdiri di balkon lagi… kali ini tidak sendiri.

A-yang ikut.

Dan di kejauhan, mereka bisa melihat istana yang kini lebih terang dari biasanya.

“Istana ini berubah,” gumam Yun Sia.

“Karena kamu,” jawab A-yang.

Yun Sia memutar mata.

“Jangan mulai jadi puitis.”

A-yang terkekeh.

“Kau melarang kaisar bermusik kata?”

“Aku melarang calon suamiku sok dramatis.”

A-yang berhenti.“Calon suami.”

Yun Sia menciut.“Eh… aku keceplosan.”

A-yang tersenyum lebar.“Aku suka kata itu.”

Mereka berdiri diam beberapa saat.

Menikmati angin.

Menikmati keheningan yang jarang mereka punya bersama.

“Ayang…”

“Hm?”

“Kamu takut nggak?”

“Takut apa?”

“Takut aku berubah.”

A-yang memandang ke depan.“Semua orang berubah. Tapi kalau kau suatu hari tidak lagi seperti sekarang… aku akan jatuh cinta pada dirimu yang lain.”

Yun Sia menatapnya lama.

“Gombal.”

“Jujur.”

Yun Sia tersenyum kecil.

Lalu mendadak berkata, “Aku ingin ayam ikut ke Wang.”

A-yang terkejut.

“Apa?”

“Bumi.”

A-yang menghela napas panjang.

“Baik. Ayam.”

Liyan yang kebetulan lewat hampir tersandung.

“Apa aku salah dengar? Kaisar Wang akan membawa ayam ke istananya?”

Mochen menambahkan, “Sejarah akan mencatat hari ini.”

Putri Wang Jia muncul.

“AKU SETUJU! AKU AKAN BUATKAN ISTANA KECIL UNTUK AYAM!”

Ibu Suri Agung Wang menggeleng.

“Keluarga ini kacau.”

Tapi senyumnya hangat.

Malam semakin larut.

Satu per satu lampu mulai dipadamkan.

Namun aula utama masih menyisakan kehangatan.

Di kamar Yun Sia malam itu, seorang pelayan membantu membuka jepit rambutnya.

Rambut hitamnya jatuh panjang.

Wajahnya kembali seperti anak hutan.

Permaisuri Lang masuk.

Duduk di tepi ranjang.

“Anakku…”

Yun Sia menoleh.

“Ada apa, Ibu?”

Permaisuri tersenyum lembut.

“Apapun yang nanti kamu hadapi… jangan lupa rumah ini akan selalu terbuka.”

Yun Sia memeluknya.

Dalam.

“Terima kasih karena tidak mengurungku.”

Permaisuri mengusap punggungnya.

“Terima kasih karena tidak pergi.”

Di sisi lain istana…

A-yang duduk sendiri.

Menatap langit.

Mochen berdiri menjaga.

“Anda gugup?” tanya Mochen.

A-yang mengangguk.

“Untuk pertama kalinya… aku ingin hidup lebih lama dari mahkota.”

Mochen terdiam.

Lalu berkata pelan, “Itu berarti anda sudah jadi manusia.”

A-yang tersenyum kecil.

Malam itu…

Bukan hanya dua kerajaan menyatu.

Hati pun mulai membangun rumahnya sendiri.

Dan jauh di langit…

Bintang tampak lebih dekat.

Seolah ikut mengintip kisah dua orang yang tidak pernah merencanakan cinta…

Tapi memilihnya.

Bersambung.

1
Cindy
lanjut kak
Lina Hibanika
si embe hayang ka pilem🤣
Hikam Sairi
semoga konfliknya tidak terlalu berat 😂😂😂
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
Selamat Yun Sia dan A Yang... semoga bayinya kembar (perempuan dan laki-laki) 🤭
Hikam Sairi
makanya kalo ngontrak bayar jangan maunya neduh doang 🤣🤣🤣🤣 becanda ✌️✌️✌️
Hikam Sairi
berasa lagi nonton Drakor ya liyan🫵🫵🫵🤣🤣🤣🤣🤣
Hikam Sairi
🤣🤣🤣si geblek 🫵😂😂😂😂😂
Hikam Sairi
love love kali🤣🤣🤣
Hikam Sairi
🎵🎶gara gara sebiji kulit pisang
aku jadi pindah alam🎵🎶🎶
Maria Lina
kok diulang sih up nya
Ilfa Yarni
waw Yun dia km amazing skali aku suka
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
detik detik menuju MP
Iyus Iyus
bagussssssss
Ilfa Yarni
Yun dia walaupun hidup di hutan dia pintar dan cerdas
Ilfa Yarni
ternyata kaisar romantisnya dgn kata yg tepat
Ilfa Yarni
hmmm puitis skali semoga mereka langgeng ya
Wulan Sari
ceritanya semakin kesini semakin menarik lho semoga semua di akhir cerita ini bahagia happy end semangat 💪 Thor salam sukses selalu ya ❤️👍🙂🙏
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
gak ada yg sadar kah, Mochen bilang suka Wang Jia 🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!