PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBAHAGIAAN TERGANGGU
Catelyn bahagia karena ini tahun pertama bagi Gavin berulang tahun di temani Daddy nya.
"Gavin, this's give for you !" kata Jodie, memberikan sebuah mobil-mobilan kepada Gavin. "Wow, thanks Jodie! This is cool !" seru Gavin sumringah. "Welcome, Gavin. Happy birthday ya !" jawab Jodie, tersenyum.
"Gavin, aku juga punya hadiah buat kamu !" kata Sella, memberikan sebuah buku cerita kepada Gavin.
"Wah, makasih Sella ! I like it !" seru Gavin, menerima hadiah itu dengan gembira. "Sama-sama, Gavin. Semoga kamu suka ya !" jawab Sella, tersenyum. "Gavin, ini hadiah dari aku !" kata Marcus, memberikan sebuah robot-robotan kepada Gavin. "Wow keren Marcus ! Robotnya hebat banget !" seru Gavin dengan suara cadelnya, menerima hadiah itu dengan antusias. "Robotnya bisa joget lho !" jawab Marcus, tersenyum. Gavin tertawa senang dan langsung memainkan robot-robotan itu bersama teman-temannya. Mereka berlarian, berteriak, dan tertawa bersama, menikmati momen kebersamaan itu.
Kakek Atmadja datang menghampiri Gavin dengan membawa banyak hadiah di tangannya. "Cicit Kakek yang ganteng ulang tahun ya ? Ini hadiah buat Gavin dari Datuk" kata Kakek Atmadja, memberikan hadiah-hadiah itu kepada Gavin. "Wah, Atuuuk ! Mainan Gavin banyak" seru Gavin, memeluk Datuk nya erat. "Sama-sama, sayang" jawab Kakek Atmadja, mencium pipi Gavin. "Ini juga ada hadiah dari Nini dan Kakek buat Gavin," kata Ninj menghampiri mereka sambil membawa sebuah kotak besar. "Wow Nini ! Apa ini ?" tanya Gavin penasaran. "Buka aja, sayang" jawab Nenek, tersenyum. Gavin membuka kotak itu dengan semangat. Ternyata, di dalamnya terdapat sebuah rumah-rumahan dari kayu yang sangat indah. "Wah, keren ! Rumahnya bagus ! Gavin suka !" seru Gavin, kegirangan. "Nini dan Kakek senang kalau Gavin suka" jawab orang tua itu, memeluk Gavin erat.
Saat semua keluarga berkumpul, dan orangtuanya teman-teman Gavin juga berkumpul, Catelyn dan Ghavi memutuskan untuk mengumumkan kabar bahagia. "Kami ingin menyampaikan kabar gembira untuk semuanya" kata Catelyn, tersenyum. "Kami sangat bahagia, karena Mommy nya Gavin saat ini sedang mengandung anak kedua kami" sambung Ghavi, memeluk Catelyn dengan sayang.
"Horeee ! Gavin mau jadi kakak !" seru Gavin, melompat-lompat kegirangan.
"Selamat ya, Sayang. Kakek senang sekali," kata Kakek Atmadja, memeluk Catelyn dan Ghavi.
"Selamat ya, Nak. Mama dan Papa sangat bahagia" kata Mama Sarah, mencium pipi Catelyn dan Ghavi.
Bahkan orang tua teman-teman Gavin memberikan selamat kepada Ghavi dan Catelyn secara bergantian.
Kebahagiaan keluarga itu terasa begitu lengkap dan sempurna. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, telepon Ghavi berdering. "Halo, James ? Ada apa ?" tanya Ghavi. "Boss, ada masalah di Singapore. Kompetitor kita mengganggu jalur distribusi perusahaan kita" jawab James, dengan nada serius. Ghavi terdiam sejenak. Ia merasa dilema. Ia baru saja tiba di Bali dan ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Namun, ia juga harus bertanggung jawab terhadap perusahaannya. "Kapan aku harus ke Singapore ?" tanya Ghavi. "Secepatnya, boss. Kita harus segera mengambil tindakan" jawab James. Ghavi menghela napas panjang. Ia tahu, ia tidak bisa menunda-nunda lagi. "Aku akan berangkat ke Singapore besok pagi" jawab Ghavi, dengan nada pasrah.
Setelah menutup telepon, Ghavi menghampiri Catelyn dan menjelaskan situasinya. "Sayang, maafin aku. Aku harus ke Singapore besok pagi. Ada masalah di perusahaan" kata Ghavi, dengan nada menyesal. Catelyn menghela napas panjang. Ia mengerti bahwa Ghavi harus menjalankan tanggung jawabnya. "Nggak apa-apa, Sayang. Aku ngerti. Kamu hati-hati ya di sana" jawab Catelyn, memeluk Ghavi erat. "Aku janji, aku akan segera kembali ke Bali setelah masalahnya selesai" kata Ghavi, mencium kening Catelyn. "Daddy mau ke mana ?" tanya Gavin, yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka. "Daddy harus pergi ke Singapore, Sayang. Ada pekerjaan yang harus Daddy selesaikan" jawab Ghavi, menggendong Gavin. "Gavin ikut Daddy !" seru Gavin, memeluk Ghavi erat. "Maafin Daddy, Sayang. Gavin nggak bisa ikut. Gavin harus sekolah dan jagain Mommy". jawab Ghavi, mencium pipi Gavin. "Janji ya, Daddy cepat pulang ?" tanya Gavin, dengan mata berkaca-kaca. "Janji, Sayang. Daddy janji bakal cepat pulang" jawab Ghavi, memeluk Gavin erat.
Keesokan harinya, Ghavi berangkat ke Singapore. Ia langsung mengadakan rapat dengan timnya untuk membahas masalah yang terjadi. "Kita harus segera mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas masalah ini" kata Ghavi, dengan nada tegas. "Kami sudah melakukan investigasi, Pak. Dan kami menemukan beberapa bukti yang mengarah pada salah satu karyawan kita" jawab James. "Siapa ?" tanya Ghavi, penasaran. "Namanya Hamim. Dia adalah kepala bagian distribusi," jawab James. Ghavi terkejut mendengar nama itu. Hamim adalah salah satu karyawan yang sudah lama bekerja di ATMADJA CORPORATION. "Saya tidak percaya. Hamim sudah lama bekerja dengan saya. Kenapa dia melakukan ini ?" tanya Ghavi, dengan nada kecewa. "Kami juga tidak tahu pasti apa motifnya, Pak. Tapi bukti-buktinya sangat kuat. Dia telah membocorkan informasi rahasia perusahaan kepada kompetitor kita" jawab James. Ghavi menghela napas panjang. Ia merasa dikhianati oleh orang yang selama ini ia percaya. "Baiklah, kita harus segera mengambil tindakan. Laporkan Hamim ke polisi dan serahkan semua bukti yang ada," kata Ghavi, dengan nada tegas. "Siap, Pak" jawab James. Setelah melaporkan Hamim ke polisi, Ghavi dan timnya bekerja keras untuk memulihkan jalur distribusi perusahaan. Mereka melakukan negosiasi dengan para distributor dan mencari cara untuk meningkatkan penjualan.
Setelah seminggu bekerja keras, akhirnya Ghavi dan timnya berhasil mengatasi masalah tersebut. Jalur distribusi perusahaan kembali normal dan penjualan mulai meningkat. "Alhamdulillah, kita berhasil mengatasi masalah ini" kata Ghavi, dengan nada lega. "Ini semua berkat kerja keras Bapak dan tim" jawab James. "Tidak, ini semua berkat kerja sama kita semua. Saya sangat berterima kasih kepada kalian semua" kata Ghavi, tersenyum.
Setelah masalah selesai, Ghavi merasa sangat rindu kepada Catelyn dan Gavin. Ia ingin segera pulang ke Bali dan memeluk mereka. "James, saya mau pulang ke Bali besok pagi. Saya sudah sangat rindu dengan keluarga saya. Jadi saya bekerja secara remote dari sana. Tolong Pricillia melaporkan semua pekerjaan dan dokumen yang harus saya tandatangani melalui email" kata Ghavi kepada James yang sekarang sudah resmi menjadi Asisten Pribadinya. Sekretaris nya Pricillia sangat cekatan dan mampu bekerja sama dengan James. "Baik, Pak. Selamat berlibur dengan keluarga" jawab James, tersenyum.
Keesokan harinya, Ghavi tiba di Bali. Ia langsung menuju ke rumahnya di Jimbaran. "Daddy pulang !" seru Ghavi, saat memasuki rumah. "Daddy !" seru Gavin, berlari menghampiri Ghavi dan memeluknya erat. "Sayang, Daddy kangen banget sama kamu" kata Ghavi, mencium pipi Gavin. "I Miss you to Daddy" jawab Gavin, memeluk Ghavi semakin erat. Catelyn menghampiri mereka dan memeluk Ghavi dengan penuh rasa rindu yang mendalam.
***