Angel hidup dengan dendam yang membara. Kakaknya ditemukan tewas mengenaskan, dan semua bukti mengarah pada satu nama
Daren Arsenio, pria berbahaya yang juga merupakan saudara tiri dari Ken, kekasih Angel yang begitu mencintainya.
bagaimana jadinya jika ternyata Pembunuh kakaknya bukan Daren, melainkan Pria yang selama ini diam-diam terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit panik
Mobil milik ken melaju dengan tenang, terlalu tenang, membuat Angel semakin gelisah. Ia menatap jam di pergelangan tangan, lalu mendengus kesal.
“Ken… bisa lebih cepat sedikit?” suaranya terdengar tegang.
Ken hanya meliriknya sebentar lalu kembali. fokus pada jalanan “Aku sudah cepat Angel. lihatlah jalanan di depan. apa aku harus menabrakan mobilku pada mobil yang berjejer itu? jangan panik angel, tenanglah! ”
Angel menggeram kesal. sungguh sial sekali hari ini, kenapa pula jalanan menjadi macet seperti siput.
“Aku panik karena aku telat Ken!” nada bicaranya setengah berteriak , ia memijat pelipisnya, napasnya terasa pendek. “ Ini adalah Hari pertama aku bekerja, Ken. Hari pertama aku masuk ke dalam perusahaan Castello corp… dan semuanya harus sempurna. Ini langkah pertama aku untukk—”
Angel menggigit bibirnya, menahan kata-kata terakhir.
Ken menangkap kegelisahannya. “untuk apa? Balas dendam itu?”
Angel terdiam sejenak, tapi bola matanya berkilat marah.
“Ya. untuk hal itu. Aku harus terlihat sempurna. Aku harus bisa masuk tanpa cela. Aku harus… dekat dengan Daren.”
Nada suara Angel mulai gemetar dan keras. api dendam membara dalam mata gelapnya.
“Aku tidak boleh gagal. Aku tidak boleh terlihat lemah.”
Angel mendesah keras, wajahnya frustasi " cepat sedikit ken! tolong jangan membuat kesalahan untuk kali ini. "
Ken tersenyum tipis. “Jadi ini salahku lagi?”
Angel menatapnya tajam. “Ken, jangan bercanda sekarang. Aku serius.”
Ken masih tetap tenang, tapi tatapannya berubah lebih lembut. Ia menurunkan satu tangan dari setir dan menggenggam tangan Angel yang gemetar kecil. ia mengerti pentingnya posisi sekertaris bagi angel.
“Tenang. Kamu akan sampai tepat waktu.”
Angel melepas genggamannya, menyingkirkan tangan Ken.
“Jangan sentuh aku jika kamu hanya mbuatmu semakin tidak fokus.”
Ken terdiam sesaat ia sedikit tersinggung namun memilih untuk mengalah.
“Aku mengerti kamu sedang sangat sensitif.” Suaranya melembut. “Tapi jangan biarkan dendam membuat kamu hancur bahkan sebelum semuanya dimulai.”
Angel menatap ke luar jendela, rahangnya tegang. kedua tangannya meremas tas dengan erat.
“Aku tidak akan hancur ken. Yang harus hancur disini itu adalah Daren.”
Ken terdiam, Dendam angel terhadap Daren sangatlah besar. kekasihnya selalu berkata darenlah pembunuh sang kakak bahkan kyaknya hamil di luar nikah tanpa di ketahui siapapun, membuat angel lebih murka lagi dengan fakta itu.
Tidak ada bukti kuat yang mengarah pada Daren sebagai pelaku, angel hanya memusatkan pembunuhnya atas dasar sebuah diary.
dia tidak bermaksud membela Daren, tapi selama yang ia kenal Daren bukanlah seorang pria yang mampu berdekatan dengan wanita. dia pria dingin dengan tembok tinggi yang sulit untuk di tembus.
Angel mengusap wajahnya, lalu menarik napas panjang.
“Aku hanyaa… aku harus masuk dengan citra sempurna. Satu langkah salah, semuanya bisa hancur.”
Ken menoleh. “Dan aku di sini untuk bantu kamu angel”
Keduanya terdiam.
Angel menggigit bibir, menahan emosi berlebih yang bercampur aduk dengan rasa takut, sedih, dan api balas dendam.
Dia harus berhasil.
Harus. apapun caranya.
Pukul 06.57 | Perusahaan De Castello
Daren melangkah masuk ke lantai eksekutif dengan wajah datar dan mata setajam pisau. Jas hitamnya membungkus tubuh atletis itu dengan rapi, rambutnya tersisir sempurna, dan auranya membuat siapapun tanduk di bawahnya. Ia penguasa dunia bawah pengendali jaringan gelap.
Pintu lift terbuka, dan langkah panjangnya langsung menuju meja sekretaris barunya.
Kosong.
Daren berhenti. Alisnya langsung mengernyit. Rahangnya mengeras.
“Di mana dia?” gumamnya, dingin.
Angel seharusnya sudah ada di posisi itu sejak pukul 06.30, seperti instruksinya kemarin saat interview.
Baru saja ia hendak menekan tombol interkom, Adrian bergegas datang dari arah lorong, napasnya sedikit terengah karena berjalan cepat.
“P—pagi, Tuan Daren,” ujarnya sambil menunduk sopan.
Daren menatapnya tanpa ekspresi. “Sekretaris baruku harus datang jam berapa, Adrian? kenapa sampai saat ini mejanya masih kosong. ”
“Jam tujuh pagi, Tuan.”
Daren melihat jam tangannya pukul 06.58.
“Dan sekarang di mana dia?”
Adrian menelan ludah dengan kasar, lalu menunduk lebih dalam. “Saya… minta maaf mewakili Angel, Tuan. tadi pagi Dia mengabari saya lewat telepon.”
Daren mengangkat dagu sedikit tanda ia ingin penjelasan lebih lanjut.
“Angel harus ke rumah sakit dulu, Tuan,” Adrian melanjutkan dengan suara hati-hati. “Katanya ada masalah mendadak dengan… pencernaannya.”
Keheningan menggantung di udara
Daren memejamkan mata, menarik napas panjang yang terdengar berbahaya. untuk kali ini ia akan maafkan kesalahan itu.
“Masalah pencernaan,” ulangnya pelan, sangat pelan, tapi cukup untuk membuat Adrian merinding.
Adrian buru-buru menambahkan sebelum emosi tuannya meledak dan akan mengamuk disini “Dia bilang akan tetap datang secepat mungkin, Tuan. Tidak akan lewat dari jam masuk.”
Daren menatap kosong ke meja sekretaris itu, kemudian tatapannya meruncing tajam.
“Masuk hari pertama,” katanya dingin, “dan dia sudah membuat alasan untuk terlambat.”
Adrian terdiam, tidak berani membantah.
Daren berjalan menuju ruangannya, membuka pintu dengan satu sentakan ringan. Namun sebelum masuk, ia menoleh sedikit pada Adrian.
“Begitu dia datang,” ucapnya dengan suara rendah, “suruh dia langsung masuk ke ruangan saya. Tanpa menunggu.”
Adrian menunduk. “Baik, Tuan.”
Daren menutup pintu ruangannya.
Namun begitu tombol pengunci berbunyi klik dia duduk di kursinya dan menatap kosong ke arah depan.
masalah Pencernaan ya?
"apa yang kau makan hingga menyebabkan pencernaanmu bermasalah? " gumam Daren dengan suara pelan nyaris berbisik. ia tersenyum miring menatap ke arah jendela yang menampilkan padatnya kota jakarta.
"Mari kita lihat permainan apa yang kamu ingin mainkan disini Angel? Sangat malaikat penggoda"