Keilani Nassandra telah dijatuhi talak tiga oleh Galang Hardiyata, suaminya.
Galang masih mencintai Kei begitu juga sebaliknya, Kei pun masih mencintai Galang, teramat sangat mencintai lelaki yang sudah berkali-kali menyakiti hatinya itu.
Kei dan Galang berniat rujuk kembali, akan tetapi, Kei harus menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain, setelah Kei dan lelaki lain itu bercerai barulah mereka bisa rujuk kembali.
Oleh sebab itu Galang meminta bantuan temannya di salah satu club eksklusif yang Galang Ikuti Hardhan Adipramana untuk bersedia menikahi Kei dan segera menceraikan Kei setelah mereka melewati malam pertama.
Bagaimana reaksi Galang begitu mengetahui Hardhan adalah Presdir dari beberapa perusahaan terbesar abad ini?
Mampukah Kei bertahan dengan sikap dingin dan arogan Hardhan?
Dan pada akhirnya ...
Ketika cinta harus memilih ...
Siapakah yang akan dipilih Kei?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyctophobia
"Terserah!"
Suara dingin itu ... Apa Hardhan masih marah sama aku? Bagaimana bisa dia punya pikiran aku sedang membayangkan mas Galang? Justru ajaibnya seharian ini aku tidak memikirkannya sama sekali, mungkin karena seharian ini aku disibukkan dengan pernikahanku. Melihatnya sedingin itu, kalau aku memilih pakai jubah mandi alih-alih baju tidur yang sudah di siapkan Hardhan, mungkin Raksasa itu akan tambah marah, dan aku tidak ingin menyiram minyak tanah ke dalam api.
Sambil menghela napas panjang, Kei memilih baju tidur yang akan ia pakai, yang semuanya adalah lingerie pendek dengan bahan yang menerawang. Kei mengutuk siapapun yang memilihkan model seperti ini untuk baju tidurnya.
Kei memilih lingerie model babydoll warna hitam, satu set dengan G-String. Dilihat dari ukurannya memang sesuai dengan tubuh Kei. Ia kembali masuk ke kamar mandi, dan mengganti jubah mandinya dengan lingerie.
Kei memandang pantulan dirinya di cermin, Kei tidak ingin malam pertamanya dilewatkan dengan kesalah pahaman antara ia dan suaminya. Bagaimanapun juga ia sudah berjanji pada Hardhan kalau ia akan melakukan kewajibannya sebagai istri dengan baik.
Kei menghela napas panjang, menguatkan hatinya sebelum akhirnya membuka pintu kamar mandi dan menghampiri suaminya.
Hardan menelan ludah melihat Kei keluar dari kamar mandi dengan lingerie yang seksi dan terlihat pas sekali dengan tubuh tubuh Kei, memperlihatkan lekukan-lekukan indah tubuhnya, hingga membuat gairah Hardhan kembali naik.
Sial Alex! Baju yang kau pilih memang bisa langsung membangkitkan gairahku, tapi wanita itu memakainya di waktu yang tidak tepat! geram Hardhan dalam hati.
Hardhan menopangkan kaki kanannya ke atas kaki kirinya, berusaha menyembunyikan bukti gairahnya dari Kei yang sedang berjalan menghampirinya, wanita itu duduk di kursi sebelah Hardhan. Mereka hanya dipisahkan oleh satu buah meja tempat botol Vodka Hardhan di letakkan.
Kei menuang minuman itu ke gelasnya sendiri, Hardhan langsung menahan tangan Kei, "Jangan, ini terlalu keras untukmu."
Kei menepis tangan Hardhan dengan tangannya yang bebas, "Oh ayo lah, sekali ini saja ... Aku ingin mencobanya."
Supaya aku mempunyai keberanian dan percaya diri untuk melalui malam ini.
Setelah melakukan aerasi, Kei langsung menegak habis minuman itu, merasakan sensasi after taste dari vodka itu di tenggorokannya. Hardhan ingin mengisi kembali gelasnya yang kosong, tapi Kei menolak.
"Tidak, sudah cukup satu gelas saja."
Kei menenangkan diri sebentar, "Mengenai tadi aku ... "
"Bukannya tadi sudah ku bilang, aku tidak mau mendengar apapun alasanmu."
"Tapi kau harus mendengarnya!" teriak Kei.
Hardhan mengangkat sebelah alisnya, mungkin dia berpikir Kei sudah berani teriak padanya, tapi Kei harus tetap menjelaskan. Mau semarah apapun Hardhan ia tidak peduli. Malam ini kesalah pahaman itu harus berakhir. Untunglah minuman itu menimbulkan sedikit keberanian untuknya.
"Aku memang mencintai mas Galang, tapi tadi aku sungguh-sungguh tidak sedang membayangkannya, dan aku tidak bodoh sampai tidak bisa membedakan antara kamu dan mas Galang, dari segi postur tubuh atau apa pun kalian jelas berbeda."
Hening, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Hardhan, dan pandangan Hardhan masih tetap di arahkan ke luar jendela. Kei bangun dari kursinya untuk berdiri tepat di depan suaminya.
"Aku sudah menjelaskan yang sebenarnya, terserah kamu mau percaya atau tidak."
Kei langsung balik badan ke arah tempat tidur.
"Lalu kenapa kau tidak mau membuka mata? Apa segitu bencinya kau padaku?"
Kei menghentikan langkahnya, "Aku tidak bisa menjelaskannya padamu. Tapi apa pun alasanku untuk itu, tidak ada hubungannya dengan mas Galang, dan aku tidak membencimu."
"Kau bahkan masih memanggilnya mas. Padahal dia sudah bukan suami kau lagi," Hardhan mencibir.
Kei balik badan lagi ke arah Hardhan, menyilang tangannya di depan dada sambil menyipitkan kedua matanya.
"Apa kamu cemburu? Ahh lupakan saja, tidak mungkin playboy sepertimu mempunyai perasaan cemburu."
Kesal mendengar nada mengejek Kei, Hardhan berdiri dari kursinya, dengan tatapan memburu dan langkah yang pelan, ia menghampiri Kei, membuat Kei mundur selangkah demi selangkah sampai dinding dibelakang Kei menghentikan langkahnya, membuat Kei memekik kaget.
"Kecemburuan hanya untuk orang yang lemah, jadi aku tidak pernah dan tidak akan pernah merasakan perasaan seperti itu. Aku hanya memiliki nafsu."
Hardhan mengungkung Kei dengan kedua tangannya, ia melihat Kei yang sudah mulai panik, mencari celah untuk keluar dari kungkungan Hardhan.
"Terdengar seperti binatang."
Kei langsung menyesali perkataannya, mengutuk dirinya sendiri karena masih berani memprovokasi Hardhan. Seketika pria itu memegang dagu Kei dan mendongakkan wajahnya, sampai mata sendunya yang selalu terlihat sensual itu menatap mata Hardhan.
"Kau sudah berani menantangku ya? Di malam pertama kita?"
"Aku ... Aku hanya kesal kamu tidak bisa berpikir dengan logis."
"Binatang memang tidak memiliki akal, jadi dia tidak bisa berpikiran logis. Dan dengan senang hati akan ku tunjukan nafsu binatangku!"
Hardhan menunduk dan langsung mencium bibir Kei, membuat kaki Kei melemas dan otaknya lumpuh. Rasa panas menyeruak di beberapa bagian tubuh Kei, membuat tubuhnya seketika merapat ke Hardhan.
Hardhan kaget dengan respon Kei, ia mengira Kei akan menolak dengan menampar atau menendangnya. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Hardhan langsung membopong Kei, dan membaringkannya di atas tempat tidur.
Dengan tidak sabar Hardhan membuka baju Kei dan bajunya sendiri, Kei langsung memejamkan matanya, tapi kali ini Hardhan tidak peduli. Terserah Kei mau membayangkan siapa pun selama Hardhan bisa menyalurkan gairahnya terhadap Kei yang sudah lama ia tahan.
Tapi ternyata tidak bisa, tidak dengan mata Kei yang terpejam itu. Dan Hardhan tidak ingin memaksakan kehendaknya diluar kemauan Kei. Hardhan Mencium kening Kei, kemudian turun dari tempat tidur dan menarik selimut menutupi tubuh Kei sampai ke atas dadanya. Dengan napas tersengal Kei memandang Hardhan dengan tatapan bingung.
"Kenapa lagi?" tanya Kei.
Hardhan mengenakan kembali pakaiannya.
"Tidurlah."
"Hardhan ... "
"Tidurlah Kei, aku lelah."
Hardhan memutari tempat tidur, lalu berbaring di sisi lain tempat tidurnya, dengan tepukan tangan Hardhan semua lampu di kamar langsung padam.
"A ... Aku tidak bisa tidur dalam keadaan gelap," bisik Kei panik.
"Kau bukan anak kecil lagi Keilani. Kenapa takut gelap? Ada aku di sini."
Hardhan mendekat ke Kei, memeluk Kei dari belakang, dan merasakan tubuh Kei yang gemetaran. Hardhan langsung duduk dan bertepuk tangan lagi, kamar menjadi terang kembali.
"Demi Tuhan! Ada apa denganmu?"
Kei tidak menjawab, ia hanya memejamkan matanya erat-erat sambil terisak. Hardhan menepuk-nepuk pipi Kei.
"Kei, hei ... Kau kenapa?"
"Aku takut gelap," jawab Kei dengan suara bergetar.
"Kau fobia gelap? Sudah kau bisa buka mata sekarang, kamar sudah seterang siang hari."
Kei tetap tidak mau membuka matanya, dia terlihat seperti kesulitan bernapas, keringat dingin mengalir keluar dari pori-porinya. Hardhan memeluk Kei, berusaha menenangkannya, "Maafkan aku ... Aku tidak tahu kau menderita nyctophobia."
Hardhan terus menenangkan Kei, sampai istrinya itu tertidur, ia tadi berniat menghubungi Sam, tapi niat itu di urungkan karena Kei mulai tenang di dalam pelukannya. Besok Hardhan akan meminta Sam untuk memeriksanya.
Hardhan berusaha memejamkan matanya, walaupun sedikit sulit mengingat ada tubuh polos yang sedang ia peluk saat itu.
kesetiaan antar keluarga
ceritanya ngangenin walaupun sudah tau endingnya tapi masih semangat baca lagi