NovelToon NovelToon
KISAH CINTA YASMIN DAN ZIYAD

KISAH CINTA YASMIN DAN ZIYAD

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter Genius / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Kisah Seorang Gadis bernama Yasmin yang baru pindah ke desa, setelah coba tinggal di kota dan tidak nyaman, dia tinggal di rumah sang nenek, Yasmin seorang gadis yang mandiri, ceria diluar, namun menyimpan sebuah duka, bertemu dengan Ziyad seorang dokter muda yang aslinya pendiam, tidak mudah bergaul, terlihat dingin, berhati lembut, namun punya trauma masa lalu. bagaimana kisahnya.. sedikit contekan ya.. kita buat bahasa seni yang efik dan buat kita ikut merasakan tulisan demi tulisan..

yda langsung gaskeun aja deh.. hehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Bab 19

Sore hari, Ziyad kembali ke rumah setelah seharian bekerja serabutan di luar desa. Ia menemukan sepucuk surat kecil di pintu. Tulisan tangan itu sederhana, namun jelas: “Temui aku di tepi sawah malam ini. – Ridho.”

***

Pagi itu, embun masih basah di ujung daun ketika Ziyad melangkah menyusuri jalan desa. Langkahnya berat, setiap pandangan yang ia terima seolah menambah beban di pundaknya. Beberapa warga menoleh, sebagian hanya berbisik pelan.

“Itu dia orangnya….” bisik seorang bapak dengan nada merendah.

“Kasihan Yasmin kalau terus dekat dengan dia….” sahut seorang ibu dengan nada getir.

Ziyad pura-pura tidak mendengar, tapi hatinya perih. Dulu ia disegani karena tenaganya yang kuat membantu warga membangun surau, menolong di sawah, atau ketika ada hajatan. Kini, seolah semua kebaikan itu hilang tertutup satu tragedi yang tak kunjung usai.

Ia berhenti di warung kecil dekat simpang, hendak membeli kebutuhan sehari-hari. Pemilik warung, Pak Jafar, terlihat kikuk ketika melihatnya.

“Mau beli apa, Ziyad?” ucap Pak Jafar singkat dengan nada dingin.

Ziyad mencoba tersenyum tipis. “Gula sama kopi, Pak,” ucapnya pelan dengan nada sungkan.

Pak Jafar mengambilkan barang, lalu meletakkannya di meja tanpa menatap wajah Ziyad. Ziyad merogoh kantong, mengeluarkan uang. Namun saat hendak menyerahkan, tangan Pak Jafar buru-buru menarik diri. Uang itu hanya ia ambil dengan ujung jarinya.

“Sudah. Pulanglah cepat,” ucap Pak Jafar singkat dengan nada mengusir.

Ziyad mengangguk, membawa belanjaannya, melangkah pergi dengan dada yang semakin sesak.

***

Sementara itu, di ladang dekat sungai, Ridho sedang membantu Yasmin menimba air untuk menyiram tanaman. Yasmin tampak canggung, namun Nek Wan yang duduk tak jauh dari mereka tersenyum lega.

“Terima kasih, Ridho. Kalau tidak ada kau, pasti Yasmin kewalahan,” ucap Nek Wan ramah dengan nada puas.

Ridho tersenyum sopan. “Tidak usah sungkan, Nek. Saya senang bisa membantu. Lagipula ini kewajiban kita sebagai sesama warga,” ucapnya ringan dengan nada santai.

Yasmin menunduk, tak berani menatap Ridho. Hatinya bergejolak setiap kali lelaki itu menunjukkan perhatian. Ia tahu maksud Ridho baik, tapi bayangan Ziyad terus menghantui pikirannya.

Ketika Ridho hendak mengangkat ember besar, Yasmin mencoba menahannya. “Aku bisa sendiri, Ridho. Kau tidak harus selalu repot membantuku,” ucapnya cepat dengan nada kikuk.

Ridho menatapnya sebentar, lalu tersenyum. “Aku tidak merasa repot. Aku hanya ingin memastikan kau tidak terbebani. Biarkan aku yang menanggung beratnya,” ucapnya tenang dengan nada tulus.

Nek Wan yang mendengar itu mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia mulai merasa Ridho jauh lebih pantas mendampingi Yasmin.

***

Sore hari, Ziyad kembali ke rumah setelah seharian bekerja serabutan di luar desa. Ia menemukan sepucuk surat kecil di pintu. Tulisan tangan itu sederhana, namun jelas: “Temui aku di tepi sawah malam ini. – Ridho.”

Ziyad menggenggam surat itu erat. Hatinya berdebar, antara ingin tahu dan waspada.

Malamnya, bulan separuh menggantung di langit. Di tepi sawah yang sepi, Ridho sudah menunggu. Begitu melihat Ziyad datang, ia melipat tangan di dada, wajahnya serius.

“Aku ingin bicara terus terang, Ziyad,” ucap Ridho datar dengan nada tegas.

Ziyad menatapnya dengan sorot hati-hati. “Aku juga ingin mendengar apa yang ingin kau sampaikan, Ridho,” ucapnya pelan dengan nada waspada.

Ridho menarik napas panjang. “Aku tahu kau dan Yasmin saling mencintai. Tapi kau harus sadar, cinta kalian tidak akan membawa kebaikan. Semakin lama kau mendekatinya, semakin banyak luka yang ia tanggung,” ucapnya lantang dengan nada menekan.

Ziyad mengepalkan tangan. “Kau pikir aku tidak tahu itu? Setiap hari aku menanggung rasa bersalah, Ridho. Tapi aku juga tahu, Yasmin membutuhkan aku, sama seperti aku membutuhkan dia,” ucapnya getir dengan nada penuh luka.

Ridho mendekat selangkah. “Tidak. Yang Yasmin butuhkan adalah hidup tenang, tanpa cemooh, tanpa bayangan masa lalu. Dan kau tidak bisa memberikannya. Aku bisa, Ziyad. Aku akan menjaganya, meski harus melawanmu,” ucapnya tegas dengan nada menantang.

Ziyad menatap tajam, jantungnya berdegup keras. “Kau tidak akan pernah bisa menggantikan tempatku di hatinya. Cinta itu bukan soal siapa yang lebih diterima masyarakat, Ridho. Cinta itu soal hati,” ucapnya keras dengan nada menahan emosi.

Ridho maju, hampir menempelkan dada dengan Ziyad. “Kalau begitu kita lihat saja, Ziyad. Siapa yang pada akhirnya dipilih Yasmin. Aku tidak akan mundur,” ucapnya dingin dengan nada menantang.

Ketegangan memuncak. Keduanya hampir saja terlibat adu fisik, namun suara burung malam memecah kesunyian. Ridho akhirnya melangkah mundur, menatap Ziyad dengan tatapan penuh amarah.

“Aku tidak akan menyakitimu, Ziyad. Tapi aku juga tidak akan membiarkan Yasmin terus menangis karenamu. Anggap ini peringatanku,” ucapnya tajam dengan nada memperingatkan.

Ziyad menggenggam erat surat di sakunya, dadanya terasa seperti diremas. “Lakukan sesukamu, Ridho. Tapi ingat, hatinya bukan milikmu untuk direbut,” ucapnya tegas dengan nada menahan sakit.

Malam itu, keduanya berpisah dengan dada penuh bara. Bayangan Yasmin menjadi pusat pertaruhan yang tak bisa dielakkan.

***

Esok paginya, gosip baru menyebar cepat di desa.

“Aku dengar Ridho serius ingin melamar Yasmin,” ucap seorang ibu dengan nada antusias.

“Syukurlah kalau benar. Daripada Yasmin terus bersama Ziyad, lebih baik dengan Ridho. Setidaknya keluarganya jelas,” sahut yang lain dengan nada lega.

Berita itu cepat sampai ke telinga Yasmin. Jantungnya berdebar kencang, wajahnya pucat. Ia menoleh ke arah Nek Wan yang tampak mencoba menenangkan diri, meski matanya berbinar dengan secercah harapan.

“Min, kalau benar Ridho datang melamar, kau harus pertimbangkan baik-baik. Jangan sia-siakan kesempatanmu untuk hidup normal,” ucap Nek Wan lembut dengan nada menasihati.

Yasmin hanya bisa menunduk, air matanya jatuh membasahi lantai. Dalam hatinya, ia berteriak memanggil nama Ziyad.

***

Sore itu, langit desa berwarna jingga, cahaya senja menyelimuti sawah yang tenang. Namun di balik ketenangan itu, hati Yasmin justru semakin kacau. Sejak pagi, telinganya tak berhenti menangkap bisik-bisik warga. Semua membicarakan hal yang sama: Ridho akan melamarnya.

Yasmin duduk di serambi rumah, memandang kosong ke arah jalan desa. Nek Wan duduk di sampingnya, mengelus lembut punggung cucunya.

“Min, kau tidak boleh terus-terusan menangis. Kalau benar Ridho datang membawa keluarganya, itu pertanda baik. Kau bisa memulai hidup baru tanpa bayangan kelam,” ucap Nek Wan lembut dengan nada menenangkan.

Air mata Yasmin mengalir lagi. “Tapi Nek… bagaimana dengan Ziyad? Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpanya. Meski semua orang membencinya, hatiku tetap ingin bersamanya,” ucapnya lirih dengan nada bergetar.

Nek Wan menatap jauh ke depan. “Min, terkadang cinta itu harus dikorbankan demi masa depan. Nenek tidak ingin melihatmu menghabiskan hidup dalam tangis. Kau masih muda, kau berhak bahagia. Ridho bisa memberimu semua itu,” ucapnya pelan dengan nada penuh harap.

Yasmin menutup wajahnya dengan kedua tangan. Hatinya terasa seperti diremas.

***

Sementara itu, di ujung desa, Ridho duduk bersama ibunya di ruang tamu rumah sederhana mereka. Wajah ibunya tampak cemas.

“Ridho, kau yakin dengan keputusanmu ini? Yasmin bukan gadis biasa. Namanya sudah banyak diperbincangkan, apalagi hubungannya dengan Ziyad,” ucap ibunya khawatir dengan nada ragu.

Ridho menatap ibunya mantap. “Justru karena itu, Bu. Aku tidak bisa diam melihat Yasmin terus dihina. Aku ingin melindunginya, memberikan hidup baru yang lebih baik. Aku mencintainya, Bu, dan aku yakin bisa membuatnya bahagia,” ucapnya tegas dengan nada yakin.

Sang ibu terdiam, lalu menghela napas. “Kalau begitu, Ibu akan mendukungmu. Tapi bersiaplah, Ziyad pasti tidak akan tinggal diam,” ucapnya akhirnya dengan nada pasrah.

Ridho mengepalkan tangannya, menatap lantai dengan sorot mata penuh tekad.

***

Malam hari, Ziyad duduk sendirian di bilik kayu rumahnya. Lampu minyak redup berayun ditiup angin. Di depannya, secarik surat yang berisi kabar yang ia dengar sore tadi: Ridho akan melamar Yasmin.

Tangannya gemetar, dadanya terasa sesak. “Jadi benar… Ridho ingin mengambilmu dariku, Yasmin. Apa aku sudah begitu tak berarti hingga kau harus dipaksa memilih?” ucapnya lirih dengan nada getir.

Ia menggenggam kepalanya, teringat semua kenangan bersama Yasmin: senyum pertamanya, tawa kecil di bawah pohon mangga, doa bersama di surau tua. Semuanya berkelebat, membuat hatinya semakin hancur.

***

Keesokan harinya, Ridho datang ke rumah Nek Wan bersama ibunya. Warga yang tahu segera berkerumun di jalan, menyaksikan kedatangan itu. Gosip yang selama ini hanya berupa bisikan kini menjadi nyata.

“Lihat, benar Ridho melamar Yasmin,” ucap seorang bapak dengan nada kagum.

“Baguslah, akhirnya Yasmin bisa selamat dari bayangan Ziyad,” sahut seorang ibu dengan nada lega.

Di dalam rumah, suasana tegang. Nek Wan menyambut dengan wajah setengah bahagia, setengah cemas. Yasmin duduk di sudut ruangan, tubuhnya kaku, wajahnya pucat.

Ridho duduk bersila di hadapan Nek Wan. “Nek, saya datang dengan niat baik. Saya ingin meminang Yasmin. Saya tahu banyak gosip yang beredar, dan saya tidak ingin Yasmin terus menderita karenanya. Saya berjanji akan menjaganya dengan sepenuh hati,” ucapnya tegas dengan nada mantap.

Nek Wan terdiam, menoleh pada Yasmin. “Min, apa kau mendengar? Ridho dengan tulus ingin melamarmu. Kau tidak perlu menjawab sekarang, tapi pikirkanlah baik-baik,” ucapnya lembut dengan nada menasihati.

Air mata Yasmin jatuh deras. Ia menunduk, tidak sanggup mengangkat wajah.

***

Di luar rumah, Ziyad berdiri diam. Kakinya terasa terpaku pada tanah. Ia datang setelah mendengar kabar dari warga, tapi tidak punya keberanian untuk masuk. Dari balik jendela, ia bisa mendengar suara Ridho, juga tangisan Yasmin.

Dadanya bergetar hebat. Ia ingin menerobos masuk, berteriak, menegaskan bahwa Yasmin miliknya. Tapi bayangan wajah Aulia, tunangannya yang dulu, tiba-tiba hadir. Bayangan itu seakan berbisik bahwa ia akan mengulang kesalahan yang sama jika terus memaksa.

Ziyad menutup mata, air matanya jatuh. “Ampuni aku, Yasmin… aku terlalu lemah untuk memperjuangkanmu,” ucapnya lirih dengan nada hancur.

Ia pun melangkah mundur, meninggalkan rumah itu dengan hati yang terburai.

***

Setelah rombongan Ridho pulang, Yasmin jatuh terduduk di lantai, tubuhnya gemetar hebat. Nek Wan berusaha menenangkannya, namun air matanya tak terbendung.

“Nek, kenapa semua ini harus terjadi padaku? Aku mencintai Ziyad, tapi semua orang ingin aku bersama Ridho. Aku tidak tahu harus bagaimana,” ucapnya tersedu dengan nada putus asa.

Nek Wan memeluk cucunya erat. “Sabar, Min. Hidup memang penuh ujian. Kau hanya perlu percaya bahwa Allah tidak akan membiarkanmu sendiri,” ucapnya lembut dengan nada menenangkan.

Namun Yasmin merasa doanya tak lagi didengar. Ia merasa sendirian di tengah kerumunan, terjebak di persimpangan yang penuh duri.

Malam itu, ia kembali sujud lama di atas sajadah, menangis hingga suaranya parau. Hanya bulan yang menjadi saksi, bagaimana seorang gadis muda dipaksa memilih antara cinta dan restu dunia.

Bersambung.

1
Nadhira💦
endingnya bikin mewek thorrr...
Babah Elfathar: Biar ga sesuai sangkaan, hehehe
total 1 replies
Amiura Yuu
suka dg bahasa nya yg gak saya temukan dinovel lain nya
Babah Elfathar: mkasi jangan lupa vote, like dan subscribe ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!