Siapa yang menyangka permohonan yang berada di ujung nyawanya terkabulkan. Arum, gadis cantik yang merupakan salah satu gundik gubernur jenderal Belanda kembali ke masa lalu.
"Aku tidak mau mati dalam keadaan mengenaskan! Dicampakkan dan kehilangan anakku! Terlebih, kepada mereka!"
Mampukah Arum merubah masa depan nya? Apakah semuanya berjalan seperti yang diharapkan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permainan sedang berlangsung
Sepiring ubi yang masih mengepul itu ditemani oleh teh dengan asap yang masih membumbung. Sosok yang duduk di meja tampak termenung, hanya kesunyian yang menjadi temannya. Rumah kecil yang ditempatinya terasa kosong, tidak seperti sebelumnya.
Tubuhnya bereaksi saat mendengar ketukan pintu. "Siapa?" Tanyanya, dia belum bergeming dari tempatnya.
"Bi, ini aku." Sorot mata itu langsung berubah diikuti dengan langkahnya yang bergegas.
"Mau apa kau kesini? Pergi! Aku tidak mau rumahku didatangi oleh mu!" Tidak ada ucapan yang ramah ataupun tatapan lembut.
"Bi, aku cuma membawakan kabar."
"Tentang Arum bi."
"Memang apa peduli mu? Hah? Mau Arum bagaimana ini semua karena ulah kedua orang tua mu! Jangan bertindak sok peduli! Aku menyesal membiarkan kau mendekati Arum! Lebih baik kau pergi. Bukankah pernikahan mu dengan gadis impian ibumu akan segera dilangsungkan?"
"Bi, tolonglah. Aku kemari berniat baik. Aku juga tidak mau seperti ini. Aku tidak mau Arum pergi."
"Tapi apa buktinya? Ucapan mu itu tidak bisa dipegang! Pergi! Sebelum aku melakukan kekerasan padamu! Atau orang tua mu itu kemari dari mengatakan hal yang macam-macam! Pergi! Apapun yang terjadi pada Arum itu bukan urusan mu lagi! Pergi!" Sapu yang terletak patuh di sebelah nya langsung dilemparkan oleh bibi Arum ke arah Ari.
"PERGI!"
Ari terdiam akan kemarahan wanita itu padanya. Dia hanya bisa melihat pintu kayu itu tertutup.
"Den Ari, ayo kita pulang. Sebelum bapak ibu tau." Jelas pria bersamanya.
"Den, ayo .... Semuanya sedang mempersiapkan pernikahan den Ari." Lanjutnya.
"Ayo den!" Ajak nya kembali.
"Nah! Ini dia! Darimana kau? Jangan bilang kesitu lagi!" Jelas ibunya, dia memeluk lengan putranya memasang wajah yang tersenyum tapi kata-kata yang mengandung interogasi.
"Kau dengar ibu kan Ari?"
'Seharusnya ini pernikahan ku dengan Arum.'
"Jangan membuat ibu malu ya! Kau masih ingat apa yang ibu bilang kan? Jadi jangan macam-macam!"
************************
"Suamiku." Senyuman manis Caroline langsung menyambut kedatangan Frans yang baru saja keluar dari mobil. Topi yang bertengger di kepalanya sudah terlepas memperlihatkan rambutnya yang lepek karena diserang oleh sinar matahari dan pekerjaan yang cukup mengurus tenaga dan pikirannya.
"Bagaimana hari ini? Tampaknya sedikit lebih berat. Mau mandi bersama?" Jelas Caroline dengan tubuh yang sudah menempel pada suaminya.
"Ya, aku merasa tubuhku lengket." Jelasnya.
"Aku akan meminta babu menyiapkan air untuk mandi." Ujarnya tanpa memalingkan wajahnya dan menghilangkan senyumannya.
"Ayo Frans!"
"Kalian bisa pergi!" Titah Caroline. Dia tidak sudi membiarkan siapapun melihat tubuh suaminya, meskipun dia akui, suaminya mengoleksi banyak Nyai di rumah mereka.
"Aku merindukan mu." Ucap Caroline manja. Dia memeluk tubuh dengan perut impian para wanita.
Frans diam, membiarkan istrinya menempel, memeluk dan mengecup punggung nya. Caroline adalah wanita yang cantik, mereka sudah menikah sebelum dia datang ke negara ini.
Untuk tubuhnya pun jangan diragukan, baik ukuran dada maupun pinggang nya. Tidak mengecewakan, hanya saja begitulah seorang pria. Mata mereka bekerja dengan diiringi n@psu yang besar.
"Frans...... " Panggil Caroline kembali, pakaian suaminya sudah terjatuh, dan siap dengan celana yang akan dibuka.
"Hanya malam ini..... Bisakah?" Pinta Caroline, dia merindukan suaminya, sejenak dia melupakan rencananya kepada Arum dan ingin menghabiskan waktu bersama suaminya.
"Aku merindukan mu." Caroline mulai mendekatkan wajahnya dan mel3mat bibir suaminya, tidak ada penolakan dari Frans. Tentu saja, mana bisa dia tahan, terlebih di depan mata.
Frans mulai membalas lumatan istrinya, membuat Caroline tersenyum. Suasana intim mulai terbentuk di dalam sana.
'Tidak masalah, aku ingin melihat bagaimana keadaan Arum saat mengetahuinya.'
**************
Senyuman Arum luntur saat melihat sosok yang ada di depan pintu bukan sosok yang ditunggu nya. "Kenapa? Kecewa ya?"
"Nunggu maneer, tapi yang datang aku! Hahaha."
"Tidak perlu ditunggu. Maneer sedang menghabiskan waktu dengan nyonya! Mungkin semalaman! Jangan menunggu ya. Kasihan sekali!" Wanita itu pergi dengan tersenyum puas.
Bibir Arum kembali membentuk senyuman licik. "Sungguh? Tapi sayangnya, itu tidak bertahan lama. Karena maneer, akan menemui ku setelah dari istrinya itu! Kita lihat saja! Siapa yang akan memenangkan permainan ini!"
Bersambung.....
Hai semuanya, terimakasih atas dukungannya untuk novel ini. Untuk update nya belum bisa rutin karena author jatuh sakit. Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya, untuk nambah imun author 🥰🥰🥰🥰