Mayor Buluk (Bujang Lapuk) Meet Janda Kembang

  Ainun sampai terbelalak tak percaya atas ajakan menikah dari sang Mayor, sedangkan Kayla, ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan membiarkan sisa bekas pecahan gelas yang berserakan di atas lantai.

"Nun, kenapa dengan Kayla?" tanya Arsen sampai kebingungan.

Sedangkan Ainun, ia malah menghela napas panjangnya.

"Perkataan mu yang barusan telah membuat Kayla menjadi seperti itu, maaf Mayor Arsen aku menolak lamaranmu, kita baru saja kenal dan aku belum bisa melupakan mendiang suamiku! Sebaiknya kamu segera pulang, aku ingin istirahat!" Ainun terpaksa berkata seperti itu tanpa memikirkan kembali niat baik Mayor Arsenio padanya.

Sedangkan Sang Mayor, ini kali kedua ia ditolak oleh seorang wanita, dulu mantan kekasihnya menolak untuk menikah dengannya dan lebih memilih putus karena tidak sanggup di tinggal satgas selama lima tahun, dan sekarang setelah ia sudah bisa kembali menata hatinya yang sempat berantakan dan membukanya untuk wanita lain, lagi-lagi penolakan yang telah ia dapatkan, pikirnya apakah mungkin selamanya ia akan hidup menjadi seorang bujang lapuk?

Dengan rasa kecewanya yang teramat dalam, akhirnya Mayor Arsenio tanpa banyak komentar, lebih memilih untuk pergi, saat dirinya berada di depan pintu keluar, ia sempat menoleh sejenak dan menatap dalam Ainun.

"Nun, tolong di pikirkan kembali perkataanku yang barusan, mungkin saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menjawabnya, kalau begitu aku permisi pulang, Assalamualaikum!" Mayor Arsenio membalikan tubuhnya dan dengan langkah yang cepat segera pergi meninggalkan rumah Kayla.

"Waalaikumsalam!" balasnya sambil menatap nanar Sang Mayor yang kian menjauh dari pandangannya.

Ainun termenung sejenak, ia masih tidak percaya atas ajakan dari Mayor Arsen, apalagi Kayla sempat mendengarnya secara langsung, Ainun sempat berpikir bahwa dirinya sudah seperti wanita kejam yang merebut pria yang di sukai oleh sahabatnya sendiri, dan Ainun tidak mau sampai hal itu terjadi, walau bagaimanapun Kayla sudah banyak berjasa padanya.

Kemudian sambil berjalan tertatih karena masih merasakan sakit di area dengkulnya akibat bekas luka memar terkena jalanan beraspal, Ainun berusaha untuk melangkah dan pergi menuju kamar Kayla.

Tok!

Tok!

Tok!

"Kayla, boleh aku masuk?" Ainun menunggu jawaban darinya.

Namun sayangnya Kayla tak merespon, sampai akhirnya Ainun mencoba membuka handel pintu, namun sayangnya pintu kamarnya malah dikunci dari dalam.

"Kay, kumohon jangan seperti ini, aku benar-benar tidak tahu kalau Mayor Arsen...!" Ainun tak melanjutkan perkataannya, ia takut akan menyakiti perasaannya.

Sedangkan Kayla, saat ini ia menunduk, menyandarkan siku di lutut dan menautkan jari-jari, tatapannya kosong mengarah ke lantai, tapi isi kepalanya jauh dari tenang.

"Ainun, kenapa mesti kamu yang di pilih oleh Mayor Arsen, kenapa bukan aku, padahal aku begitu menyukainya?" air matanya jatuh semakin deras tangisnya pecah tanpa bisa ia tahan.

Sedangkan Ainun, ia masih berdiri di depan pintu kamar Kayla, ia berharap bisa menjelaskan semuanya kepadanya, dan tidak terjadi kesalahpahaman seperti ini.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Dibawah guyuran showe di dalam kamar mandi, Mayor Arsenio mencoba untuk bisa menenangkan pikirannya yang berkecamuk menjadi satu yakni antara kesal dan juga kecewa.

"Ainun, apakah kau tidak menyukaiku? Akh...tadi kan dia yang bilang sendiri padaku kalau ia masih mencintai mendaiang suaminya, tapi sampai kapan? aku tidak boleh menyerah, Ainun harus menjadi milikku!" monolognya sangat yakin.

Arsenio akan mencoba kembali untuk bisa membuat Ainun mau menerimanya dan ia berharap semoga ada keajaiban yang membuat dirinya bisa berjodoh dengannya.

Selesai mandi, ponsel miliknya berdering, ia buru-buru meraih benda pipihnya yang ia taruh di atas lemari nakas samping tempat tidur.

Rupanya ia mendapatkan panggilan telepon dari kantor Polisi mengenai kasus percobaan pembunuhan terhadap Ainun, dan Ainun pun akan dimintai keterangan untuk laporan BAP.

Sang Mayor akhirnya bergegas pergi, menuju kantor Polisi setempat dan sudah ada Komisaris Tama yang sudah menunggunya.

"Selamat sore Mayor Arsenio?" sapa Komisaris Tama sambil berjabat tangan dengannya.

Begitupun dengan Mayor Arsenio, rupanya mereka berdua sudah saling mengenal namun tidak begitu dekat.

Akhirnya Komisaris Tama mempersilahkan sang Mayor untuk duduk untuk mendengarkan hasil identifikasi atas kejadian yang telah menimpa Ainun

"Lantas, apakah motif dari si pelaku ini, Pak Komisaris?" tanyanya penasaran.

Dari hasil investigasi yang telah dilakukan di TKP dan juga kesaksian warga setempat, bahwa korban pada saat itu sudah di buntuti oleh pelaku, dan berusaha mencelakai korban dengan cara menjatuhkan motor yang korban kendarai, beruntungnya korban tidak mengalami luka yang parah!" tuturnya.

"Apakah Pak Komisaris sudah mengetahui siapa pelakunya?" tanyanya kembali.

"Dari hasil keterangan warga setempat, pelaku berjumlah dua orang, memiliki tubuh yang kekar dan berkulit sawo matang, tinggi badannya sekitar 170Cm, besar kemungkinan para pelaku ini merupakan orang suruhan untuk menghabisi korban!"

Mayor Arsenio sudah menduga akan hal ini, pelaku sepertinya yang selama ini telah mengincar Ainun.

"Pak Komisaris, apakah besar kemungkinan para pelaku ini akan melakukan aksinya kembali karena saat ini sepertinya pihak dari kepolisian belum menemukan jejaknya?" tanyanya untuk memastikan.

"Besar kemungkinan seperti itu, untuk korban harap untuk selalu waspada dan berhati-hati, karena bisa saja para pelaku ini melakukan aksinya kembali sampai korban benar-benar dibuat tak bernyawa!" imbuhnya.

Deg!

Mayor Arsen semakin dibuat cemas atas pernyataan dari Komisaris Tama.

"Apakah pihak dari kepolisian bisa memberikan pengamanan ekstra untuk korban?"

"Bisa saja Mayor, Mayor juga bisa menjadi dewa pelindung untuk korban!" kelakarnya malah membuat Mayor Arsenio tersipu malu.

"Maaf Mayor, saya hanya bercanda!" ucapnya kembali merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa Komisaris, saya malah suka dengan perkataan anda yang barusan!" jawabnya sampai mengulum senyum.

Kemudian Mayor Arsen meminta ciri-ciri para pelaku dan kebetulan pihak dari kepolisian sudah membuat berupa sketsa wajah kedua pelaku berdasarkan hasil pengamatan saksi mata yang tidak disengaja berada di lokasi kejadian.

"Besok saya akan pergi menemui korban untuk menanyakan kembali kronologi kejadiannya, apakah besok Mayor ada waktu untuk mengantarkan saya kesana? Pasti Mayor sangat hapal rumahnya korban!" Komisaris Tama seraya menyindirnya, tapi Mayor Arsen samasekali tidak marah, justru ia malah senang.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Menjelang malam, Ainun merasa tidak nyaman dengan keadaannya saat ini, dimana Kayla telah mendiamkan dirinya.

Akhirnya Kayla perlahan membuka kunci pintu kamarnya, ia pikir Ainun sudah tidak berada di dalam kamarnya.

Ketika ia melangkah menuju dapur dengan cara melangkah pelan, tiba-tiba Ainun berdiri di belakang nya, Kayla sendiri menyadari kehadiran Ainun. Ia sampai menghela napasnya karena masih merasa kesal padanya.

"Kay, kalau kau masih marah padaku, aku akan pergi dari sini, dan aku tak akan pernah kembali, lebih baik aku menjauh dari kehidupanmu dan juga Mayor Arsenio, asal kamu tahu Kayla, aku dan Mayor Arsen samasekali tidak memiliki hubungan apapun, aku dekat dengannya karena hanya butuh bantuan darinya, karena aku tahu kalau aku tidak mungkin bisa mengatasi masalah ini seorang diri!" Ainun merasa tidak enak terhadap Kayla dan ia berusaha memberikan penjelasan agar Kayla tidak salah faham.

Akhirnya Kayla membalikan tubuhnya dan ia mencoba membalas perkataan dari Ainun.

"Tapi Mayor Arsen menyukaimu Nun, dari cara ia menatap dirimu begitu berbeda, apalagi saat ia mengatakan ingin menikah dengan mu dengan berdalih ingin melindungi mu, sudahlah kau jangan pura-pura tidak tahu, aku tidak suka atas sikapmu yang sok polos dan tidak tahu!" tuduhnya cukup menyakitkan.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸