NovelToon NovelToon
The Great General'S Obsession

The Great General'S Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Obsesi / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sungoesdown

Wen Yuer dikirim sebagai alat barter politik, anak jenderal kekaisaran yang diserahkan untuk meredam amarah iblis perang. Tetapi Yuer bukan gadis biasa. Di balik sikap tenangnya, ia menyimpan luka, keberanian, harga diri, dan keteguhan yang perlahan menarik perhatian Qi Zeyan.

Tapi di balik dinginnya mata Zeyan, tersembunyi badai yang lambat laun tertarik pada kelembutan Yuer hingga berubah menjadi obsesi.

Ia memanggilnya ke kamarnya, memperlakukannya seolah miliknya, dan melindunginya dengan cara yang membuat Yuer bertanya-tanya. Ini cinta, atau hanya bentuk lain dari penguasaan?

Namun di balik dinding benteng yang dingin, musuh mengintai. Dan perlahan, Yuer menyadari bahwa ia bukan hanya kunci dalam hati seorang jenderal, tapi juga pion di medan perang kekuasaan.

Dia ingin lari. Tapi bagaimana jika yang ingin ia hindari adalah perasaannya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sungoesdown, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan Manis

Pagi masih menggeliat malas di balik tirai kabut ketika langkah kaki terdengar mendekati kamar Wen Yuer. Suaranya ringan namun penuh keyakinan. Sebelum matahari sepenuhnya menggantung di langit timur, daun pintu sudah diketuk tiga kali.

Wen Yuer menoleh dari cermin, satu sisi rambutnya baru separuh selesai dikepang, sisanya masih tergerai acak. Matanya menyipit tajam saat mendengar suara yang sangat dikenalnya dari balik pintu.

"Yuer."

Nada suara Zeyan terdengar seperti peringatan, atau mungkin hanya kekesalan yang dibalut ketenangan. "Kenapa kau belum siap?"

Yuer mendengus sambil memutar tubuh setengah, cukup untuk menatap arah suara. "Karena ini masih terlalu pagi. Aku bahkan belum sempat membuka jendela."

"Dan itu salahku? Aku sudah bilang bukan, 'kita berangkat pagi-pagi sekali'?" Zeyan masuk tanpa menunggu jawaban, menutup pintu pelan di belakangnya.

"Kalau begitu berarti aku lupa," gumam Yuer, mulutnya komat-kamit sambil kembali menghadap cermin.

Alih-alih memperdebatkan, Zeyan menarik kursi kecil di samping meja rias itu dan duduk. Satu sikunya bersandar malas di meja, tubuhnya sedikit condong ke arah Yuer. Tatapannya memperhatikan gerakan tangan Yuer yang kini mulai mengepang bagian rambut sisi lainnya dengan cepat namun tetap rapi.

Diam-diam, helai kecil rambut ikal di pelipis Yuer mencuri perhatian Zeyan. Dengan gerakan pelan, hampir hati-hati, dia menyentuh helai itu dengan ujung jarinya.

Yuer berhenti sejenak, menatap Zeyan melalui bayangan cermin. Tatapannya datar. "Apa yang kau lakukan?"

Zeyan mengangkat bahu. "Rambutmu tebal sekali, dan halus."

Yuer melanjutkan mengepang tanpa mengatakan apapun meski jantungnya kini seolah akan meledak.

Zeyan tersenyum tipis, pandangannya tidak bergeser dari wajah Yuer. "Kenapa tidak meminta pelayan melakukannya untukmu?"

Yuer mengangkat satu alis. "Ini bukan sesuatu yang luar biasa."

Hening sebentar, hanya suara gemerisik halus dari rambut yang dikepang.

"Aku tidak menyangka kau bisa duduk diam menunggu seperti ini," ujar Yuer kemudian, setengah menggoda, setengah serius.

Zeyan menyandarkan dagunya di atas buku jarinya yang terkepal. "Kalau menunggumu, aku rasa aku bisa."

Apa itu?

Setelah itu Yuer merasa lebih baik ia diam saja.

...

Roda kereta kuda berderak pelan menyusuri jalan berbatu. Angin pagi masih lembut, belum membawa panas atau debu. Di dalam kereta, Yuer duduk dengan tenang, memandangi tirai yang terbuka setengah. Zeyan duduk di seberangnya, lengan terlipat dan wajah tak bisa ditebak. Mereka belum banyak bicara sejak keberangkatan.

"Berapa lama perjalanan ini?" tanya Yuer akhirnya, suaranya datar tapi tak dingin.

Zeyan menjawab tanpa menoleh, "Dua hari, jika tidak ada hambatan. Kereta hanya mengantar sampai perbatasan. Sisanya kita lanjutkan dengan kuda."

"Tapi aku hanya menjanjikan satu hari, bukan dua atau lebih."

Kedua mata Zeyan menatap Yuer. Menyeringai pelan, "Aku belum menggunakannya, ini belum masuk hitungan."

"Kau benar-benar..."

Yuer menatap Zeyan tidak habis pikir kemudian melihat ke arah lain, seperti tempat kosong di samping Zeyan atau kemanapun asal bukan pria itu.

Mereka sampai di perbatasan pada tengah hari, seseorang yang sudah pasti 'orang Zeyan' sudah menunggu. Seperti yang dikatakan, dua kuda telah disiapkan tapi saat mereka mendekat, hanya ada satu.

"Mana kuda satunya?" suara Zeyan langsung keras. Tatapannya menusuk salah satu penjaga yang terlihat kebingungan.

"T-tuan… bukankah Anda hanya memesan satu?"

Alis Zeyan langsung terangkat tinggi, "Aku bilang dua, jelas-jelas dua. Apa kau tuli?"

Penjaga itu tertunduk, panik. Dia sangat yakin bahwa Zeyan hanya meminta satu kuda, "M-maafkan saya…"

Yuer menyentuh lengan Zeyan saat melihat pria asing itu terlihat sangat ketakutan. "Kalau memang begitu, seharusnya kau tinggal naik sendiri. Mungkin aku harus berjalan."

"Jangan bodoh," Zeyan sudah naik ke pelana. "Naiklah."

Yuer mendengus, "Kau yakin tidak keberatan? Kuda ini bisa keberatan, loh."

Zeyan tidak menjawab, hanya mengulurkan tangan. Yuer menatapnya sejenak, lalu menerima uluran itu dan naik ke belakangnya. Dia duduk tegak, menjaga jarak sebisanya.

Kuda bergerak dengan kecepatan yang stabil. Yuer tidak mengatakan apapun sejak mereka meninggalkan perbatasan. Sama dengannya, Zeyan juga tak mengatakan apapun. Entah mengapa, hanya diam bersama dengan Zeyan tidak terasa salah.

"Ada apa dengan ekspresimu itu?" Suara Zeyan sudah berada di samping pelipisnya.

"Tidak ada. Aku menahan diri untuk tidak menanyakan apapun tentang kemana kita akan pergi, tapi kurasa aku tidak bisa. Jadi, bisakah kau menjawabnya?"

"Kenapa menahannya? Sudah sejauh ini, baru bertanya?"

"Kau tidak mau menjawabnya semalam!"

Zeyan tersenyum miring, menikmati ledakan kekesalan Yuer. "Tapi aku bisa menjawabmu hari ini."

Yuer mencibir tanpa suara.

"Kau tahu daerah bernama Haeyun? Pemimpinnya adalah seorang wanita, dan memiliki seorang adik perempuan yang akan menikah. Rumor tentangmu sudah sampai padanya, dan dia mengirim undangan khusus untukku, memintaku membawamu juga."

"Membawaku? Untuk apa?"

"Kurasa dia penasaran pada wanita Jenderal Utara yang dikenal kejam ini?"

"Memangnya itu sesuatu yang istimewa?"

"Tentu saja."

"Apa yang istimewa?"

Zeyan mendekatkan bibirnya ke telinga Yuer, "menurutmu apa, Wen Yuer?"

...

Langit mulai gelap dan perjalanan terasa panjang. Lambaian pepohonan dan suara serangga mengiringi langkah kuda mereka yang stabil. Di balik semua itu, udara terasa lebih lembut atau mungkin karena tubuh Yuer mulai kehilangan tenaga.

Yuer duduk di depan Zeyan di atas pelana. Ia menjaga jarak sejauh mungkin, punggungnya tak pernah bersentuhan dengan tubuh lelaki itu. Tapi perlahan, tubuhnya mulai goyah. Tanpa sadar, kepala Yuer miring sedikit, lalu pelan-pelan bersandar ke belakang.

Zeyan yang awalnya fokus pada jalan, mendadak kaku saat merasakan Yuer bersandar pada dadanya. Ia menunduk sekilas, melihat rambut Yuer yang tergerai tenang dan napasnya yang sudah teratur.

"Hah." Dia mendesah pelan, nyaris tidak terdengar. "Seharusnya kau bilang kalau mengantuk."

Namun Zeyan tidak menarik diri. Sebaliknya, dia memindahkan tali kendali ke tangan kiri, sementara tangan kanannya melingkar pelan di pinggang Yuer seolah hanya untuk menjaga keseimbangan, tapi gerakannya terlalu hati-hati untuk disebut sekadar reflek.

Posisinya seperti pelukan sepihak dari belakang. Dada Zeyan menempel pada punggung Yuer, dan sesekali embusan napasnya menyentuh leher gadis itu.

Ia menatap wajah Yuer yang tertidur, tenang dan tanpa beban, lalu tersenyum miring yang nyaris tak terlihat. "Bodoh, Wen Yuer, kau bodoh." gumamnya, namun suaranya lebih lembut dari biasanya.

Zeyan sudah melewati beberapa tempat yang pas untuk berhenti dan beristirahat karena langit juga sudah mulai gelap, tetapi dia ingin mengulur waktu. Menikmati kehangatan dari punggung Yuer yang menempel padanya sedikit lebih lama.

...

Langit sudah sepenuhnya gelap. Zeyan akhirnya menarik tali kekang ke arah jalur yang lebih teduh, mendekati area terbuka di kaki bukit yang cukup rata untuk bermalam. Ia melirik ke arah gadis yang masih bersandar di dadanya—Yuer belum juga bangun.

Dengan satu gerakan mantap, ia menghentikan kudanya dan turun lebih dulu, kemudian tanpa ragu meraih tubuh Yuer dan mengangkatnya ke dalam pelukannya, dengan gaya pengantin baru.

Langkahnya mantap menyusuri tanah yang dipenuhi dedaunan kering, menuju area dekat batu besar yang bisa menghalau udara malam dari arah timur.

Namun baru beberapa langkah, Yuer mulai menggeliat. Matanya membuka perlahan, lalu menyipit menatap ke arah wajah Zeyan dari posisi tidak biasa itu.

"Apa yang kau lakukan?" gumamnya setengah sadar.

"Menggendongmu?"

"Kenapa?" gumamnya lagi, suaranya berat karena baru bangun.

"Karena kau bodoh untuk tidur di atas kuda?" jawab Zeyan datar, seolah jawabannya sudah sangat logis.

"Kau bisa bangunkan aku."

Zeyan menolehkan kepala sedikit, nadanya lebih sinis. "Menurutmu aku tidak melakukannya? Kau saja yang tidur seperti kerbau."

Mata Yuer menyipit penuh protes. "Turunkan aku," desisnya.

Zeyan menurut, dengan perlahan menurunkannya ke tanah. Tapi saat kaki Yuer menyentuh tanah, pijakannya goyah. Ia tersandung sedikit ke belakang.

"Aaa!" pekiknya pelan.

Zeyan sigap menangkapnya, satu tangan bertahan di pinggangnya, wajahnya terlihat tidak terkejut sama sekali. Tapi kemudian ia mengembuskan napas keras, panjang, seperti seseorang yang benar-benar lelah dengan kebodohan yang harus ia urus.

"Benar-benar menyusahkan," gumamnya, tapi tidak melepas genggamannya.

Ia tidak berkata apa-apa lagi dan langsung menggandeng tangan Yuer, menyeretnya pelan ke arah batu besar yang menjulang kokoh. Letaknya di sisi timur, cukup besar untuk menahan angin malam yang perlahan mulai bertiup dingin dari arah itu.

Zeyan melepaskan genggaman hanya untuk membuat api unggun. Ia menyusun ranting dan daun kering dengan cekatan, lalu memantik api. Nyala merah-oranye menyala lembut di tengah mereka, bayangannya menari-nari di wajah Zeyan yang tampak serius.

Tak ada percakapan. Hanya suara api, desiran angin, dan kehangatan yang perlahan mengusir dingin.

Yuer menarik lututnya ke dada, menyandarkan kepala di batu. Matanya mulai mengantuk lagi, kali ini benar-benar berat.

Zeyan melirik sebentar, kemudian berdiri dan berjalan ke arah kudanya. Ia membuka salah satu tas dan menarik terpal lipat dari dalamnya. Dengan satu gerakan, ia membentangkannya di sisi tanah yang cukup datar dan bersih.

"Tidurlah," katanya pendek, tanpa menoleh.

Yuer membuka matanya setengah. "Kau tidak tidur?"

Zeyan menjawab tanpa ragu, nadanya pelan tapi terdengar pasti di tengah malam yang mulai hening.

"Kau tentu tidak ingin hewan buas menerkammu saat kau tidur."

Yuer mendongak pelan, tatapannya mengerling penuh arti. "Hewan buas itu... kau?"

Zeyan menoleh cepat dengan alis terangkat, hendak membalas, tapi Yuer sudah cepat-cepat membenamkan wajah ke dalam lengan dan memejamkan matanya pura-pura tidur.

Hening sesaat. Kemudian sudut bibir Zeyan terangkat sedikit, membentuk senyuman tipis.

1
lunaa
lucu!!
lunaa
he indirectly confessing to herr 😆🙈
lunaa
gak expect tebakan yang kupikir salah itu benar 😭
lunaa
yuerr lucu bangett
lunaa
damn zeyan, yuer juga terdiam dengarnya
Arix Zhufa
baca nya maraton kak
Arix Zhufa
semangat thor
Arix Zhufa
ehemmmm
lunaa
itu termasuk dirimu zeyan, jangann nyakitin yuerr
Arix Zhufa
mulai bucin nich
Arix Zhufa
cerita nya menarik
Arix Zhufa
Alur nya pelan tapi mudah dimengerti
susunan kata nya bagus
Sungoesdown: Makasih kak udah mampir🥰
total 1 replies
Arix Zhufa
mantab
Arix Zhufa
Thor aku mampir...semoga tidak hiatus. Cerita nya awal nya udah seru
Sungoesdown: Huhuuu aku usahain update setiap hari kak🥺
total 1 replies
lunaa
liat ibunya jinhwa, pasti yuer kangen sama ibunya 😓
lunaa
then say sorry to herr 😓
lunaa
suka banget chapter inii ✨🤍 semangat ya authorr 💪🏻
Sungoesdown: Makasih yaa🥰
total 1 replies
lunaa
yuer kamu mau emangnyaa 😭🤣
lunaa
dia mulai... jatuh cinta 🙈
lunaa
menunggu balasan cinta yuer? wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!