Mora mendapatkan tawaran menarik untuk menggoda pria beristri. Jika berhasil bayaran sejumlah 100 juta akan ia dapatkan.
Tapi ternyata tawaran itu sangat tidak mudah untuk Mora laksanakan. Pria yang harus ia goda memiliki sikap yang dingin dan juga sangat setia dengan sang istri.
Lalu apakah Mora akan berhasil merebut pria dari istrinya? atau bahkan justru hubungan mereka semakin dekat karna pria tertarik pada Mora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKS 19
Sama sekali Mora tidak pernah membayangkan akan tinggal satu gedung dengan Asher. Sudahlah teman satu kerja, Asher juga sangat dekat dengan Adam.
Mora hanya merasa tidak nyaman. Takut, segala tugas rahasianya akan ditahu oleh Asher, tentang siapa saja yang mengunjunginya sepanjang hari.
Sambil melangkah menuju pintu Apartemennya sesekali Mora melirik kearah Asher. Pria itu masih juga mengikutinya, beralaskan akan mengantar Mora sampai pintu Apartemennya.
“Ah, Asher… kau sudah lama tinggal disini?” tanya Mora sambil menoleh kearah Asher yang tengah sibuk dengan ponselnya.
Karena Mora mengajak bicara maka bergegas Asher menyimpan ponselnya didalam kantong celana. Lalu menoleh kearah wanita cantik yang saat ini tersenyum padanya.
Langkah kakinya sedikit dipercepat oleh Asher. “Lumayan lama. Bisa dikatakan aku penghuni baru sama sepertimu.”
Mora mengangguk mengerti. Didalam otak mungilnya terus memikirkan hal-hal yang tepat untuk membuat Asher pergi jauh saja dari gedung Apartemen.
Atau lebih tepatnya Mora enggan bertetangga dengan Asher. Tidak bisa bebas untuk beraksi, sudah pasti Asher tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Tuannya.
Memang niat Mora sama sekali tidak ingin membunuh. Tapi menghancurkan rumah tangga pria itu sama dengan sebagai tindakan kriminal.
“Aku dengar… nomor kamar yang kau tempati sekarang sering ada penampakan,” ucap Mora dengan berbisik.
Sampai Asher saja menatapnya bingung. “Penampakan?”
“Iya. Sejenis tuyul atau bahkan kuntilanak. Kadang kalau larut malam ada suara wanita menangis, katanya ada seorang wanita yang telah dibunuh di kamar itu.”
Asher semakin ingin tertawa rasanya. Dalam kehidupannya ini pertama kali ada seseorang yang menceritakan hal yang paling tidak masuk akal.
Soal mistis atau bahkan hantu sama sekali tidak pernah Asher percaya. Hal-hal seperti itu baginya hanya dongeng saja.
“Kau terlalu percaya dengan gosip, Mora. Tidak ada hal semacam itu di dunia ini,” ucapnya.
Sudah susah payah Mora mengarang cerita malah Asher tidak mempercayainya. Sungguh menyebalkan, Mora berharap sekali jika Asher adalah pria yang penakut.
“Aku mengatakan hal yang sebenarnya. Untuk apa juga mereka mengarang cerita yang tidak benar. Pasti beneran ada, Asher.”
Mora tetap bersikukuh dengan apa yang ia dengar. Sedangkan Asher tetap saja tidak percaya, ia kini menghadang langkah Mora.
Kini keduanya saling tatap satu sama lain. Mora bingung akan apa yang dilakukan Asher, kenapa pria itu menghalangi langkahnya.
“Kau tidak perlu takut. Tuan Muda lebih menakutkan dari pada para hantu,” ucapnya seolah benar-benar yakin dan tidak salah dengan apa yang ia yakini.
Kedua mata indah Mora terus saja mengerjap tidak menyangka. Pada akhirnya Mora tidak mampu melanjutkan cerita bohongnya lagi.
“Itu… kau benar. Ya benar sekali, sama sekali tidak salah.”
Mora hanya bisa melanjutkan langkahnya lagi melewati Asher begitu saja. Setelahnya terus menggerutu karena sulit sekali membohongi Asher.
“Kalau soal itu aku juga tahu. Jelas lebih seram Adam dari pada kuntilanak. Bahkan dua kali lipat lebih seram,” gumam Mora didalam hati.
“Besok kau harus berangkat cepat, Mora. Kita ada meeting di perusahaan cabang. Jangan lupa itu,” Asher mengingatkan.
“Baiklah,” Mora tersenyum manis lalu segera masuk kedalam Apartemen.
Barulah Mora bisa memudarkan senyuman palsunya. Ia bersandar pada pintu kamar sambil memikirkan sesuatu hal yang penting.
“Tidak. Semua akan berantakan jika Asher tetap tinggal di sebelahku. Dia tidak boleh terlalu tahu tentang aktivitas sehari-hariku.”
“Jangan sampai ada yang curiga. Bahkan orang terdekat Adam sekalipun. Aku harus menghindari segala resiko… tapi bagaimana?”
Segala ancaman sosok asing yang menyuruh Mora untuk merebut Adam dari istrinya masih juga terngiang dibenaknya.
Jujur, Mora takut dengan ancaman itu. Berasa nyata sekali baginya, ia tidak mengkhawatirkan nyawanya melainkan nyawa sang ibu yang tidak tahu apa-apa.
“Tidak. Aku tidak akan membiarkan siapapun menghalangi tugasku kali ini. Apapun caranya… Adam harus aku dapatkan.”
Mora benar-benar semangat sekali. Bergegas menuju kamar utama untuk mencari sesuatu hal untuk melaksanakan rencana yang baru saja melintas di pikirannya.
Seluruh isi lemari terus saja di bongkar oleh Mora. Akhirnya ia menemukan mukena putih yang mana ia dapatkan dari sang Ibu dulunya.
Tangan Mora meremasnya erat sekali. Sembari menatap diri sendiri melalui pantulan cermin, Mora tersenyum sinis tentunya.
“Maafkan aku, Asher. Aku tidak mempermasalahkan soal dirimu, kau selalu saja baik padaku. Tapi… jika kau terus saja disampingku segala rencanaku akan gagal.”
Sudah terlanjur mengambil jalan yang salah maka tidak akan ragu bagi Mora untuk melakukan hal lebih lagi.
Bergegas pergi menuju keluar Apartemen untuk melancarkan aksinya.
~
Asher tengah memasak nasi goreng untuk makan malamnya. Ia melirik kearah ruang tamu, disana ada Mora yang tengah duduk termenung.
Tidak tahu alasannya apa, Mora tadi datang mengunjunginya lalu mengatakan ingin menumpang satu malam saja karena takut akan cerita horor yang beredar.
“Kau bisa tidur di kamar lantai bawah, Mora. Tidak perlu tunggu aku selesai makan malam, kau akan dua kali lebih lelah nanti.”
Ucapan Asher membuat Mora yang tengah termenung menjadi sedikit tersentak. Ia baru sadar, jika sudah pukul 12 malam tapi matanya sudah sangat mengantuk.
“Baiklah,” Mora bangkit lalu menuju kamar yang mana sudah sempat Asher tunjukkan padanya tadi.