Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.23
Malam ini adalah malam pertama mereka tidur bersama dalam satu kamar, tetapi tidak satu tempat tidur. Alkana tidur di bawah dengan kasur busa. Anita tidur di atas tempat tidur king size bertabur bunga mawar. Alkana mengerti Anita merasa canggung dan dia mengalah. Asalkan Anita nyaman di sisinya itu tidak masalah.
Memang butuh waktu bagi Nita untuk menghilangkan traumanya. Anita sendiri merasa tidak enak pada Alkan. Dia tidak dapat menghilangkan traumanya dan merasa tegang saat tidur dengan Alkana. Untunglah Alkana sangat baik dan pengertian.
Anita berjanji dalam hatinya dia akan berusaha untuk sembuh. Karena itu Anita bersedia untuk melalukan konsultasi dengan psikolog. Dia juga ingin pernikahannya bahagia.
Paman Anita tidak menginap, setelah acara dia langsung pulang. Tentu saja diantar oleh pengawal Alkana. Selain itu dia juga di beri berbagai bingkisan dari Alkana oleh-oleh untuk keluarga di Bandung.
Sedangkan Dhara dan Dhira diajak menginap di rumah Oma Adhisti. Agar tidak mengganggu proses malam pertama Papi Maminya. Semula mereka menolak, tetapi Arsen berhasil membujuk mereka.
***
Bulu mata nan lentik dan lebat itu terbuka, terlihat mata coklat yang indah. Anita mengedarkan pandangannya, sesaat dia lupa di mana dirinya berada. Anita pun menjadi panik. Saat dia bangun dan duduk lalu melihat Alkana, dia baru teringat bahwa dia sudah menikah sekarang.
Alkana begitu damai dalam tidurnya, kasihan dia harus tidur di bawah. Anita turun dan mendekati Alkana. Di lihatnya wajah yang begitu rupawan dan tegas. Anita tak percaya Alkana mau menerima dan mencintainya.
Netra coklat itu terus menyusuri tubuh Alkana. Kali ini netranya melihat tubuh Alkana yang shirtless, Alkana memang biasa tidur tanpa baju. Dada itu tampak nyaman untuk bersandar.
Anita memberanikan diri untuk menyentuhnya. Saat sudah dekat, dia menjadi ragu. Terbayang kejadian itu. Anita sudah akan menarik kembali tangannya namun, dia berpikir sampai kapan dia harus kalah dari traumanya.
Bila begini terus, kasihan suaminya. Dia harus bisa melawannya, di mulai dari sentuhan kecil. Anita kembali akan menyentuh dada Alkana. Dia akhirnya meletakkan tangannya di atas tubuh Alkana. Di belainya lembut kulit dada Alkana.
Alkana yang sebenarnya sudah terbangun sejak tadi, saat Anita turun dari tempat tidur, merasakan geli dan menahan hasratnya, hasrat untuk menerkam Anita. Ular kasurnya sudah bangun. Anita tidak melihat sesuatu yang bangun di bawah sana. Dia terus membelai lembut dada Alkana. Nafas Alkana sudah memburu, tetapi istri nakalnya ini tidak mengerti.
"Kenapa jantungmu berdetak cepat? Nafasmu pun terengah-engah, apa kau bermimpi buruk?" gumam Anita pelan.
"Ya, ini mimpi buruk! Di mana nafsuku sedang memuncak tapi aku tidak dapat menyalurkannya. Kau pun begitu polos dan tidak peka," batin Alkana.
"Sepertinya nyaman tidur di dadamu. Bolehkah aku tidur di sini?" tanya Anita dengan bisikan.
Alkana tidak tahan lagi. Sentuhan Anita dan suaranya yang sangat sexy menurut Alkana membuat libidonya naik. Dia lalu memeluk Anita dan menjatuhkannya kepala Anita di dadanya.
"Kau boleh tidur di sini, tetapi ku mohon berhentilah mengelus dadaku, kau membangunkan ular kasur di bawah sana."
Alkana berkata sambil terpejam.
"Kau bangun?"
"Iya, semenjak tadi."
Wajah Anita merona, dia malu. "Ternyata sangat nyaman, tidur di sini," ucap Anita sambil jari telunjuknya bermain di dada Alkana.
"Anita, sudah ku katakan kau membangunkan ular kasur!"
"Aku tidak mengerti ular kasur apa? Kamu melihara ular?" tanya Anita lalu duduk.
"Kamu ingin tahu ular apa? Kamu ingin menyentuhnya?"
"Mana? Ada di mana ularnya?"
Alkana mengambil tangan Anita dan di arahkannya pada sesuatu yang tegak berdiri di balik celananya.
"Ini, ularnya!"
"Akh!" Anita terkejut.
"Benar ada ular! Kenapa kamu taruh di sana? Nanti kalau kamu digigit bagaimana?"
Alkana mendelik tidak percaya, dia pikir Anita akan tersipu malu. Tidak tahunya dia justru menganggap ini ular benaran. Anita berlari mengambil tongkat pemukul baseball.
"Sebentar akan aku bunuh dia, kamu tenang saja." Anita sudah bersiap-siap dalam posisi ingin memukul.
"Stop!" Teriak Alkana.
"Jika kamu pukul, aku yang akan mati."
"Kenapa begitu?"
"Karena dia bukan ular beneran tetapi ...." Alkana berbisik di telinga Anita.
Anita tidak percaya, dia menutup mulutnya dengan tangan, matanya melotot. "Tetapi, ta ... tadi aku, sangat besar... benarkah itu punyamu?" Anita meracau tidak jelas. Alkana rasanya ingin tertawa. Beginilah jika menikah dengan gadis polos.
"Akan aku perlihatkan biar lebih jelas dan kau percaya." Alkana lalu membuka celananya.
"Akh!" Anita langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan tetapi dua jari terbuka di sekitar mata.
"Tidak apa Anita, kita ini sudah muhrim. Halal untuk melihat satu sama lain. Justru ibadah bila kita melakukan hubungan suami istri. Kamu mengerti 'kan?"
"Iya, aku mengerti. Maaf, aku sungguh tidak tahu jika tindakan ku justru membangunkan itu."
Anita menunjuk ular Alkan yang masih berdiri tegak.
"Kau mau bantu aku menidurkannya?"
"Iya, aku akan bertanggung jawab."
"Kalau begitu, tidurlah berbaring di sini. Tanamkan dalam pikiran dan hatimu aku adalah suamimu. Aku berhak atas dirimu, dan yang sedang kita lakukan adalah ibadah. Ucapkan itu dalam hati," Alkana mencoba memberi sugesti pada Anita.
"Iya,"
Alkana kemudian mendekatkan wajahnya dengan wajah Anita. Mata Anita terpejam. Saat bibir mereka semakin dekat Alkana berkata, "Bibir ini adalah milikku." Lalu dia melumatnya pelan.
Anita mengepalkan tangan yang berada di sisi tubuhnya. Dia mengulangi setiap perkataan yang disampaikan Alkana dalam hati. Rupanya sugesti itu sedikit berhasil.
Anita mulai rileks dan menikmati setiap apa, yang di lakukan Alkana. Bawahnya mulai basah, tanpa sadar Anita mendesah saat bibir Alkana bepindah menyusuri lehernya yang jenjang.
Alkana suka dengan aroma tubuh Nita, dia menjilat leher Anita. Kegiatan mereka terus berlanjut. Alkana melakukannya dengan lembut dan perlahan. Namun, semua berubah ketika Alkan tidak bisa lagi menahan hasratnya.
Perasaannya menggebu-gebu. Anita akhirnya memberikan haknya, dan resmi menjadi seorang wanita.
***
Hari berganti pagi, sinar surya mengintip dari balik tirai. Kedua insan yang masih terlelap ini tidak menyadari hari sudah siang. Meskipun begitu tak ada yang mau membangunkan mereka.
Tangan kokoh itu melepas rengkuhannya, matanya perlahan terbuka. Dia menggeliat dan melihat sekeliling. Senyumnya terbit tatkala melihat sang istri yang tidur berbantal lengannya.
Ditatap wajah cantik nan ayu sang istri, dikecupnya kening sang pujaan dengan penuh cinta. Kemudian dia melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Di tariknya perlahan lengannya yang menjadi bantal.
Alkana bangun dan beranjak ke kamar mandi.
Lima menit kemudian sang istri pun terbangun karena merasa kehilangan kehangatannya. Dia melirik sisi sampingnya tidak ada siapa pun. Terdengar oleh rungunya suara gemericik air.
Anita lalu bangun dan memakai gaun tidurnya yang dilepasnya semalam. Dia membuka tirai jendela yang menghalangi cahaya matahari.
Nampak olehnya pemandangan taman di balkon. Anita membuka pintu balkon agar udara bisa masuk dengan leluasa.
Pintu kamar mandi terbuka, keluarlah Alkana dengan wangi sabun yang menyebar. Anita terpesona melihat pemandangan tubuh kekar yang tercetak sixpack pada perutnya. Alkana berjalan sambil mengeringkan rambutnya. Anita mengambil alih handuk dan menggosok-gosok rambut Alkana agar cepat kering.
Sementara itu Alkana memeluk pinggang Anita sambil menunduk. Pemandangan indah terpampang di hadapannya. Pemandangan dua gunung kembar, yang menjadi favoritnya.
Anita melemparkan handuk itu menutupi kepala Alkana hingga wajah Alkana tertutup.
"Dasar lelaki mesum!" Anita beranjak ke kamar mandi diiringi gelak tawa sang suami.
Mesum pada istri sendiri tidak masalah bukan. Alkana segera berpakaian, dia juga menyiapkan pakaian untuk istrinya. Alkana menelepon pelayan rumahnya untuk membawakan sarapan mereka ke kamar.
Alkana juga sempat mengecek emailnya yang masuk dan pekerjaan-pekerjaan lain dari laptop. Sarapan datang tetapi Anita belum selesai juga. Alkana melangkah ke kamar mandi tepat saat pintu itu terbuka.
Istrinya begitu cantik dengan handuk yang menutupi setengah badannya mulai dari dada sampai atas paha. Ingin rasanya dia melepaskan handuk itu. Namun, ini bukan saatnya.
Istrinya pasti lapar dan membutuhkan energi, setelah semalam dia kuras habis energi sang istri. Alkana memberikan pakaian istrinya. Anita mengambilnya dan masuk ke kamar mandi. Tak lama dia sudah keluar dengan pakaian lengkap.
"Kita sarapan dulu sayang." Alkana mengajak istrinya yang sedang sisiran untuk makan.
Anita lalu menyimpan sisirnya dan duduk di samping Alkana. "Sarapannya terlihat enak, kamu mau apa?" tanya Anita, lalu mengambilkan makanan yang disebutkan Alkana.
"Habis ini aku izin sebentar ke kantor untuk menandatangani beberapa berkas."
"Silahkan, aku tidak ingin membatasi ruang gerakmu," ucap Anita.
"Kau mau ikut?"
"Tidak, aku di rumah saja menunggu suami pulang." Anita tersenyum.
***
Sementara di lain tempat, dua orang yang memiliki wajah serupa sedang merengek ingin bertemu Papi dan Mami barunya. "Ayolah Oma, boleh ya kami ke sana?"
"Boleh, tapi Nanti, ya!" jawab Adhisti. Si kembar cemberut dan pergi.
Sepulang dari kantor Alkana ingin menjemput Dhara dan Dhira di rumah Orang tuanya. Sampai di sana, si kembar sangat senang. Mereka bergegas mengepak barang mereka, lalu pamit pada Oma dan Opa.
Mereka lalu pulang, tanpa mereka sadari ada mobil mengikuti mereka. Saat ini Alkana pergi tanpa pengawalan. Mobil terus mengikuti, begitu sampai di jalan yang sepi, mobil itu menyalip mobil Alkana. Alkana dengan cepat menginjak rem agar terhindar dari tabrakan maut.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Alkana.
Pertama kali yang dilakukannya adalah mengecek keadaan si kembar.
"Kami baik-baik saja," jawab Dhara.
"Siapa mereka Papi?"
"Tidak tahu, Papi juga.'
Terlihat empat orang turun dari mobil yang menghadang Alkana. Mobil lain datang di belakang mobilnya. Keluarlah empat orang dari mobil.
"Kunci pintu mobil rapat-rapat, kalian jangan ada yang keluar!" pesan Alkana lalu dia keluar dari mobil.
"bagaimana ini Dhira?" tanya Dhara.
"Panggil bantuan!" perintah Dhira. Dhara langsung menelepon Anton.
Setelah Alkana keluar dari mobil dia langsung dihajar oleh mereka tanpa basa basi. Alkana membalas serangan. Mereka kemudian mengkeroyok Alkana empat lawan satu, sungguh, sangat tidak seimbang.
Dhara dan Dhira yang melihatnya tidak bisa tinggal diam. Mereka akhirnya keluar dari mobil. Dira mendekati seseorang yang mengeluarkan pisau dan ingin menusuk Alkana dari belakang.
"Cih, pengecut! Beraninya keroyokan dan main belakang!" Dhira menendang tangan pria yang memegang pisau.
"Sini Om, jangan main keroyokan!" ucap Dhira.
Si pria yang ditendang tadi tidak terima dan ingin memberi pelajaran pada Dhira. Dia menyerang Dhira. Perkelahian sengit pun terjadi.
Dhira dengan lincah mengelak serangan lawan. Sesekali dia melancarkan serangan balik yang telak mengenai lawan hingga lawannya kewalahan. Dhara yang semula hanya menonton akhirnya ikut bergabung, karena mereka akan menyerang Dhira dari belakang.
.
.
.
.
Jangan Lupa Like Nya Yaa kakak kakak.....
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma