NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

¹⁹ Selingkuh

"Hmm, maaf. Semalam, suami saya izin tidak pulang untuk beberapa hari ke depan, katanya mau meeting dengan klien. Jika boleh tahu, apa dia juga menginap di hotel ini bersama Anda? Di kamar nomor berapa, suami saya menginap? Saya ingin bertemu dengannya, sebentar saja."

Aku mencoba mengorek informasi pada atasan Mas Nata, siapa tahu beliau mau membantu ku untuk menemukan suami ku. Mungkin terdengar tidak sopan, tapi tidak ada cara lain, suami ku sendiri tidak mau mengangkat teleponku.

"Suami Anda sedang bekerja, kenapa Anda justru berkeliaran ke hotel bersama pria lain?" sindir Tuan Alex dengan menekan setiap kata.

Matanya nyalang melirik ke arah Arif. Namun, yang di lirik malah biasa saja, tetap santai, sama sekali tidak merasa bersalah. Aku jadi merasa tidak enak sendiri. Seperti menjadi jembatan di antara dua jurang.

Takut jika atasan suami berprasangka yang bukan-bukan, takut pula jika Arif merasa tersinggung. Secara, aku yang mengajak pemuda itu ke sini.

"Ah iya, jika begitu, kami permisi dulu. Maaf jika kedatangan kami mengganggu."

Aku sudah merasa tidak nyaman dengan situasi ini, lebih baik jika segera pergi. Baru saja membalikkan tubuh.

Hendak bertolak dari kamar itu, tapi tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang ku kenal setelah bunyi pintu yang ada di ruangan itu tertutup. Sepertinya itu bunyi pintu kamar mandi. Reflek, aku dan Arif menghentikan gerakan tubuh dan melebarkan telinga.

"Siapa, Lex? Apa makanan yang tadi di pesan sudah datang?" Suara itu mendekat.

Aku segera memutar tubuh kembali menghadap kamar Tuan Alex, demi menyelisik sosok lain yang juga berada di dalam sana. Tuan Alex terlihat gugup dan buru-buru menutup pintu kamar.

Namun, Arif dengan manuver berhasil menahan gagang pintu tersebut dan menekannya ke dalam. Selain tinggi, ternyata Arif juga mempunyai tenaga yang cukup kuat. Dia berhasil mendorong daun pintu itu hingga terbuka sempurna.

Ku tutup mulut yang terbuka menggunakan telapak tangan ku sendiri ketika mata menangkap bayangan pria yang sangat aku kenal.

"Mas Nata? Benarkah kau, itu?" gumam ku yang mungkin hanya aku sendiri yang bisa mendengarnya.

Mas Nata berdiri dengan jarak dua meter dari pintu kamar. Tubuhnya hanya terbungkus oleh handuk putih sebatas perut. Rambut nya basah,

Beberapa bulir air menetes dan menjamah pipinya.

"Yang...," pekik pria itu, suaranya tertahan.

Kakiku yang tadi sempat terkilir, kini tidak hanya merasakan sakit, tapi juga lemas. Ku seret kedua kaki ini untuk mendekati suami ku.

"Mas...." Tuan Alex mencoba menahan ku, tapi tangan nya lebih dulu di gembok oleh Arif.

Di lihat dari gelagat Tuan Alex, sepertinya dia sudah tau semuanya dan bahkan berusaha menutup-nutupi perangai suami ku.

Apa yang mereka sembunyikan? Apakah ada perempuan di dalam sana?

Aku berusaha menguatkan batin mau pun raga, ku paksa kaki melangkah semakin ke dalam. Kaki yang lemas ini hampir tidak mampu berdiri dan menopang berat tubuh ku sendiri ketika ku lihat beberapa tanda merah di area dada Mas Nata.

Siapa pelukisnya? Aku tidak mampu menahan gejolak dalam dada lagi.

"Mas, apa yang terjadi? siapa yang melakukan ini? Hah?" Aku berteriak histeris di antara air mata yang tumpah ruah.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut pria yang dulu mengucap janji setia ketika melamar ku. Kini, nyatanya janji itu tiada arti. Mas Nata yang melanggarnya sendiri. Ternyata dugaan ku selama ini benar.

Mas Nata telah menduakan cintaku. Ku pukuli dadaku sendiri untuk mengurangi rasa sesak yang ada di dalamnya. Sakiit.

Dengan sisa tenaga yang masih ku miliki, aku melangkah melewati pria yang juga tengah menangis itu. Aku ingin melihat, perempuan macam apa yang telah menggoda suami ku hingga sejauh ini.

Tiba di sebuah ruangan yang lebih dalam lagi, hanya ada ranjang berukuran besar yang berantakan. Beberapa pakaian dan celana teronggok di bibir ranjang.

Bukan kah itu kemeja dan jas yang di pakai oleh Mas Nata ketika ku buntuti tadi? Di mana? Di mana mereka menyembunyikan perempuan laknat itu?

Aku merosot di lantai, menangis sejadi-jadinya. Mataku yang menyipit sedikit terbuka, dan tanpa sengaja malah melihat beberapa tisu dan alat pengaman bercecer di lantai sekitar ranjang.

Perut mual, rasanya ingin muntah ketika membayangkan apa yang baru saja terjadi di tempat ini. Aku berusaha bangkit untuk meminta penjelasan pada Mas Nata, tapi tiba-tiba pandangan ku kabur, benda-benda yang ada di ruangan ini seperti berputar-putar dan kemudian gelap, aku tidak bisa melihat apa-apa.

Ku kerjap-kerjapkan mata karena merasa silau. Lampu ruangan ini berada tepat di atas kepala ku. Pusing sekali rasanya.

"Yang, syukurlah kamu sudah siuman," ujar Mas Nata dengan wajah berapi-api.

Mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan dan menjejerkannya lagi agar menjadi lembaran cerita yang utuh. Semakin mengingatnya semakin sesak di dada.

"Mana Arif, Mas? Kenapa dia nggak ada di sini? Saya ingin pulang bersamanya saja. Saya nggak mau di sini lagi."

Aku baru menyadari jika pemuda yang mengantar ku tadi tidak ada di sini. Di mana dia sekarang, bagaimana keadaannya? Kini, rasa khawatir itu mendominasi pikiranku.

Aku merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya. Aku yang mengajak nya ke sini, jika terjadi apa-apa dengan Arif, apa yang akan ku katakan pada Bulek Siti?

Mas Nata tidak mau menjawab pertanyaan ku. Dia melengos ketika nama Arif ku sebutkan. Perlahan, aku mengulurkan tangan ke arah nakas. Meraih tas hitam yang tergeletak di atasnya. Mengambil handphone untuk menghubungi Arif, sungguh aku mengkhawatirkannya.

Di panggilan yang ke lima, baru terdengar suara Arif.

"Halo, assalamualaikum, Mbak."

"Waalaikumsalam, Rif kamu di mana?" Tanpa basa-basi, aku langsung menanyakan keberadaannya.

"Di jalan, Mbak. Mbak udah sehat?"

"Iya, udah, Rif. Kok kamu ninggalin saya sendirian di sini, sih? Gimana kalo terjadi apa-apa dengan saya?" Mas Nata langsung menyilit ku dengan pandangannya.

"Maap, Mbak. Teleponnya aku tutup dulu ya, mau melanjutkan perjalanan dulu. Mbak baik-baik ya." Arif memutus sambungan telepon begitu saja, tanpa menunggu responku.

Dia seperti terburu-buru dan sengaja menghindari obrolan ini. Ada apa dengan nya?

"Apa-apaan, Rif. Kamu bilang ke Arif kalo kamu di sini sendirian? Jadi aku di sini dari tadi, membawamu ke rumah sakit, merawat mu. Sama sekali tidak terlihat di matamu?"

Lihatlah, bahkan sekarang Mas Nata memanggil ku dengan hanya menyebut nama saja. Tidak lagi menggunakan embel-embel sayang.

1
Tutian Gandi
apakah anak itu bukan Benih mu nata..melainkan benih nya Alex
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!