jhos pria sukses yang di kenal sebagai seorang mafia, mempunya kebiasaan buruk setelah di selingkuhi kekasih hatinya, perubahan demi perubahan terjadi dia berubah menjadi lebih kejam dan dingin, sampai akhirnya dia tanpa sengaja membantu seorang gadis mungil yang akan menjadi penerang hidupnya. seperti apakah kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Nisa yang Melupakan Jhos Setelah pertemuannya dengan Jhos di pemakaman, Nisa memutuskan untuk tidak lagi memedulikan pria itu. Ia seolah-olah melupakan semuanya, memilih untuk tidak berurusan dengan Jhos lagi. Nisa hanya fokus pada perusahaannya, mengabaikan sepenuhnya status pernikahan yang akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat.
Sementara itu, Jhos dihantui rasa bersalah yang mendalam sejak kejadian di pemakaman. Ia mulai menyadari bahwa Nisa benar—Nisa tidak bersalah, dan semua ini adalah akibat dari tindakan Jonson yang selalu memaksakan kehendaknya terhadap Nisa. "Sialan, seharusnya aku tidak menyiksanya waktu itu. Kenapa aku begitu bodoh? Aku memang berengsek," ujar Jhos, memarahi dirinya sendiri.
Togawa, asisten kepercayaannya, mencoba membangkitkan semangat Jhos yang tampak putus asa. "Bos, ada apa dengan Anda? Ayolah, bangkit! Saya tahu Anda merasa bersalah atas semua yang terjadi dengan Anda dan Nisa. Tapi jika Anda terus seperti ini, tidak akan ada hasilnya," bujuk Togawa.
Jhos menghela napas panjang. "Kamu benar, Togawa. Aku tidak seharusnya terpuruk seperti ini. Tapi aku harus bagaimana? Aku sangat malu pada diriku sendiri karena menyalahkan orang yang aku cintai, padahal dia sama sekali tidak bersalah."
Togawa menatap Jhos dengan serius. "Bos, kenapa Anda tidak langsung menemui Nona Nisa saja? Jelaskan semuanya dan akui kesalahan Anda. Jangan tunggu terlalu lama, sebelum terlambat. Kalau tidak, Jonson bisa masuk lebih dalam ke hidup Nona Nisa," sarannya.
Setelah mendengar saran itu, Jhos mengangguk. "Baik, aku akan mencobanya. Untuk urusan Jonson, kita beri dia kesempatan untuk berubah. Tapi jika dia berbuat masalah lagi, aku tidak akan memaafkannya. Cukup sudah aku dan Nisa dibuat seperti ini," ucap Jhos tegas, lalu pergi meninggalkan Togawa di ruangannya.
Kunjungan Jhos ke Kantor Nisa Jhos langsung pergi ke kantor Nisa. Begitu sampai di sana, ia mendatangi sekretaris Nisa untuk menanyakan keberadaan wanita itu. "Maaf, apakah Nisa ada di kantor?" tanyanya dengan nada formal.
Sekretaris itu menatapnya bingung. "Ya, Anda siapa? Apa ada keperluan khusus, dan apakah Anda sudah membuat janji?" tanyanya balik.
"Saya belum membuat janji, tapi katakan kepadanya bahwa saya ingin bertemu. Nama saya Jhosuwa," jelas Jhos.
Sekretaris itu segera menghubungi Nisa melalui telepon untuk menyampaikan pesan dari tamu yang mengaku bernama Jhos. "Tunggu sebentar, Tuan," katanya.
Ia lalu berbicara dengan Nisa melalui telepon. "Halo, Nona. Ada yang ingin bertemu dengan Anda. Namanya Tuan Jhosuwa. Mungkin Anda mengenalnya?"
Mendengar nama Jhos, wajah Nisa berubah dingin. Tanpa berpikir panjang, ia menolak untuk bertemu. "Suruh dia pergi. Katakan padanya saya sibuk dan tidak punya waktu untuknya," jawab Nisa tegas.
"Baik, Nona," sahut sekretaris itu, lalu mematikan telepon. Ia berbalik untuk menyampaikan pesan Nisa, tetapi terkejut saat mendapati Jhos sudah tidak ada di tempatnya.
Ternyata, Jhos telah mendengar suara Nisa dari telepon tadi. Menyadari bahwa ia tidak diizinkan masuk, Jhos memutuskan untuk menerobos langsung ke dalam ruangan Nisa tanpa menunggu persetujuan.
Jhos Meminta Maaf kepada Nisa
Jhos mengetahui di mana ruangan Nisa berada, sehingga tanpa ragu ia langsung membuka pintu. Ketika pintu terbuka, ia melihat Nisa tengah fokus mengerjakan dokumen di meja kerjanya.
Nisa menoleh ke arah Jhos yang tiba-tiba masuk, membuatnya terkejut. "Bukankah aku sudah katakan kalau aku tidak ada waktu untukmu? Pergilah. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, dan kita tidak punya hubungan lagi setelah hari itu," ucap Nisa dingin, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
"Nisa, tolong maafkan aku. Aku sadar kalau aku salah... aku salah paham, Nisa. Maafkan aku," kata Jhos penuh penyesalan. Namun, Nisa tidak memperdulikannya dan tetap fokus pada pekerjaannya, meskipun ia mendengar setiap kata yang diucapkan Jhos.
"Nisa, dengarkan aku!" ucap Jhos kembali, kali ini menarik tangan Nisa agar ia mau melihatnya.
Nisa menoleh dengan tatapan dingin. Dalam hatinya, ia sebenarnya tidak tega memperlakukan Jhos seperti ini. Namun, rasa sakit yang ia alami karena perlakuan Jhos selama ini membuatnya bertahan untuk bersikap tegas. Ia ingin Jhos merasakan apa yang ia rasakan selama ini.
"Jhos, pergilah. Aku tidak ada urusan lagi denganmu," ucap Nisa, tetap dingin.
"Nisa... dengarkan aku! Aku tidak bisa kamu begini terus-menerus. Aku bisa gila!" Jhos mulai meninggikan suaranya, kesal karena Nisa terus mengabaikannya.
Nisa langsung menatap Jhos dengan air mata yang mulai menggenang. "Apa kamu pantas berkata begitu, hah? Apa kamu pantas setelah apa yang kamu lakukan padaku? Kamu tidak ingat bagaimana kamu menyiksaku? Kamu mengabaikanku berbulan-bulan tanpa alasan! Aku memang bodoh karena pernah mencintai pria yang sama sekali tidak merasa bersalah seperti dirimu."
Air mata Nisa akhirnya tumpah. Ia menangis tepat di depan Jhos, yang membuat Jhos tidak tega melihatnya. Perasaan bersalahnya semakin dalam.
Jhos tanpa berpikir panjang menarik tubuh Nisa dan memeluknya erat. "Nisa, maafkan aku. Aku mengakui kalau aku bersalah. Aku memang bodoh... bodoh karena selama ini aku mengabaikanmu. Aku pikir kamu mengkhianatiku. Aku tidak menyadari kalau ini semua adalah akal-akalan Jonson untuk merebutmu dariku."
Nisa tetap menangis dalam pelukan Jhos. Ia tidak bisa berkata-kata lagi, terlalu sedih dengan apa yang ia rasakan saat ini. Setelah beberapa saat, ia mencoba menenangkan dirinya dan berkata, "Jhos, kita sudahi saja semua ini. Mungkin kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku. Aku tidak—"
Namun, sebelum Nisa sempat menyelesaikan kalimatnya, Jhos menutup mulutnya dengan ciuman. Setelah melepaskannya, Jhos menatap Nisa dengan serius. "Nisa, jangan pernah katakan itu lagi. Aku tidak suka mendengarnya. Kamu harus tahu, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menggantikanmu di hatiku. Jika kamu benar-benar meninggalkanku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku."
Jhos menghela napas panjang, lalu melanjutkan dengan nada serius, "Kalau kamu benar-benar pergi, aku akan membunuhmu, lalu aku akan membunuh diriku sendiri."
Nisa tertegun mendengar ucapan Jhos. Ia bisa merasakan tubuh Jhos bergetar saat mengatakannya, dan ia tahu bahwa Jhos tidak main-main.
"Kenapa kamu berkata seperti itu, Jhos? Tidakkah kamu merasa lebih bahagia tanpaku?" Nisa berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara bergetar. "Aku mencintaimu, aku mengakuinya. Terkadang aku berdoa agar nyawaku diambil lebih dulu, agar aku tidak perlu merasakan sakitnya kehilanganmu. Tapi aku sadar, kehadiranku hanya membuatmu bermusuhan dengan sepupumu. Jika saja aku tidak hadir, permusuhan itu tidak akan terjadi."
Air mata kembali mengalir di pipi Nisa. Ia merasa bahwa cinta yang ia miliki untuk Jhos hanya membawa masalah bagi hidupnya. Namun, Jhos tetap memegang tangannya dengan erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi. "Aku tidak peduli tentang Jonson atau siapa pun, Nisa. Yang aku pedulikan hanya kamu. Jangan pernah berpikir untuk pergi dariku. Aku tidak akan bisa hidup tanpamu," ucap Jhos penuh tekad.