NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:285
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiba-tiba

"Kau gila Vin? Ini mana bisa kau tinggal begitu saja?" Teriak Langit kesal. Tangannya mencekal tubuh Calvin yang sudah ingin melangkah pergi.

"Kau tidak mengerti! Minggir dan jangan halangi jalanku." Mereka saling menatap tajam. Keduanya sangat keras kepala karena kepentingan mereka.

"Paling tidak berikan alasan yang bisa ku terima." Langit tidak ingin membuat suasana semakin keruh. Langit cukup tahu posisi dirinya.

"Aku harus menyelesaikan urusan ku dengan Jani. Minggir kau Lang." Nadanya sudah sangat kesal.

"Ada apa dengan Jani? Apa dia berulah?" Langit takut Jani menyakiti Calvin dan membuatnya jadi kambing hitam nantinya.

"Minggir kau Lang, aku sudah minta Ara handle sementara."

"Mana bisa Vin, kan harus selesai dulu proyek ini Vin. Selesaikan dulu proyek ini Vin." Suara Langit sudah lebih rendah dari sebelumnya.

"Kau mau aku batalkan saja proyek ini? Kau sangat memaksakan proyek ini Lang, aku sampai harus berada di sini untuk waktu yang lama."

"Tidak ada pemaksaan ya Vin, kita sudah sepakat. Kau sudah tanda tangan kontrak jadi kau tidak bisa membatalkan seenaknya."

"Maka jangan halangi jalan ku, sekarang kau bisa bantu Ara handle semuanya. Aku monitor dari jauh." Kesal sekali Langit mendengarnya, tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kau tidak berusaha menghalanginya?" Ara diam saja. "Ini proyek tidak bisa di undur Ra. Aku bisa kena imbas nya jika proyek ini tidak lancar."

"Proyek tetap jalan, Bapak tenang saja."

Langit mengusak wajahnya sendiri dengan kesal. Ara sedikit curiga dengan sikap Langit yang sangat marah ketika Calvin memutuskan untuk pulang.

"Kenapa dia tiba-tiba ingin menemui Jani? Apa ada masalah Ra?" Ara mengedikkan bahunya lalu meninggalkan langit.

"Jani.....kau tidak bisa di biarkan." Langit sangat geram.

***

Calvin dengan cepat mendarat tepat di Gedung miliknya yang memiliki landasan untuk helicopter. Sudah tidak bisa di biarkan lagi menunggu dan membuat kepalanya berdenyut karena rasa marah dan cemburu yang menggebu.

Langkahnya buru-buru sekali sampai tidak memperhatikan langkahnya membuat semua staff ketakutan dan menjauh dari sisinya. Tidak ada yang mau bersinggungan dengan Calvin saat sedang dalam keadaan seperti ini.

Rata-rata karyawan yang bekerja di perusahaan Calvin sudah mengenal baik bagaimana bos nya. Setiap karyawan sudah di wanti-wanti untuk bisa menghargai Calvin yang dedikasinya sangat besar untuk keberlangsungan perusahaan yang dia pimpin.

Langkahnya terhenti, ponselnya berdering terus semenjak turun dari helicopter. Di abaikan karena nomornya belum tersimpan di ponsel Calvin, ini sudah ke sepuluh kalinya nomor yang sama menghubungi.

Pasti penting, tidak mungkin nomor iseng jika sudah sebanyak ini.

Calvin : Siapa?

Juan : Saya Juan Pak, supir baru Nona Jani.

Calvin : Kenapa menghubungi?

Juan : Saya sedang mencari Nona Pak, teman-teman nya bilang Nona bolos jam terakhir dan pergi sejak tadi. Maaf pak, saya kecolongan.

Calvin : Ceroboh sekali kau Juan.

Juan : Maaf Pak.

Calvin : Periksa CCTV kampus. Cek kemana perginya Istriku.

Juan : Baik Pak.

"Langit....kirimkan nomor Angga." Langit baru mau membuka mulutnya tapi ponsel nya sudah kembali senyap.

"Dasar Calvin."

"Cepat!!!!."

Kali ini pesan yang Langit terima seperti ancaman. Dengan cepat Langit mengirimkan nomor Angga pada Calvin.

"Kenapa Pak?" Tanya Ara yang melihat Langit dengan wajah penuh emosi.

"Aku pasrah Ra, berantakan semuanya. Aakkkkkhhhhh.....” Teriak Langit kesal.

Ara yang paling tidak suka ikut campur memilih menghindar. Malas mengurusi urusan orang, pekerjaannya saja sudah sangat melelahkan.

Calvin sudah sampai di depan rumah Angga setelah tadi menghubunginya ingin mampir. Calvin punya banyak cara untuk membuat keinginannya terpenuhi.

"Silahkan masuk Pak, maaf rumahnya berantakan." Gina mempersilahkan Calvin untuk duduk di sofa sederhana miliknya.

"Terimakasih banyak." Canggung sekali mereka yang baru bertemu lagi setelah pernikahan beberapa Minggu lalu.

Tidak lama Angga sampai di rumah, peluh bercucuran membasahi keningnya. Wajahnya sumringah mendengar Adik Ipar nya mau mampir ke rumah.

"Apa kabar?” Sapa Angga menyalami Calvin yang berdiri menyambut dirinya.

“Bun....belum di suguhi minuman Bun." Teriaknya pada Gina.

"Iya Yah....ini sedang buat." Padahal Gina sengaja berlama-lama di dapur karena merasa takut berhadapan langsung dengan Calvin. Aura nya membuat Gina merinding.

“Silahkan di minum….” Gina bingung memanggil Calvin dengan sebutan apa. Sejak tadi mereka tidak menyebut nama.

“Maaf aku mampir tanpa pemberitahuan sebelumnya. Aku hanya mengikuti keinginan Jani.” Calvin bersikap sok kalem padahal dirinya juga merasa canggung.

Beruntung Angga orang yang cukup bisa berbaur dengan mudah, obrolan mengalir begitu saja dengan mudah. Mereka dalam waktu singkat menjadi lebih akrab dari sebelumnya.

Calvin merasa senang punya saudara seperti ini, selama ini dirinya hidup seorang diri tanpa keluarga. Hanya ada Ibu panti yang saat ini juga sudah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Calvin tidak punya siapa pun untuk membuat suasana hangat layaknya keluarga bahagia seperti hari ini. Calvin banyak tersenyum hari ini. Dia banyak mendengar meski biasanya dirinya yang paling banyak di dengar.

Braakkkkk…..

J“Kak….” Suara Jani yang baru saja datang dengan wajah cemas. “Jani….maaf…” Queen di pangkuan Kak Calvin yang tersenyum manis pada dirinya.

“Masuk rumah itu salam loh sayang. Kok kaget gitu sih lihatnya.”

Gina menggoda Jani yang sedang tidak habis pikir dengan keadaan yang dirinya lihat saat ini.

“Kakak kok tiba-tiba… main ke rumah Mas Angga?” Padahal ingin bertanya kenapa tiba-tiba pulang dan ada di rumah Mas Angga tapi di urungkan.

“Iya, kan kamu yang minta Jan. Apa kamu lupa?”

Jani mengerutkan dahinya karena dirinya tidak pernah meminta apapun apalagi main ke rumah Mas Angga.

“Ahhh….Hahahaha….Iya Jani lupa. Mba aku mau ke toilet sebentar.” Jani buru-buru masuk ke kamarnya.

Jantungnya masih berdegub kencang, pesan berisikan foto yang Calvin kirimkan padanya berhasil memutar langkah Jani yang sedang mencari alamat supir lama ke rumahnya dengan cepat.

Jani buru-buru sekali berlari menghentikan taksi takut Calvin menyakiti Kakak dan keponakannya. Jani takut sekali Calvin menyakiti keluarga kecilnya yang baru saja berhasil lepas dari penderitaan yang mendera mereka cukup lama.

Tok…tok….tokkk….

Jani tersadar, Calvin membuka pintu kamar dan masuk ke kamar Jani yang sudah menjadi kamar Queen.

“Dari mana?” to the point sekali laki-laki satu ini.

“Aku lupa kalau harus pulang dengan Pak Supir. Jani jalan kaki saja tau-tau sudah jauh dari kampus.” Calvin menyeringai. Matanya tidak bisa berbohong.

"Jujur Jani, aku tidak suka di bohongi." Kata-katanya penuh penekanan.

Darimana dia tau kalau aku berbohong.

Teriak Jani dalam hati.

"Ehhhhh....maaf Kak." Jani menunduk dengan cemas.

Apa tidak apa-apa jika dirinya menyampaikan apa yang sedang Jani lakukan di luar sana.

"Kau berniat kabur?" Jani menggeleng. "Lalu kenapa pergi diam-diam dan membuat semua orang repot?"

"Jani cuma ingin cari tau sesuatu Kak. Jani merasa bersalah." Jani mengusap ujung matanya yang basah.

"Kita lanjutkan di rumah, tidak enak jika Kakak mu dengar. Sekarang siap-siap. Kita pulang." Jani menatap punggung Calvin yang berjalan menjauh.

Calvin sebenarnya menghindar, dirinya tidak bisa jika harus melihat air mata Jani dalam keadaan kalut seperti ini. Calvin takut semakin membuat Jani tidak nyaman dan ketakutan.

“Kami pamit ya Mas. Kasihan Jani harus istirahat.” Jani sudah berada di belakang Calvin dengan wajah manisnya.

Jani juga menutupi kesedihannya, tidak mau Mas Angga banyak pikiran dan jadi beban lagi. Jani ingin terlihat baik-baik saja agar Mas Angga juga bahagia.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!